Piala Dunia 2022
Seputar Piala Dunia - CEO Piala Dunia 2022 Menentang Keras Kampanye LGBT di Qatar
Piala Dunia 2022 di Qatar sepertinya menjadi ajang paling banyak mendapat kritikan sebelum pertandingan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Piala Dunia 2022 di Qatar sepertinya menjadi ajang paling banyak mendapat kritikan sebelum pertandingan.
Berbagai pro dan kontra terus saja berhembus mengiringi persiapan tuan rumah mempersiapakan Piala Dunia 2022.
Namun, sejumlah kritikan tak henti-hentinya tertuju kepada Qatar sebagai negara penyelenggara.
Salah satu yang menjadi sorotan sebelumnya adalah permasalahan HAM.
• Seputar Piala Dunia 2022: Daftar Nominal Hadiah Sang Juara Hingga Tim Lolos dari Fase Grup
Beberapa waktu yang lalu Denmark merilis wujud jersey unik sebagai bentuk protes.
Denmark akan mengenakan kaus yang "tidak mencolok" untuk ajang Piala Dunia guna memprotes catatan hak asasi manusia tuan rumah Qatar dan perlakuannya terhadap pekerja migran.
Protes timnas Denmark terhadap Piala Dunia 2022 kembali berlanjut. Kali ini, para pendukung Tim Dinamit memutuskan untuk tidak berangkat ke Qatar.
• Seputar Piala Dunia 2022: Fans Tim Denmark Tolak Datang ke Qatar, Wujud Protes Pelanggaran HAM
Sejak ditunjuk menjadi negara tuan rumah pada Desember 2010, Qatar berbenah dengan mempersiapkan infrastruktur untuk kesuksesan Piala Dunia.
Kemudian CEO Piala Dunia 2022 Qatar, Nasser Al-Khater, meminta turnamen tidak dibuat sebagai platform pernyataan politik.
Hampir 12 tahun setelah penunjukkan, Qatar kini bersiap menyambut negara-negara peserta dan jutaan pendukung yang datang langsung.
Akan tetapi, masalah politik nyatanya tidak lepas dari ajang ini di mana sejumlah negara Eropa secara terbuka membahasnya.
• Seputar Piala Dunia 2022: Pemain Diprediksi Bersinar di Piala Dunia, Berkompetisi di Luar Liga Eropa
Qatar, yang dikenal sebagai negara Muslim, membuat sejumlah aturan yang dinilai tidak terbuka kepada orang-orang Eropa.
Salah satunya adalah dengan menentang adanya perilaku yang tidak sesuai norma Islam, yakni adanya dukungan kepada komunitas LGBTQ.
Beberapa waktu lalu, 10 negara Eropa menyatakan bakal menggunakan ban kapten berwarna putih bertuliskan One Love dengan logo berbentuk hati berwarna pelangi.
Hal ini dilakukan oleh beberapa negara sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas tersebut.
Di Eropa, dukungan ini lazim diberikan agar tidak membatasi orientasi seksual seseorang dalam menikmati sepak bola.