Khazanah Islam
Letak dan Sejarah Kerajaan Aceh Materi PAI dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Peran kerajaan yang bercorak Islam memiliki kontribusi terdapat penyebaran Islam.
Termasuk di antaranya Kerajaan Aceh di Pulau Sumatra.
Berikut penjelasan singkat tentang kerajaan Aceh.
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar.
Nama Aceh menanjak dengan cepat pada abad ke-17.
• Arti dan Penjelasan Tentang Haji Ifrad, Qiran dan Tamattu Materi PAI dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP
Sejak itu, seluruh Aceh berada di bawah naungan Aceh Besar yang berpusat di Kutaraja.
Sultanpertama yangmemerintah dan sekaligus sebagai pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).
Ali Mughayat Syah meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah Pidie yang bekerja sama dengan Portugis, kemudian ke Pasai pada tahun 1524 M.
Dengan kemenangannya terhadap dua kerajaan tersebut, Aceh dengan mudah melebarkan kekuasaannya ke Sumatra Timur.
Peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al-Qahar.
Berbeda dengan Sultan Ali Mughayat Syah yang bekerja sama dengan Portugis, Sultan Alauddin Riayat Syah justru berusaha melawan Portugis.
Dalam menghadapi tentara Portugis, ia menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan Islam lain di Indonesia.
Pada masa pemerintahan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mencapai puncak kekuasaannya.
• Ringkasan Materi Pelajaran SKI Kelas 9 MTs Kerajaan Bercorak Islam di Sumatra, Jawa dan Sulawesi
Bandar Aceh dibuka menjadi pelabuhan internasional dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang Portugis.
Penaklukan demi penaklukan tidak hanya dilakukan terhadap tanah Aceh dan sekitarnya, melainkan juga meluas jauh ke luar Aceh.
Ini menjadikan kekuasaan Aceh membentang dari daerah Deli sampai dengan Semenanjung Malaka.
Pada masanya, Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat Sumatra.
Namun, usaha Aceh untuk menguasai Malaka yang diduduki oleh Portugis berulang kali mengalami kegagalan.
Bahkan, untuk mengalahkan Portugis, Sultan bekerja sama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.
Pada masa Sultan Iskandar Muda itulah, disusun suatu undang-undang tentang tata pemerintahan yang disebut Adat Makuta Alam.
Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 M dan digantikan oleh menantunya, yaitu Sultan Iskandar Tsani (1636-1641 M).
Masa pemerintahannya tidak lama karena ia tidak memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda.
Penggantinya adalah permaisurinya sendiri, yaitu putri Sultan Iskandar Muda yang bernama Syafiatu’ddin.
Sejak Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh terus menerus mengalami kemunduran. (*)
Disclamair : Isi redaksi dan pembahasan materi diatas dilansir dari buku siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 9 SMP Terbitan Kemendikbudristek tahun 2017.
Simak Berita terkait Khazanah Islam Tribun Pontianak.