Khazanah Islam
Doa Hari Senin Pagi Baik Dibaca Saat Akan Memulai Aktivitas Agar Mendapat Berkah
Ikhtiar untuk mendapatkan sesuata akan senantiasa dipermudah jika dimulai dengan doa.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Doa merupakan wahana bagi manusia untuk selalu mendekatkan diri pada Allah SWT.
Ikhtiar untuk mendapatkan sesuata akan senantiasa dipermudah jika dimulai dengan doa.
Islam memberikan pengaturan yang lengkap bagi setiap pengikutnya.
Termasuk dalam hal memanjatkan doa.
• Bacaan Doa Qunut Subuh untuk Sholat Sendiri-sendiri atau Berjamaah di Masjid, Arab Latin dan Artinya
Bahkan setiap harinya ada doa secara khusus dalam menjalankan aktivtas sehari hari.
Terdapat amalan dan doa yang bisa dibiasakan saat akan memulai aktivitas pada hari Senin.
Doa menunjukkan bukti benarnya tawakal seseorang kepada Allah Ta’ala. Karena seorang yang berdoa berarti meminta tolong pada Allah. Berarti ia menyerahkan urusannya kepada Allah semata tidak pada selain-Nya.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya:”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mu’min: 60)
Berikut ini doa yang bisa dibaca saat memulai aktivitas pada hari Senin Pagi.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي لَمْ يُشْهِدْ أَحَدًا حِيْنَ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرْضَ, وَلاَ اتَّخَذَ مُعِيْنًا حِيْنَ بَرَأَ النَّسَمَاتِ, وَ لَمْ يُشَارَكْ فِي اْلإِلَهِيَّةِ وَ لَمْ يُظَاهَرْ فِي الْوَحْدَانِيَّةِ, كَلَّتِ اْلأَلْسُنُ عَنْ غَايَةِ صِفَتِهِ, وَ الْعُقُوْلُ عَنْ كُنْهِ مَعْرِفَتِهِ, وَ تَوَاضَعَتِ الْجَبَابِرَةُ لِهَيْبَتِهِ, وَ عَنَتِ الْوُجُوْهُ لِخَشْيَتِهِ, وَ انْقَادَ كُلُّ عَظِيْمٍ لِعَظَمَتِهِ
Bismillâhir rahmânir rahîm. Alhamdu lillâhil ladzî lam yusyhid ahadan hîna fatharas samâwâti wal ardh, wa lattakha dza mu‘înan hîna bara`an nasamât, wa lam yusyârak fil ilâ hiyyah, wa lam yuzhâhar fil wahdâniyyah, kallatil alsunu ‘an ghâyati shifatih, wal ‘uqûlu ‘an kunhi ma‘rifatih, wa tawâdha ‘atil jabâbiratu lihaibatih, wa ‘anatil wujûhu likhasyyatih, wanqâda kullu ‘azhîmin li‘azhamatih.
Artinya: “Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang. Segala puji kepunyaan Allah yang tidak mempersaksi kan kepada satu pun (makhluk-Nya) ketika Dia menciptakan seluruh langit dan bumi, dan tidak menjadikan pembantu ketika Dia sebarkan jiwa, Dia tidak disekutui dalam ketuhanan-Nya dan tidak dikalahkan dalam keesaan-Nya. Menjadi kelu segala lidah untuk mengungkapkan kedalaman sifat-Nya, menjadi lemah semua akal untuk memahami hakikat ma‘rifat-Nya, para penguasa kejam tunduk kepada kehebatan-Nya dan semua wajah menunduk karena takut kepada-Nya, dan semua yang dipertuan agung tunduk kepada kebesaran-Nya. Segala puji kepunyaan Allah dengan beruntun lagi terus menerus, dengan berturut-turut dan selamanya, shalawât Allah kepada Rasûl-Nya selama-lamanya dan salâm-Nya dengan terus-menerus tidak berkesudahan.”
Doa Hari Senin Berkah
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِكُلِّ نَذْرٍ نَذَرْتُهُ, وَ كُلِّ وَعْدٍ وَعَدْتُهُ, وَ كُلِّ عَهْدٍ عَاهَدْتُهُ ثُمَّ لَمْ أَفِ بِهِ. وَ أَسْأَلُكَ فِي مَظَالِمِ عِبَادِكَ عِنْدِي, فَأَيُّمَا عَبْدٍ مِنْ عَبِيْدِكَ أَوْ أَمَةٍ مِنْ إِمَائِكَ, كَانَتْ لَهُ قِبَلِي مَظْلِمَةٌ ظَلَمْتُهَا إِيَّاهُ فِي نَفْسِهِ أَوْ فِي عِرْضِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي أَهْلِهِ وَ وَلَدِهِ, أَوْ غِيْبَةٌ اِغْتَبْتُهُ بِهَا, أَوْ تَحَامُلٌ عَلَيْهِ بِمَيْلٍ أَوْ هَوًى أَوْ أَنَفَةٍ أَوْ حَمِيَّةٍ أَوْ رِيَاءٍ أَوْ عَصَبِيَّةٍ, غَائِبًا كَانَ أَوْ شَاهِدًا, وَ حَيًّا كَانَ أَوْ مَيِّتًا, فَقَصُرَتْ يَدِي وَ ضَاقَ وُسْعِي عَنْ رَدِّهَا إِلَيْهِ وَ التَّحَلُّلِ مِنْهُ
Allahumma innî astaghfiruka lukulli nadzrin nadzartuh, wa kulli wa‘din wa‘adtuh, wa kulli ‘ahdin ‘âhadtuhu tsumma lam afi bih. Wa as`aluka fi mazhâlimi ‘ibâdika ‘indî, fa`ayyumâ ‘abdin min ‘abîdika au amatin min imâ`ik, kânat lahu qibalî mazhlimatun zhalamtuhâ iyyâhu fî nafsihi au fî ‘irdhihi au fî mâlihi au fî ahlihi wa waladih, au ghîbatun ightabtuhu bihâ, au tahâmulum ‘alaihi bimailin au hawan au anafatin au hamiyyatin au riyâ`in au ‘ashabiyyah, ghâ`iban kâna au syâhidâ, wa hayyan kâna au mayyitâ, faqashurat yadî wa dhâqa wus‘î ‘an raddihâ ilaihi wat tahalluli minh.
