Nasib Mal Indonesia yang Kini Sepi Pengunjung dan Ditinggal Pedagang, Apa yang Salah?
Hal yang sama juga terjadi di sejumlah pengelola mal di Jakarta kini harus berjuang mati-matian lantaran sepinya pengunjung yang datang ke mal.
Beberapa kios lainnya tampak kosong dan ditutupi oleh kertas karton putih dari dalam. Di lantai dasar, jumlah kios yang tutup hampir seimbang dengan jumlah kios yang masih buka. Namun, pengunjung yang berlalu lalang jumlahnya sangat sedikit.
Hal yang sama terlihat di Plaza Semanggi. Jumlah pengunjung yang datang ke sana dapat dihitung dengan jari. Antrean pengunjung yang menunggu lift terbuka juga tidak terlihat.
Lorong-lorong di lantai GF dan UG Plaza Semanggi terlihat lowong karena banyaknya kios yang tutup. Hanya terlihat beberapa toko kecil, sebuah restoran dan tempat kopi dengan merek ternama masih buka di lantai tersebut.
Saking sepinya, pemilik salah satu toko di lantai GF bahkan menjual perlengkapan dagangnya.
• Liburan Tiba! Waspada Modus Penipuan Promo Harga Tiket Pesawat Murah
Di kaca toko terlihat selembar kertas bertulisan "DIJUAL Rak Stainless" lengkap dengan nomor ponsel, menandakan bahwa pemilik toko tak akan berjualan lagi di Plaza Semanggi.
Pergeseran kebiasaan
Menyikapi fenomena itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai ada pergeseran kebiasaan orang yang ingin datang ke mal.
Menurut dia, belanja bukan lagi jadi prioritas pengunjung.
"Mal lebih ramai dijadikan sebagai sentra kuliner dibandingkan pembelian barang-barang mewah atau branded," kata Bhima.
Menurut Bhima, saat ini alternatif berbelanja semakin banyak, misalnya lewat e-commerce dan media sosial.
Hal ini membuat masyarakat tak lagi memprioritaskan berbelanja barang mewah saat datang ke mal.
Sejumlah mal pun semakin ditinggalkan pengunjung meskipun pernah menjadi destinasi favorit bagi masyarakat di sekitar Jabodetabek.
Menurut Bhima, kejayaan mal tersebut akan semakin sulit diraih apabila tidak ada pembaruan konsep dari pengelola meskipun pandemi Covid-19 berakhir.
Pasalnya, saat ini tak sedikit mal yang sudah mulai pulih.
"Mereka sulit capai kejayaannya lagi, kecuali melakukan perombakan konsep menjadi sentra kuliner. Mungkin masih bisa menjaga pendapatan dari sewa tenant," kata Bhima.