Balaan Tumaan dan World Opera Lab Gelar Opera Ine Aya', Singgung Kerusakan Hutan dan Deforestasi
"Ini karya opera pastinya, judulnya Ine Aya'. Tapi kita juga punya judul lain namanya suara sama rimba," Nursalim Yadi Anugerah Direktur Artistik Bala
Penulis: Muhammad Firdaus | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Balaan Tumaan dan World Opera Lab menggelar pementasan opera yang bertema Ine Aya' Suara Samar Rimba di Pontianak Convention Center. Senin malam, 22 Agustus 2022.
Opera Ine Aya' yang disajikan secara gratis kepada pengunjung yang terdaftar ini, menyinggung soal kerusakan hutan dan deforestasi yang saat ini terus terjadi di Kalimantan Barat.
Karya ini terinspirasi oleh upaya yang sedang berjalan pada pelestarian budaya Kayan, oleh: Kuu' Paran Lii', Kuu' Alel Sano, Ame Lambertus Hibo, Stephanie Morgan, Vinsensius Lihaang, dan masyarakat adat Kayan Mendalam.
Ine Aya' sendiri merupakan karya yang didasarkan pada dua kisah klasik yang berasal dari budaya timur dalam hal ini adalah Kalbar, dan budaya barat yaitu Eropa.
Dua cerita klasik tersebut adalah Epos Kayan Takna' Lawe', dan Der Ring of the Nibelung karya Richard Wagner, yang mana kedua kisah ini sama-sama memaparkan bagaimana pentingnya alam dan pemanfaatan sumber dayanya.
"Ini karya opera pastinya, judulnya Ine Aya'. Tapi kita juga punya judul lain namanya suara sama rimba," Nursalim Yadi Anugerah Direktur Artistik Balaan Tumaan.
• Telinga Bocah di Sambas Keluarkan Belasan Ulat, Ini Kata Dokter Spesialis THT Klinik Ayani Pontianak
Yadi menjelaskan bahwa karya opera ini diciptakan pada tahun 2019-2021 oleh Balaan Tumaan yang bekerjasama dengan World Opera Lab.
Opera ini mengisahkan tentang dua hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu alam dan ketamakan.
Bagaimana manusia dan ketamakannya akan konsumsi sumber daya alam yang tak pernah puas, sehingga menyebabkan kerusakan hutan dan deforestasi yang luar biasa saat ini.
Oleh karena itu Balaan Tumaan dan World Opera Lab melihat hal ini menjadi sangat kontekstual untuk diangkat dalam opera ini, sebab permasalahan kerusakan hutan saat ini sudah menjadi persoalan yang sangat serius.
Ia mengatakan oleh karenanya mereka memilih seni opera ini untuk menyentuh pemikiran kritis dan perasaan masyarakat agar peduli dengan permasalahan kelestarian hutan ini.
Yadi melanjutkan bahwa sebagai orang Kalimantan menjadi penting untuk kita bersama-sama menyuarakan permasalahan yang ada di Kalimantan.
Dengan demikian pulau Kalimantan tidak hanya menjadi tujuan eksploitasi saja melainkan menjadi perhatian masyarakat luas umumnya Indonesia.
Bahwa pulau Kalimantan memiliki kekayaan hutan dan alam yang harus dilestarikan beserta adat dan kebudayaannya.
Penampilan opera Ine Aya' ini sendiri bukanlah yang pertama, melainkan yang ke sekian kalinya setelah pada penampilan pertama diadakan di Amsterdam Belanda sebanyak 3 kali berturut-turut pad 11-13 Juni 2021 lalu.