Sutarmidji Minta Lakukan Penelitian dan Tracing Obat yang Diminum Pasien Suspek GGA di Singkawang
Pasien tersebut adalah anak perempuan usia 8 tahun rujukan dari RS swasta di Singkawang, ke RSUD Soedarso Pontianak yang saat ini sedang menjalani per
Penulis: Anggita Putri | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji angkat bicara terkait adanya satu kasus suspek Atypical Progressive Acute Kidney Injury (AKI) atau gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak di Kalimantan Barat (Kalbar).
Seperti diketahui, pasien tersebut adalah anak perempuan usia 8 tahun rujukan dari RS swasta di Singkawang, ke RSUD Soedarso Pontianak yang saat ini sedang menjalani perawatan intensif di ruang PICU anak. Pasien juga masih dalam pengawasan dokter spesialis anak.
Sutarmidji menyampaikan dengan adanya satu pasien suspek tersebut, ia telah meminta Diskes Provinsi Kalbar untuk lebih mensosialisasikan penyebab dari penyakit gagal ginjal akut.
“Kalau sudah diteliti nanti kan akan diketahui penyebabnya. Kadang kebanyakan orang tua kurang informasi, tidak mengakses informasi. Kalau mereka tau informasi maka akan lebih mudah mencegahnya,” ujarnya saat ditemui usai menjadi inspektur upacara Peringatan Hari sumpah pemuda ke-94 di Halaman Kantor Gubernur pada Jumat 28 Oktober 2022.
• Kabar Terbaru dari Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Suspek Gagal Ginjal Akut Singkawang
Sutarmidji mengatakan apabila sudah tau penyebanya, maka harus terus lakukan sosialisasi kepada masyarakat dan ke semua komponen juga harus ikut mensosialisasikannya.
“Ini kasus pasien suspek dari Singkawang saya minta diteliti betul penyebabnya, lakukan Tracing obat apa yang ditemukan,” katanya.
Ia menuturkan arahan BPOM sendiri sejauh ini sudah berjalan, hanya saja kurang mengekspos temuan mereka contoh obat herbal Cina, berbeda dengan obat herbal Indonesia.
“Obat herbal Indonesia 100 persen herbal, tapi Obat Herbal Cina masih boleh ada kandungan bahan kimia obat. Kalau tidak percaya beli saja kemudian periksa di Balai BPOM pasti ditemukan kandungan kimia obat. Ini harus disampaikan selama ini kan tidak disampaikan,” tegasnya.
"Apalagi jika sudah dilakukan penarikan, tapi begitu ditarik dirilis lagi obat-obat yang sudah dikomsusi. Khsusnya untuk anak, intinya lakukan sosialisasi dan pahami betul penyebabnya," lanjutnya
Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News