Natal dan Tahun Baru

Renungan Malam Natal Kristen 2022! Yesus Membawa Harapan Bagi yang Lemah

Simak renungan malam Natal Kristen 2022 yang diperingati pada setiap 24 Desember. Kelahiran Yesus ke dunia membawa berkat yang luar biasa bagi umat.

KOLASE/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Simak renungan malam Natal Kristen 2022 yang diperingati pada setiap 24 Desember. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Simak renungan malam Natal Kristen 2022 yang diperingati pada setiap 24 Desember.

Bacaan renungan malam Natal Kristen 2022 ini bagian dari khotbah Gereja Kristen Jawi Wetan.

Kelahiran Yesus ke dunia membawa berkat yang luar biasa bagi umat manusia.

Pertama Yesus membawa harapan bagi yang lemah.

Tuhan hadir bukan untuk segelintir orang.

Renungan Natal Katolik 2022! Teladan Pengorbanan dan Sikap Rendah Hati Yesus Kristus

Tidak hanya untuk komunitas tertentu secara eksklusif, tetapi Ia juga menetapkan orang-orang “yang lemah” untuk menjadi saksi dan hamba-Nya.

Kedua Yesus mengajarkan kita bahwa semua umat manusia potensial.

Setiap orang memiliki kemampuan yang beragam dan karenanya semua mempunyai potensi untuk bersama memajukan nilai-nilai Injil Kristus Yesus.

Ketiga Yesus datang membawa damai bagi semua orang.

Ia hadir di dunia supaya manusia juga mengalami kekudusan yang dari-Nya (Tit. 2:14), supaya setiap orang merasakan sukacita.

Umat Kristen dapat membaca renungan malam Natal Kristen 2022 selengkapnya yang telah tribunpontianak.co.id rangkum dari gkjw.or.id.

Bacaan renungan malam Natal Kristen 2022

Di malam natal ini mari kita merenungkan bagaimana kehadiran Kristus, Sang bayi Agung menjadi terang dan membubarkan skat yang menekan kebersamaan sebagai jemaat dan masyarakat selama ini.

Paling tidak ada tiga hal yang dapat kita renungkan.

Pertama harapan Bagi yang Lemah.

“Para gembala” adalah figuratif dan sekaligus simbolik bagi masyarakat yang lemah.

Mereka mendapatkan stigma yang tidak dapat menjalani perintah agama dengan baik, hanya lantaran (diasumsikan) disibukkan dengan berbagai tugas dan tanggungjawab yang menyita pikiran, perasaan, dan tenaganya, yaitu menjaga kawanan ternak.

Karenanya disebut tidak layak mendapatkan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan bahkan kehidupan agama.

Kelompok inilah yang disebut Yesaya sebagai “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan” (9:1).

Kehidupannya suram karena terhimpit oleh kekuatan politik penguasa yang membuatnya tidak mendapatkan akses politik, akses ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sumber daya (8:23).

Saya menduga “para gembala”, “figuratif” dan orang-orang yang mendapatkan “stigma lemah” ada juga dalam komunitas gereja.

Bisa saja mereka adalah warga miskin, kaum disabilitas, orang-orang yang memiliki keterbatasan pendidikan, orang yang tidak mendapatkan akses kepada pengambil keputusan, mereka yang takut menyampaikan pendapat, orang yang dicap profokator dan masih banyak lagi.

Menurut Yesaya, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, pelecehan hak asasi yang haknya dirampas.

Mereka yang hidup dalam tekanan penindas, mereka yang tidak dapat menikmati hasil panen karena tekanan kaum tengkulak dan pengijon dan mereka yang menderita aniaya fisik, pikiran dan batin dari kaum penguasa (Yesaya 9:2-3).

Terhadap mereka yang mengalami tekanan fisik, pikiran, dan batin inilah Lukas menyampaikan pesan, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar.” (Lukas 2:10).

“Kesukaan besar” nya dimana? “Kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia sudah nyata.” (Titus 2:11).

Tuhan hadir bukan untuk segelintir orang, tidak hanya untuk komunitas tertentu secara eksklusif, tetapi Ia juga menetapkan orang-orang “yang lemah” untuk menjadi saksi dan hamba-Nya.

Buktinya malaikat Tuhan menampakan dirinya kepada para gembala dan tidak kepada yang lain.

Yakinlah yang lemah, miskin, disabilitas juga dipilih Tuhan. Artinya Yesus membawa pengharapan baru, menghadirkan “terang besar” (Yesaya 9:1) dan masa depan bagi kita.

