Doa Katolik

Rabu Abu Memperingati Apa? Bagaimana Sejarah Rabu Abu Dalam Tradisi Gereja Katolik

Dalam tradisi Gereja Katolik, pada hari Rabu Abu umat Katolik memperingati masa tobat dengan Puasa dan pantang selama 40 hari sebelum Paskah.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Rabu Abu. Dalam tradisi Gereja Katolik, pada hari Rabu Abu umat Katolik memperingati masa tobat dengan Puasa dan pantang selama 40 hari sebelum Paskah. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Dalam tradisi Gereja Katolik, pada hari Rabu Abu umat Katolik memperingati masa Tobat dengan Puasa dan pantang selama 40 hari sebelum Paskah.

Hari Rabu Abu menjadi hari pertama Masa Prapaskah.

Selama Masa Prapaskah umat Katolik melaksanakan Puasa dan pantang.

Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu.

Ada alasan kenapa hari Minggu tidak dihitung.

Lagu Rohani Katolik! Lirik Maria-Maria Kapan Kita Jumpa Karya Janssen Grup

Ini karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus.

Dengan begitu masa Puasa dan pantang berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari.

Jika ditambah jumlah ini akan genap 40 hari.

Perhitungannya sederhana. Hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu Abu.

Sementara Paskah terjadi pada hari Minggu.

Lalu dikurangi 36 hari atau 6 minggu.

Selanjutnya dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu.

Jadi penentuan awal masa Prapaskah pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paskah, tanpa menghitung hari Minggu.

Dengan demikian Hari Rabu Abu tahun ini jatuh pada 22 Februari 2023.

Arti Abu

Umat Katolik menerima abu sebagai tanda pertobatan dalam misa Rabu Abu di Gereja Katolik Paroki Santo Hieronimus, Jalan Yam Sabran Pontianak, Rabu (1/3/2017).
Umat Katolik menerima abu sebagai tanda pertobatan dalam misa Rabu Abu di Gereja Katolik Paroki Santo Hieronimus, Jalan Yam Sabran Pontianak, Rabu (1/3/2017). (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIDHOINO KRISTO SEBASTIANUS MELANO)

Pada hari Rabu Abu umat Katolik juga menerima Abu pada dahi.

Abu menjadi simbol tanda pertobatan bagi kepercayaan Gereja Katolik.

Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).

Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.

Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo.

“Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil.”

Atau “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu.”

Dalam bahasa Inggris “You are dust, and to dust you shall return” seperti disadur dari katolisitas.org, Senin 23 Januari 2023.

Sejarah Abu

Ritual perayaan Rabu Abu ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary yang diterbitkan sekitar abad kedelapan.

Dalam katolisitas-indonesia.blogspot.com, sekitar tahun 1000, seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelfric menyampaikan khotbahnya.

Kira-kira seperti ini khotbahnya.

“Kita membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung.

Kita menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda bahwa kita menyesali dosa-dosa kita terutama selama Masa Prapaskah.

Setidak-tidaknya sejak abad pertengahan, Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah.

Kiita ingat akan ketidakabadian kita dan menyesali dosa-dosa kita.

Lagu Rohani Katolik! Lirik Lagu Hosana Gloria, Karya Suster Yohana Fransiska Mai Muri ALMA

(*)

[Cek Berita dan Update informasi seputar Katolik di sini]

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved