Khazanah Islam
Kisah Seputar Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Menjelang akhir hayatnya, Rasulullah berwasiat agar berpegang teguh kepada Alquran dan Hadits.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - 3 bulan setelah melakukan haji wada,Nabi Muhammad SAW sakit demam.
Beliau sakit selama 14 hari.
Saat demamnya bertambah tinggi, Rasulullah tidak mampu menjadi imam shalat di masjid.
Tiga kali beliau hendak mengimami salat namun pingsan.
Karenanya, beliau meminta sahabat Abu Bakar menggantikan beliau menjadi imam shalat.
• Haji Wada dan Khutbah Perpisahan Nabi Muhammad SAW Menjelang Wafat
Pada suatu hari, Rasulullah mengetahui bahwa kaum muslimin berkumpul di masjid mencemaskan dan berduka atas sakitnya beliau.
Dengan dipapah sahabat Abbas dan Ali bin Abi Thalib, Nabi menemui mereka.
Nabi duduk di atas mimbar, anak tangga yang pertama, lalu beliau berpidato : ”Wahai manusia, saya mendengar bahwa kalian semua cemas apabila Nabimu meninggal dunia.
Pernahkah ada seorang Nabi yang akan dapat hidup selama-lamanya?
Saya akan menemui Tuhan dan kamu sekalian akan menyusulku”.
Kemudian Nabi mempercayakan kaum Ansar kepada Muhajirin dan sebaliknya,
menyerahkan kaum Muhajirin kepada kaum Ansar.
Ini adalah pesan menjaga persaudaraan dan persatuan di antara para sahabat.
Menjelang akhir hayatnya, Rasulullah berwasiat agar berpegang teguh kepada Alquran dan Hadits.
Beliau kemudian mengucapkan “umatku, umatku, umatku; ash-shalah, ash-shalah, as-shalah.
Ini menunjukkan cintanya beliau kepada umatnya.
Begitu agung cintanya Rasulullah sampai menjelang wafat pun umatnya disebut-sebut.
• Materi Ajar PAI dan Budi Pekerti Kisah Singkat Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah
Dengan ungkapan tersebut Rasulullah Saw. berpesan kepada umatnya agar jangan meninggalkan shalat.
Shalat harus senantiasa didirikan dan tidak boleh ditinggalkan. Salat sangat penting bagi umat Islam karena menjadi tiang agama.
Tanggung jawab umat Islam adalah berpegang teguh melaksanakan salat yang merupakan pesan Rasulullah SAW.
Pada hari Senin, ketika kaum muslimin sedang melaksanakan shalat Subuh–sementara sahabat Abu Bakar sedang mengimami mereka.
Nabi SAW Tidak menemui mereka, tetapi hanya menyingkap tabir kamar Aisyah dan memperhatikan mereka yang berada di shaf-shaf salat.
Kemudian beliau tersenyum.
Sahabat Abu Bakar mundur hendak berdiri di shaf, karena dia mengira Rasululah hendak keluar untuk shalat.
Namun, beliau memberikan isyarat dengan tangan beliau agar mereka menyelesaikan shalat.
Kemudian, beliau masuk kamar dan menurunkan tabir.
Akhirnya, dengan mengucap kalimah tauhid seraya berdoa agar mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT, Rasulullah SAW pun wafat.
Rasulullah SAW wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal Tahun 11 H dalam usia 63 tahun.
Wafatnya Rasul SAW sangat mengagetkan para sahabat.
Meskipun mereka sudah diberi nasehat Rasul, akan tetapi mereka tetap kaget dan sangat sedih.
Sahabat Umar yang terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani juga merasakan hal yang sama.
Beliau hampir tidak percaya apabila Nabi telah tiada. Begitu juga dengan sahabat-sahabat yang lain, mereka merasakan hal yang sama.
Namun Abu Bakar sangat bijaksana dan arif.
Di tengah-tengah kesedihan dan perasaan yang serba panik dan kalut dipenuhi rasa tidak percaya, Abu Bakar berpidato: ”Wahai manusia, barang siapa yang memuja Muhamad, Muhammad telah mati.
Tetapi siapa yang memuja Allah SWT, Ia hidup selama-lamanya, tidak akan pernah mati”.
Mendengar pidato Abu Bakar yang tegas ini, sahabat Umar dan sahabat-sahabat Nabi yang lain menjadi sadar.
Bahkan Umar berkata: ”Demi Allah saya tadinya mengira bahwa di dalam Alquran tidak ayat seperti yang dibacakan oleh Abu Bakar ini. Saya baru sadar ada ayat ini setelah dibacakan Abu Bakar”. (*)
Disclamair : Isi redaksi dan pembahasan materi diatas dilansir dari buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Ibtidaiyah (MI/SD) Kelas V Terbitan Kementerian Agama tahun 2020.
Simak Berita terkait Khazanah Islam Tribun Pontianak.