Dampak Pernikahan Dini Bisa Melahirkan Bayi Prematur dan Pendarahan Persalinan

"Menggunakan sarana layanan kesehatan sebagai perantara menuju sarana pelayanan lainnya. Melakukan evaluasi dan perluasan cakupan," jelasnya.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Dinkes Sambas.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dr Ganjar Eko Prabowo. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dr Ganjar Eko Prabowo menjelaskan beberapa dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi diantaranya dapat melahirkan bayi prematur, BBLR, dan perdarahan persalinan, Senin 1 Mei 2023.

Ganjar Eko Prabowo mengungkapkan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di seluruh dunia, berbagai usaha dilakukan antara lain, mencegah terjadinya pernikahan dini. WHO, imbuh dia, telah mengeluarkan peraturan untuk melarang terjadinya pernikahan pada usia kurang 18 tahun.

"Meningkatkan edukasi dan pemberdayaan perempuan. Jika edukasi perempuan tinggi, harapannya akan lebih melek tentang kesehatan. Sehingga mampu menentukan untuk menunda pernikahan ataupun kehamilan," katanya Senin 1 Mei 2023.

Selain itu, mensiasati dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Kemudian memfasilitasi Antenatal Care (ANC) pada ibu-ibu usia muda.

Kepala Kumindag Sambas Dorong PLBN Aruk Jadi Pintu Ekspor-Impor Resmi Dongkrak Ekonomi

"Menggunakan sarana layanan kesehatan sebagai perantara menuju sarana pelayanan lainnya. Melakukan evaluasi dan perluasan cakupan," jelasnya.

Tidak hanya itu, kata dia, meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi, meliputi pengetahuan bahwa perempuan bisa hamil dengan 1 kali hubungan seksual.

"Penularan HIV/AIDS dapat dikurangi jika berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak memiliki pasangan dan penggunaan kondom," ujarnya.

Dia melanjutkan, memiliki pengetahuan komprehensif seputar HIV/AIDS dan mengetahui satu atau lebih gejala PMS pada laki-laki dan perempuan. Mengetahui tempat penyedia layanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja.

"Informasi kesehatan reproduksi remaja hanya diketahui oleh 35,3 persen remaja perempuan dan 31,2 persen remaja laki-laki. Pendidikan dan pemberdayaan pada remaja sangatlah penting untuk menghindari terjadinya pernikahan dini," tuturnya. (*)

Ikuti Terus Berita Lainnya di Sini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved