Doa Katolik
Renungan Katolik Minggu 4 September 2022 Hari Minggu Biasa XXIII Lengkap Bacaan Injil
Bacaan 1 diambil dari Kebijaksanaan 9:13-18, bacaan 2 diambil dari Surat Rasul Paulus kepada Filemon 9b-10.12-17 dan bacaan injil diambil dari Lukas.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bacaan Renungan Katolik Minggu 4 September 2022 Hari Minggu Biasa XXIII.
Lihat bacaan 1, bacaan 2, bacaan injil dan mazmur tanggapan renungan harian katolik Minggu 4 September 2022.
Bacaan 1 diambil dari Kebijaksanaan 9:13-18, bacaan 2 diambil dari Surat Rasul Paulus kepada Filemon 9b-10.12-17 dan bacaan injil diambil dari Lukas 14:25-33.
Sementara mazmur tanggapan 90:3-4.5-6.12-13.14.17 dan bait pengantar injil: Alleluya.
• Kalender Liturgi Katolik Sabtu 3 September 2022 Lengkap Bacaan Injil dan Bacaan Para Biarawan
Bacaan 1: Kebijaksanaan 9:13-18
“Siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?”
Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?
Pikiran segala makhluk yang fana adalah hina, dan pertimbangan kami ini tidak tetap.
Sebab jiwa dibebani oleh badan yang fana, dan kemah dari tanah memberatkan budi yang banyak berpikir.
Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di surga?
Siapa gerangan dapat mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?
Demikianlah diluruskan lorong orang yang ada di bumi, dan kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu; maka oleh kebijaksanaan mereka diselamatkan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: 90:3-4.5-6.12-13.14.17
Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.
1. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, “Kembalilah, hai anak-anak manusia!”
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.
2. Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.
3. Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya Tuhan, berapa lama lagi? dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
4. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat.
Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami!
Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami teguhkanlah!
Bacaan 2: Surat Rasul Paulus kepada Filemon 9b-10.12-17
“Terimalah dia, bukan sebagai hamba, melainkan sebagai saudara terkasih.”
Saudaraku yang terkasih, aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, dan kini dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anak yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus.
Dia, buah hatiku ini, kusuruh kembali kepadamu.
Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan demi Injil.
Tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu kaulakukan bukan karena terpaksa, melainkan dengan sukarela.
Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari itu, yaitu sebagai saudara terkasih.
Bagiku ia sudah saudara, apalagi bagimu, baik secara manusiawi maupun di dalam Tuhan.
Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
• Renungan Harian Kristen Protestan Sabtu 3 September 2022 Bacaan Ayat Alkitab 2 Samuel 23:16
Bait Pengantar Injil
U : Alleluya, alleluya.
S : (Mzm 119:135) Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Bacaan Injil: Lukas 14:25-33
“Barangsiapa tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Pada suatu ketika orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Mencintai Tuhan
Oleh: Rm. Charles Virgenius, O.Carm
Kita sering mendengar pertanyaan klasik, "Dari manakah datangnya cinta?"
Dengan spontan kita akan menjawab, "Dari mata turun ke hati."
Lalu jika demikian, dari manakah datangnya cinta kepada Tuhan?
Bukankah kita tidak pernah melihat Tuhan sejelas kita melihat sesama?
Jika demikian, apakah kita dapat mencintai Tuhan?
Dalam Injil hari ini, kita mendengar ajaran Yesus tentang mencintai-Nya di atas segala-galanya.
Bahkan, Yesus membandingkan cinta kepada anggota keluarga dengan cinta kepada Tuhan.
Yesus menggunakan pilihan kata yang terkadang terasa keras dan sulit dimengerti, "Membenci ayah, ibu, dan sanak saudara" untuk menggambarkan pentingnya mencintai Tuhan di atas semuanya itu.
Yesus mengajar setiap orang untuk mencintai-Nya di atas segala-galanya.
Namun, pertanyaan selanjutnya adalah apakah hal ini mungkin untuk kita lakukan?
Bagaimana kita dapat mencintai Tuhan lebih dari apa pun di dunia ini?
Bila kita berusaha untuk mencintai Tuhan dan hanya beranggapan bahwa usaha ini semata-mata berangkat dari kemauan kita, sepertinya kita keliru.
Mencintai Tuhan bukan hanya berarti usaha untuk mencintai-Nya, tetapi juga usaha untuk membuka diri atas cinta-Nya.
Setiap orang pada akhirnya akan menyadari bahwa bukan seberapa besar usahaku untuk mencintai Tuhan, tetapi seberapa besar aku membiarkan diriku untuk dicintai oleh Tuhan.
Bukan seberapa besar usahaku untuk mencari Tuhan, tetapi seberapa besar usahaku untuk membiarkan diriku ditemukan oleh Tuhan.
Di tempat pertama, kita perlu mengalami cinta Tuhan untuk dapat mencintai-Nya.
Kita perlu membiarkan diri kita dicintai, disembuhkan, dan dipulihkan oleh-Nya.
Hal ini berarti senantiasa bekerja sama dengan rahmat Tuhan untuk menghadirkan kembali Tuhan di saat-saat sulit dan gelap hidup kita, sehingga kita akhirnya menyadari betapa Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita.
Semoga kita dimampukan untuk mencintai Tuhan secara baru dan utuh daiam hidup ini.
• Renungan Katolik Sabtu 3 September 2022 Peringatan Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Sumber: adiutami.com
(*)
[Update informasi seputar Katolik]
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News