Lokal Populer
Penataan Kawasan Kota Tua di Kota Pontianak Perlu Tata Kelola yang Tersusun Rapi
mengelola kota lama menjadi sebuah destinasi wisata Ifan mengatakan pertama harus memiliki arsitektur yang menggambarkan sebuah bangunan-bangunan lama
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ketua DPD Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) Kalimantan Barat (Kalbar), Ifan Ronaldo Barus, mengatakan sebaiknya sebelum dibangun dan diresmikan atau dijadikan ikon wisata, semua harus ditata kelola terlebih dahulu.
Pemerintah Kota Pontianak terus melakukan penataan terhadap Waterfront Tepian Sungai Kapuas agar menjadi wajah baru Kota Pontianak sebagai ikon wisata air yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.
"Penataan harus dilakukan. Disusun rapi, misalnya ada factory outletnya, untuk baju-baju budaya seperti melayu daya cina dan Dayak. Ini harus dioptimalkan kalau mau dikembangkan menjadi sebuah pusat pariwisata," ujar Ifan.
Untuk mengelola kota lama menjadi sebuah destinasi wisata Ifan mengatakan pertama harus memiliki arsitektur yang menggambarkan sebuah bangunan-bangunan lama.
• Penyaluran Beras Cadangan Pangan Pemerintah Kota Pontianak Dampak Kenaikan BBM
"Kenapa, karena di situ masih banyak bangunan pinggiran. Sebenarnya di daerah Senghi itu memang pelabuhan pertama di Pontianak. Disitu ada budaya-budaya yang harus digali juga. Nah untuk mengelola kota tua kota ini kan semua elemen harus dilibatkan. Itu tidak hanya pemerintah tapi lapisan masyarakat," ujarnya.
Tak hanya lapisan masyarakat, pemerintah kata dia juga melibatkan pemilik di tempat yang punya bangunan, asosiasi, lembaga, supaya pembangunan lebih optimal.
"Apa-apa aja yang diperlukan misalnya kalau kita lihat kota tua di daerah-daerah lain. Ada factory outletnya supaya, bisa menjadi tujuan belanja. Wisatawan tidak hanya melihat langsung kebudayaan tapi ketika mereka tertarik mereka bisa langsung membeli baju-baju adat itu. Jadi disitu sebagai pusat perbelanjaan," ujarnya.
Tata kelola UMKM diakuinya penting setelah menjadi kota tua. Dimana pelaku UMKM maupun pedagang kaki lima harus tersusun rapi dan tidak semeraut. Makanya menurut Ifan sangat diperlu kerjasama antara Pemkot lembaga sosial yang memang berpengalaman di bidang itu.
"Waterfront di Barito saja semerawut, saya pengalaman kesana bersama keluarga diusir karena tempat duduk penuh dipakai berjualan. Itu saja tidak tertata, jadi perlu kita pikirkan dulu di situ kan banyak pemilik pemilik pribadi lahan-lahan pribadi. Lakukan sosialisasikan dulu sebelum mempromosikan menjadi sebuah destinasi wisata," ujarnya.
Menurutnya pemerintah tidak hanya menata kotanya saja tetapi harus SDM masyarakat setempat.
"Artinya ya begitu kita tetapkan itu menjadi sebuah destinasi, semua harus sudah siap. Hal-hal kecil yang dianggap remeh tapi sangat menjadi perhatian wisatawan. Karena merusak keindahan," ujarnya.
Ifan menyarankan pemerintah memperhatikan penataan pegadang di waterfront yang sudah dibangun sebelum menetapkan dan membangun infrastruktur.
"Itu perlu dikaji lagi. Sebelum ditetapkan perlu sosialisasi ke masyarakat bahwa ini akan dijadikan sebuah tempat wisata yang akan memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat itu sendiri," ujarnya.
Kedua, yang menjadi perhatian kata Ifan setelah ditetapkan atau sebelum menetapkan harus diperhatikan badan pengelolanya siapa.
"Nah ini juga perlu dioptimalkan untuk mendampingi atau pendampingan kepada masyarakat. Fungsi penting badan ini yang mendampingi mensosialisasikan. Apabila telah dibentuk kita harus mengelola ini dengan tata kelola yang berbasis masyarakat," ujarnya.