Renungan Malam Natal Katolik 2022! Berjaga-jaga Menyambut Kedatangan Sang Mesias

Kedua semua Warga Jemaat Potensial.

Tidak ada orang yang paling istimewa di hadapan Tuhan Yesus, “Adakah kita memiliki kelebihan daripada orang lain?” (Roma 3:9).

Di Kitab yang sama, Paulus memberikan jawaban, “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya” (Roma 10:12).

Ini menunjukkan bahwa semua orang memiliki hak istimewa yang sama di hadapan Allah.

Semua orang selaku warga jemaat dan warga negara mempunyai hak yang sama untuk didata, untuk mendapatkan hak sensus yang sama, seperti halnya Yusuf dan Maria.

Seperti pendataan yang dilakukan oleh bangsa Romawi yang memiliki tujuan politik, sosial, dan ekonomi menunjukkan bahwa siapapun yang namanya didata secara tersirat merupakan bentuk lain dari potensi yang dimiliki.

Misal: di data dijumpai 100 lelaki, menunjukan secara politk, paling tidak ada 100 orang yang siap diwajib militerkan.

100 orang tenaga kerja potensial dan artinya dapat mendatangkan potensi ekonomi yang luar biasa, 100 ide pikiran dan gagasan yang sangat beragam dan kreatif dan 100 potensi lainnya.

Dalam perspektif ini, Lukas mau mengatakan semua orang yang termasuk dalam wilayah kekaisaran Romawi, dimana pun mereka, di kampung ataupun di kota, di rantau ataupun tidak memiliki potensi sosial politik dan ekonomi, sama dan karenanya semuanya perlu di data.

Narasi Lukas yang menggambarkan potensi para gembala dengan mengatakan, “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita” (Luk. 2:15) menunjukkan bahwa pilihan Tuhan tidak salah.

Gembala figuratif yang semula dianggap lemah oleh kaum ortodoksi Yahudi ternyata memiliki kecekatan dan potensi menjalankan perintah Tuhan dengan baik.

Mereka segera menjawab keraguan masyarakat dan sekaligus mementahkan asumsi yang berkembang selama ini.

Mereka punya potensi, aku bisa… bahkan disampaikan “semua orang heran akan apa yang dilakukan para gembala” (Luk. 2:17-18).

Apa yang dikerjakan mereka melampaui ekspektasi banyak orang.

Saya rasa di sini pesan penting Injil Lukas, semua warga gereja tidak ada yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.

Tetapi setiap orang memiliki kemampuan yang beragam dan karenanya semua mempunyai potensi untuk bersama memajukan nilai-nilai Injil Kristus Yesus. Jangan khawatir dan jangan sedih, anda semua berharga di mata Tuhan.

Ketiga Yesus Datang Membawa Damai bagi Semua Orang.

Perjumpaan “para gembala” dengan “malaikat” dan selanjutnya dengan “Raja” Yesus yang dilahirkan di Betlehem adalah simbol bahwa Yesus datang merontokan skat dan jarak yang membentang.

Kehadiran Allah yang suci, yang transenden dalam diri manusia Yesus menjadi Allah yang imanen menunjukkan bahwa skat suci dan tidak suci, baik atau buruk, disabilitas ataupun non-disabilitas bukanlah hal yang penting untuk dipersoalkan.

Yesus telah nyata untuk membebaskan kita dari pikiran jahat meremehkan yang lain dan menganggap diri lebih baik.

Ia hadir di dunia supaya manusia juga mengalami kekudusan yang dari-Nya (Tit. 2:14), supaya setiap orang merasakan sukacita.

Yang utama adalah bagaimana kabar “terang besar” itu kemudian dapat diberitakan (Tit. 2:15) kepada segenap bangsa bahwa sukacita itu untuk semua orang dan bangsa.

Teks Misa Malam Natal Katolik 2022 Lengkap Bacaan Injil dan Doa Umat

Penutup

Yesus datang membawa pembaruan hidup.

Ia membebaskan manusia dari setiap tekanan kejahatan.

Ia hadir untuk membawa damai dan merobohkan skat pemisah di antara manusia.

Mari bergandengan tangan dalam hati dan perasaan sebagai patunggilan kang nyawiji dengan saling memotivasi dan menguatkan satu terhadap yang lain dengan mengucapkan, “Tuhan Yesus memulihkan Anda, Anda hebat.”

Selamat Natal dan Tuhan Yesus memberkati. Amin.

(*)

[Cek Berita dan informasi seputar Natal dan Tahun Baru klik Di Sini]

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved