Kisah AKP Sulastri, Kasat Reskrim Wanita Pertama di Polda Kalbar

"Saya menjadi Polwan itu angkatan tahun 1999/2000, pengiriman dari Kalbar. Jadi awal masuk Polwan, ketika ada pengumuman ke sekolah dari pihak kepolis

TRIBUNPONTIANAK/HENDRI CHORNELIUS
Kasat Reskrim Polres Sanggau, AKP Sulastri SH, MM. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - AKP Sulastri SH, MM yang kini menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Sanggau, Polda Kalbar, menceritakan kisah dan motivasi nya hingga menjadi anggota kepolisian republik Indonesia. Seperti diketahui, hari jadi Polwan diperingati pada 1 September setiap tahunnya.

Setelah mendaftar dan diterima menjadi anggota kepolisian tahun 1999, Sulastri yang merupakan Alumni SMAN 1 Bengkayang itu, menempuh pendidikan Bintara Polisi di Ciputat dan lulus tahun 2000.

Sulastri pertama kali bertugas di Polresta Pontianak, kemudian menempuh pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak. Keberhasilannya menyandang gelar sarjana, kemudian pindah dan berdinas di Polda Metro Jaya hingga tahun 2020. Hingga kemudian kembali ditempatkan di Polda Kalbar.

Sulastri juga pernah menjabat sebagai Kapolsek Pontianak Kota hingga April 2022. Dan kini menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Sanggau, dan menjadi Kasat Reskrim wanita pertama di Polda Kalbar.

Putri dayak kelahiran Bengkayang itu juga melanjutkan pendidikannya di STIE Widya Wiwaha Yogyakarta dan menyandang gelar Magister Manajemen atau MM.

"Saya menjadi Polwan itu angkatan tahun 1999/2000, pengiriman dari Kalbar. Jadi awal masuk Polwan, ketika ada pengumuman ke sekolah dari pihak kepolisian, yang menyampaikan bahwa ada penerima Bintara Polri. Dan kala itu saya daftar sebagai anggota Polri, dan kebetulan pada saat itu sekali tes langsung diterima. Pertama kali dinas di Polresta Pontianak, kemudian setelah lulus kuliah di Untan, saya pindah ke Polda Metro Jaya, dan bertugas di Polres Depok sebagai penyidik,"katanya, Jumat 2 September 2022.

Kemudian di tahun 2013, setelah lulus sekolah inspektur polisi (SIP) bertugas di Densus 88. Kemudian tahun 2020 ditempatkan di Polda Kalbar, kemudian ditugaskan sebagai Kapolsek Pontianak Kota, dan kini menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Sanggau.

Sempat Menganggur Usai Lulus SMA, Begini Cerita IPDA Lidwina yang Kini Jadi Polwan Polres Mempawah

Selama menjadi Polwan tentunya ada suka dan duka yang dialami, namun menurut Sulastri lebih banyak sukanya, yaitu bisa bergabung dengan masyarakat, melayani masyarakat dengan baik, dan berkerjasama dengan masyarakat menuntas semua kejahatan yang terjadi dimanapun bertugas.

"Kemudian, duka yang saya alami yaitu ketika bertugas di Densus 88. Saya harus kehilangan teman saya lima orang, dalam pelaksanaan dinas. Itu duka yang paling saya alami selama berkerja,"kata wanita kelahiran 1980 itu.

AKP Sulastri menegaskan, sebagai Kasat Reskrim, tetap berusaha berkerja semaksimal mungkin untuk melayani masyarakat. Dan harus tetap menjaga Kamtibmas.

"Sebagai Kasat Reskrim saya harus mengungkap semua kejahatan, baik itu khusus maupun konvensional. Kemudian harus menjaga keamanan, pada umumnya Polda Kalbar dan khususnya Polres Sanggau supaya dapat kondusif dan berjalan dengan baik sesuai dengan atensi dari pimpinan untuk menjaga Kamtibmas,"jelasnya.

AKP Sulastri juga menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang anggota Polri membutuhkan ketekunan dalam berlatih dan juga meningkatkan pengetahuan akademik.

Selain itu juga, semangat dan keyakinan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam menempuh setiap jenjang pendidikan dalam peningkatan karir.

"Untuk adek-adek yang masih muda dan mau mendaftar menjadi Polwan silahkan saja, tetap berusaha, belajar dan berkerja keras, dan semangat, saya yakin pasti bisa,"jelasnya.

Untuk diketahui juga, AKP Sulastri adalah polwan yang dihajar habisan oleh para napi saat tragedi di Mako Brimob 2018 silam. Sosok AKP Sulastri kembali mencuri perhatian usai munculnya Film Sayap-sayap patah yang kini sedang tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia.

Diketahui dalam Film Sayap-sayap patah sosok AKP Sulastri diperankan oleh Poppy Sovia dengan nama tokoh Gendis. Dalam film yang disutradarai Rudi Soedjarwo, tokoh Gendis mendapat perlakuan kasar bahkan sampai dihajar habis-habisan oleh ratusan napi. 

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved