Doa Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 25 September 2022, Kita Diajak Selalu Memilih Salib daripada Dosa
Lihat bacaan renungan harian Katolik Minggu 25 September 2022 hari Minggu biasa pekan XXVI. Bacaan injil diambil dari Lukas 16:19-31.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
Tetapi Abraham berkata, ‘Anakku, ingatlah!
Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita.
Selain daripada itu, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu atau pun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang!’
Kata orang itu, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa, supaya Engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini’.
Tetapi kata Abraham, ‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu!’
Jawab orang itu, ‘Tidak, Bapa Abraham! Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat’.
Kata Abraham kepadanya, ‘Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
• Renungan Harian Katolik Sabtu 24 September 2022 Bersabar dalam Penderitaan Berpengharapan dalam Iman
Lihat bacaan renungan harian Katolik
Bacaan seperti ini tidak boleh disalahartikan.
Tidak berarti semua orang kaya akan masuk neraka atau sebaliknya yang miskin akan masuk surga.
Cerita orang kaya dan Lazarus adalah perumpamaan yang digunakan untuk mengilustrasikan kehidupan manusia yang berakibat pada kehidupan selanjutnya.
Pada akhir cerita, kita mengetahui bahwa orang kaya menyimbolkan orang yang tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, hidup dalam kesenangan karena dosa-dosanya dan tidak peduli dengan hidupnya di masa mendatang.
Akibat hidup dalam kegembiraan semu itu, ia diganjar dengan hukuman abadi di neraka.
Di satu sisi, Lazarus miskin dan menderita karena menjalankan perintah Allah, menghindari kesenangan dosa dan setia memanggul salib, maka ia bersukacita dalam keabadian setelah kematiannya.
Kita bisa menjadi 'orang kaya' ataupun 'Lazarus' selama hidup di dunia.
Kehendak kita membuat kita bisa memilih kesenangan dosa atau salib penderitaan.
Masing-masing dan pilihan kita memiliki muaranya masing-masing.
Perlu kita ingat bahwa hidup kita di dunia hanya sementara begitu pun kesenangan atau penderitaannya.
Kita diajak untuk selalu memilih salib daripada dosa, tetapi bukan berarti sengaja membuat diri menderita.
Hal itu tentulah tidak tepat. Kebahagiaan yang kita kejar adalah sukacita abadi, yakni hidup bersatu dengan Allah.
Ya Tuhan, semoga kami selalu ingat bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, sehingga kami sungguh-sungguh mengupayakan hidup seperti yang Engkau kehendaki.
Tuntunlah kami untuk selalu taat pada rencana dan kehendak-Mu. Amin.
Sumber: adiutami.com
(*)
[Update informasi seputar Katolik]
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News