Artinya: “Ya Allah aku memohon ampun untuk setiap nadzar yang kuikrarkan, setiap janji yang kuucapkan dan setiap akad yang kuikatkan, kemudian aku tidak menyempurnakannya. Dan aku memohon kepada-Mu tentang kezalimanku kepada hamba-hamba-Mu, hamba yang mana saja yang baginya ada kezalîmân dariku, baik lelaki maupun perempuan yang telah kuzalimi pada dirinya, pada kehormatannya, pada hartanya, pada keluarganya atau anaknya, atau umpatan yang telah kuumpatkan dengannya, atau berupa penekanan atasnya dengan tindakan memalingkan, hawa nafsu, kekasaran, kesombongan, pamer atau karena rasa kesukuan, baik di belakang ataupun dihadapan, baik masih hidup ataupun telah mati, kemudian tanganku ini terasa pendek dan dadaku terasa sempit untuk mengembalikannya kepadanya atau meminta penghalalan darinya.”
Doa Hari Senin Berkah
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِكُلِّ نَذْرٍ نَذَرْتُهُ, وَ كُلِّ وَعْدٍ وَعَدْتُهُ, وَ كُلِّ عَهْدٍ عَاهَدْتُهُ ثُمَّ لَمْ أَفِ بِهِ. وَ أَسْأَلُكَ فِي مَظَالِمِ عِبَادِكَ عِنْدِي, فَأَيُّمَا عَبْدٍ مِنْ عَبِيْدِكَ أَوْ أَمَةٍ مِنْ إِمَائِكَ, كَانَتْ لَهُ قِبَلِي مَظْلِمَةٌ ظَلَمْتُهَا إِيَّاهُ فِي نَفْسِهِ أَوْ فِي عِرْضِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي أَهْلِهِ وَ وَلَدِهِ, أَوْ غِيْبَةٌ اِغْتَبْتُهُ بِهَا, أَوْ تَحَامُلٌ عَلَيْهِ بِمَيْلٍ أَوْ هَوًى أَوْ أَنَفَةٍ أَوْ حَمِيَّةٍ أَوْ رِيَاءٍ أَوْ عَصَبِيَّةٍ, غَائِبًا كَانَ أَوْ شَاهِدًا, وَ حَيًّا كَانَ أَوْ مَيِّتًا, فَقَصُرَتْ يَدِي وَ ضَاقَ وُسْعِي عَنْ رَدِّهَا إِلَيْهِ وَ التَّحَلُّلِ مِنْهُ
Allahumma innî astaghfiruka lukulli nadzrin nadzartuh, wa kulli wa‘din wa‘adtuh, wa kulli ‘ahdin ‘âhadtuhu tsumma lam afi bih. Wa as`aluka fi mazhâlimi ‘ibâdika ‘indî, fa`ayyumâ ‘abdin min ‘abîdika au amatin min imâ`ik, kânat lahu qibalî mazhlimatun zhalamtuhâ iyyâhu fî nafsihi au fî ‘irdhihi au fî mâlihi au fî ahlihi wa waladih, au ghîbatun ightabtuhu bihâ, au tahâmulum ‘alaihi bimailin au hawan au anafatin au hamiyyatin au riyâ`in au ‘ashabiyyah, ghâ`iban kâna au syâhidâ, wa hayyan kâna au mayyitâ, faqashurat yadî wa dhâqa wus‘î ‘an raddihâ ilaihi wat tahalluli minh.
Artinya: “Ya Allah aku memohon ampun untuk setiap nadzar yang kuikrarkan, setiap janji yang kuucapkan dan setiap akad yang kuikatkan, kemudian aku tidak menyempurnakannya. Dan aku memohon kepada-Mu tentang kezalimanku kepada hamba-hamba-Mu, hamba yang mana saja yang baginya ada kezalîmân dariku, baik lelaki maupun perempuan yang telah kuzalimi pada dirinya, pada kehormatannya, pada hartanya, pada keluarganya atau anaknya, atau umpatan yang telah kuumpatkan dengannya, atau berupa penekanan atasnya dengan tindakan memalingkan, hawa nafsu, kekasaran, kesombongan, pamer atau karena rasa kesukuan, baik di belakang ataupun dihadapan, baik masih hidup ataupun telah mati, kemudian tanganku ini terasa pendek dan dadaku terasa sempit untuk mengembalikannya kepadanya atau meminta penghalalan darinya.” (*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News