Kabar Gembira! Pemerintah Tetap Gratiskan Vaksin Booster di Masa Endemi

Kabar gembira diungkap pemerintah yang tetap menggratiskan pemberian vaksin Booster kepada masyarakat di masa Endemi Covid-19.

Editor: Rizky Zulham
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIZKY ZULHAM
Kolase warga melakukan vaksinasi Covid-19. Kabar Gembira! Pemerintah Tetap Gratiskan Vaksin Booster di Masa Endemi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kabar gembira diungkap pemerintah yang tetap menggratiskan pemberian vaksin Booster kepada masyarakat di masa Endemi Covid-19.

Presiden Jokowi resmi mencabut status Pandemi Covid-19 dan beralih ke masa Endemi.

Berangkat dari hal itu, pemerintah berencana menarik iuran dari vaksinasi booster hingga biaya pengobatan Covid-19.

Terbaru, pemerintah berencana tetap menggratiskan vaksinasi Covid-19 untuk tiga kelompok tertentu.

Tiga kelompok tersebut, yaitu lansia dengan komorbid, tenaga kesehatan (nakes) di garda terdepan, dan kelompok usia muda di bawah 12 tahun dengan immunocompromised.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pihaknya tengah merancang Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) baru mengenai hal tersebut.

Cara Vaksin Booster dan Pengobatan Tetap Gratis di Aturan Baru Masa Endemi Diumumkan Jokowi

Vaksinasi Covid-19 akan menjadi vaksinasi rutin usai pemerintah mengumumkan status pandemi Covid-19 menjadi endemi, sama halnya dengan vaksin HPV dan vaksin polio.

"Oleh karena itu, kami lagi merancang Permenkes bagaimana mekanisme vaksinasi covid-19," kata Maxi dalam konferensi pers secara daring, Selasa 4 Juli 2023.

"Kami sudah putuskan itu akan diintegrasikan vaksinasi rutin dengan melihat sasaran yang akan menjadi prioritas pemerintah untuk tetap dibiayai ke dalam vaksin program, yaitu kelompok lansia dengan komorbid, termasuk nakes di frontline, dan termasuk kelompok usia muda yang immunocompromised," imbuh dia.

Maxi menyampaikan, rencana vaksinasi gratis ini mengikuti rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Salah satu rekomendasi WHO yaitu mengintegrasi vaksinasi Covid-19 menjadi vaksinasi program rutin untuk sasaran berisiko tinggi. Kelompok berisiko tinggi salah satunya adalah lansia dengan komorbid.

Terlebih, data menunjukkan tingkat fatalitas kasus (fatality rate) banyak diderita oleh lansia dengan komorbid.

"Sesuai dengan data yang kami punya, kami rapat dengan epidemiolog di UI, UGM, itu menunjukkan memang case fatality rate kita selama Covid-19 paling banyak adalah lansia dengan komorbid," ucap Maxi.

Masyarakat Mulai Dipaksa Bayar Vaksin Booster Rp 100 Ribu Per Dosis Setiap 6 Bulan Sekali

Terkait temponya, Maxi mengaku masih membahas dengan para ahli termasuk Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

"Misalnya lansia yang punya komorbid, tentu kita harus lihat booster lebih dekat 6 bulan (dari vaksin terakhir). Kalau kelompok muda, kita akan atur 1 tahun untuk booster," jelas Maxi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved