Lokal Populer

Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove Dalam Pembelajaran Sekolah di Kubu Raya

Kebijakan ini menjadi inisiatif pertama di Kalbar yang mengintegrasikan kurikulum gambut dan mangrove ke dalam mata pelajaran

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan saat resmikan peluncuran kurikulum muatan lokal (mulok) gambut dan mangrove di Gardenia Resort Sungai Raya pada Rabu 30 November 2022. (Prokopim Kubu Raya) 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kubu Raya secara resmi meluncurkan kurikulum muatan lokal (mulok) gambut dan mangrove di Gardenia Resort Sungai Raya pada Rabu 30 November 2022.

Kebijakan ini menjadi inisiatif pertama di Kalbar yang mengintegrasikan kurikulum gambut dan mangrove ke dalam mata pelajaran.

Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan semangat merdeka belajar adalah upaya menavigasi masyarakat, dari desa hingga pemerintah pusat agar turut serta mengawal restorasi ekosistem gambut dan mangrove.

“Pelibatan para pendidik yang digerakkan dari berbagai kecamatan, tergabung menjadi satu semangat yang akan meneruskan perjalanan edukasi gambut dan mangrove di Kubu Raya. Inilah semangat kepong bakul, bergerak serentak dan berinovasi,” kata Muda Mahendrawan saat peluncuran kurikulum mulok gambut dan mangrove.

Problematika HIV AIDS di Kota Singkawang dan Kabupaten Sanggau

Peluncuran ditandai dengan atraksi pantun berdendang Melayu dari siswa SMPN 3 Sungai Kakap. Pantun berisi pesan ajakan kepada generasi muda untuk mencintai dan mengelola lingkungan, khususnya gambut dan mangrove, serta sebagai #PahlawanGambut generasi muda siap untuk melanjutkan dan memahami ekosistem gambut dan mangrove.

Bupati Muda menjelaskan bahwa keberhasilan penyusunan kurikulum muatan lokal gambut tidak lepas dari partisipasi aktif tenaga pengajar, pengelola sekolah, pengawas, dan mitra pembangunan. Kemitraan aktif ini penting dibangun dalam proses penyusunan muatan lokal gambut.

Penguatan kapasitas tenaga pengajar dalam memahami ekosistem gambut dan mengembangkan bahan ajar adalah kunci utama penerapan kurikulum muatan lokal gambut di tingkat kabupaten. Ini juga menjadi kunci kesuksesan pembelajaran serta pemahaman tentang ekosistem gambut kepada seluruh peserta didik.

Penghargaan terbesar berupa sertifikat dan cenderamata menjadi penanda keberhasilan dan ucapan terima kasih yang teramat sangat kepada seluruh Tim Pengembang Muatan Lokal Gambut dan Mangrove yang telah mencurahkan pemikirannya.

“Semoga langkah mulia dapat mencetak generasi muda Indonesia yang paham dan juga akan mengimplementasikan pengetahuan yang mereka terima dalam menjaga ekosistem gambut demi kesejahteraan dan keberlangsungan lingkungan di Kubu Raya,” harapnya.

Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Suwignya Utama menyampaikan apresiasi kepada pemerintah kabupaten yang telah menginisiasi seluruh proses penyusunan kurikulum ini.

“Kita patut berbangga hati bahwa Kabupaten Kubu Raya inilah yang pertama menerapkan edukasi dan langkah nyata untuk menerapkan kurikulum gambut dan mangrove yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran,” katanya di Sungai Raya.

Dan Direktur ICRAF Indonesia Sonya Dewi juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi tak terhingga kepada Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan yang telah menunjukkan komitmen dan konsistensinya untuk kelestarian dan keberlanjutan ekosistem gambut dan mangrove.

“Tahun lalu, Indonesia baru saja berkomitmen dengan masyarakat global yang disebut sebagai Strategi Jangka Panjang-Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim. Salah satu hal penting adalah komitmen Indonesia untuk mencapai kondisi netral-karbon di tahun 2060,” kata Sonya.

Dan Sonya Dewi juga mengatakan artinya pada saat itu jumlah kumulatif emisi dan sequestrasi Indonesia adalah nol. Di dalam dokumen tersebut, kata “gambut” disebutkan sebanyak 27 kali, jauh lebih banyak dari kata “keanekaragaman hayati” bahkan kata “konservasi”.

“Hal itu menunjukkan bahwa ekosistem gambut diakui memegang peranan penting dalam pencapaian target penanganan perubahan iklim Indonesia,” tambah Sonya.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kubu Raya M. Ayub mengatakan manfaat keberadaan gambut dan mangrove ini harus dinikmati oleh seluruh masyarakat Kubu Raya.

“Beranjak dari sanalah kita berusaha menyambut baik gagasan itu guna mendukung pemahaman mengenai lingkungan gambut dan mangrove. Ini harus diawali dari generasi muda sebagai penerus bangsa, melalui pembelajaran dan pemahaman edukasi dijenjang SD dan SMP,” katanya.

Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Huda Ahsani menyebut penguatan sumber daya manusia merupakan kegiatan utama dari isu gambut dan mangrove.

“Pengembangan kurikulum mulok gambut dan mangrove ini penting untuk menyokong ketahanan pangan, konservasi keanekaragaman hayati, dan tata pengembangan pertanian dan kehutanan. Tata kelola melalui pengetahuan harus dilakukan kepada anak-anak sehingga mereka perlu memahami perubahan iklim yang terjadi di dunia,” jelasnya.

Lebih jauh Huda Ahsani menyebut karakteristik gambut ini perlu diketahui sejak dini agar mereka mampu melakukan tindakan perubahan (corrective action) yang berbasis ilmu pengetahuan yang ada.

Sementara itu, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Zulfikri menjelaskan bahwa arti kata ‘kurikulum’ adalah jalan untuk menuju satu tujuan.

“Bentuknya berupa pengalaman-pengalaman belajar berisi wawasan pembelajaran bagi anak-anak untuk mewujudkan karakeristik anak, pendewasaan diri, agar setiap anak memiliki dan dapat jalan serta ruang yang telah diinginkan untuk menjadi individu yang bermanfaat,” urai Zulfikri.

Harapan kami, sambung Zulfikri, agar kurikulum gambut dan mangrove ini menjadi materi ajar yang dapat terintegrasi ke seluruh mata pelajaran.

Berdasarkan catatan dari ICRAF Indonesia, ekosistem gambut di Kubu Raya adalah sumber daya alam yang berperan penting bagi penghidupan masyarakat. Sayangnya, ekosistem gambut seringkali tidak dikelola dengan baik karena minimnya pengetahuan tentang karakteristik dan praktik pengelolaan terbaik.

Akibatnya, berbagai permasalahan seperti kebakaran dan rusaknya habitat alami seringkali terjadi. Karenanya, pengetahuan tentang pengelolaan gambut perlu ditanamkan sejak dini melalui jalur edukasi formal sejak sekolah dasar.

Kendati penelitian sudah banyak dilakukan, hasil-hasil yang ada masih perlu dikembangkan dan disesuaikan agar dapat menjadi konsumsi belajar anak-anak sekolah.

Sudah Diterapkan di 15 Sekolah

Pemerintah Kabupaten Kubu Raya (Pemkab KKR) bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dan The International Centre for Research in Agroforestry (Icraf) luncurkan Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya.

Perhelatan Launching Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya tersebut, dilakukan secara simbolis di Gardenia Jalan Arteri Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Rabu 30 November 2022.

Bupati Kubu Raya, Muda Mahendra mengatakan, sebelum dilaunching, sudah ada 15 sekolah yang menerapkan Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove sebagai langkah uji coba.

“Dua bulan yang lalu, SMPnya ada 6 sisanya itu SD semua yang tersebar di tujuh kecamatan,” ujarnya.

Muda melanjutkan, pada penerapannya saat uji coba di 15 sekolah selama beberapa bulan. Kurikulum mulok mendapat sambutan baik dari masyarakat, bahkan sekolah-sekolah lainnya ingin juga secepatnya untuk menerapkan kurikulum tersebut.

“Itu sekolah-sekolah lain banyak yang berdatangan dan juga mereka ingin cepat diterapkan ke kurikulum mereka sambil melakukan proses pembelajaran pada murid,” katanya.

Muda menilai, dengan adanya kurikulum mulok gambut dan mangrove dapat meningkatkan keperdulian anak-anak, khususnya bagi pelajar SD dan SMP terhadap resiko-resiko dan kerentanan mangrove dan gambut.

“Dengan kepolosan dan kritisnya dia, saya rasa kita bisa dapat inspirasi jugakan,” katanya.

Kapokja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwignyo Utama sambut baik dan apresiasi karena dapat menjadikan materi gambut dan mangrove dapat dimunculkan pada mata pelajaran IPAS dan Bahasa Indonesia untuk SD, dan Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS untuk SMP.

“Sehingga para peserta didik semakin mengenal gambut dan mangrove tanpa terbatas oleh jam pelajaran yang terbatas seperti jika menjadi mulok tersendiri,” katanya.

Dia menjelaskan, fungsi BRGM adalah pelaksanaan penguatan kelembagaan masyarakat dalam rangka restorasi gambut dan pelaksanaan sosialisasi dan edukasi restorasi gambut.

“Salah satu juga terkait dengan edukasi, itu fungsinya BRGM. Bagaimana agar pendidikan mangrove dan gambut lingkungan ini bisa terintegrasi dalam kurikulumnya kabupaten,” katanya.

Untuk itu dikatakan, pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya ini merupakan inovasi dan langkah awal pihaknya untuk mengimplementasikan kurikulum Pendidikan Lingkungan Gambut dan Mangrove

“Agar dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian ekosistem gambut dan mangrove sedini mungkin,” jelasnya.

Direktur ICRAF Indonesia Sonya Dewi juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan yang telah menunjukkan komitmen dan konsistensinya untuk kelestarian dan keberlanjutan ekosistem gambut dan mangrove.

Sonya melanjutkan, saat melakukan uji coba Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di 15 sekolah, ICRAF terus mendampingi dengan memberikan dukungan-dukungan teknis yang dibutuhkan. Untuk itu, kedepannya ICRAF akan terus mendukung hal-hal teknis serupa.

“Untuk misalnya hasil-hasil penelitian, pengetahuan yang dimasukan sebagai contoh-contoh lebih lanjut,” ungkapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved