Profil
Mengenal Sosok Abdul Latief Hendraningrat, Pemuda yang Mengibarkan Sang Saka Merah Putih
Tak datang dari keluarga biasa, Abdul Latief Hendraningrat memiliki darah dari Ken Arok, Jaka Tingkir dan Mangkunegara I.
Penulis: Faiz Iqbal Maulid | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Siapa sosok Abdul Latief Hendraningrat? simak biografinya di artikel ini.
Ia lahir pada 15 Februari 1911 di Batavia, Hindia Belanda
Ia wafat pada 14 Maret 1983 di usia 72 tahun di Jakarta.
Ia adalah anak dari Kakak R.A Siti Ngaisah yang merupakan istri Djojo Dirono, Bupati Lamongan yang memerintah pada tahun (1885-1937).
Tak datang dari keluarga biasa, Abdul Latief Hendraningrat memiliki darah dari Ken Arok, Jaka Tingkir dan Mangkunegara I.
• Biografi Singkat Sayuti Melik, Sosok yang Mengetik Naskah Teks Proklamasi, Dulunya Seorang Jurnalis
Ia merupakan seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco (komandan Kompi) dan juga pengerek bendera Sang Saka Merah Putih didampingi oleh Soehoed Sastro Koesoemo, seorang pemuda dari Barisan Pelopor, pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Sosok Abdul Latief Hendraningrat juga merupakan seseorang yang mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih pada 17 Agustus 1945.
Brigadir Jenderal TNI Abdul Latief Hendraningrat kala itu ditugaskan menjadi petugas upacara bendera pertama sesudah Proklamasi Kemerdekaan
Abdul Latief Hendraningrat termasuk golongan muda yang mempelopori terjadinya Kemerdekaan Indonesia.
Karier militer
Setelah bergabung dengan TNI, kariernya menanjak dan sempat menjadi Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) pada tahun 1964-1965.
Dalam masa pendudukan Jepang, Abdul Latief Hendraningrat aktif dalam Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrensho), selanjutnya ia menjadi anggota pasukan Pembela Tanah Air (PETA).
Karier militer Latief Hendraningrat di PETA pun berjalan cukup baik, hingga akhirnya PETA dibubarkan pada 18 Agustus 1945, pangkat terakhir Abdul Latief Hendraningrat adalah Chudancho (sudanco) alias Komandan Kompi, satu tingkat di bawah pangkat tertinggi untuk pribumi saat itu, yakni Daidanco atau Komandan Batalyon.
Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Abdul Latief Hendraningrat terlibat dalam berbagai pertempuran.
Kemudian menjabat sebagai komandan Komando Kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta pada 1948.
• Biografi dan Karier Sosok Husein Mutahar Pencipta Lagu 17 Agustus Tahun 1945
Saat itu, Yogyakarta sebagai ibu kota RI menjadi area pertempuran yang paling genting.
Latief juga berhubungan baik dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Ia juga ikut merumuskan taktik gerilya dan perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Setelah penyerahan kedaulatan, Abdul Latief Hendraningrat awalnya ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat, kemudian ditunjuk sebagai atase militer Rl untuk Filipina (1952), lalu dipindahkan ke Washington hingga tahun 1956.
Setelah kembali ke Indonesia ia ditugaskan memimpin Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) yang kini menjadi Seskoad.
Jabatannya setelah itu sebagai Rektor IKIP Jakarta (1965).
Pada tahun 1967 Hendraningrat memasuki masa pensiun dengan pangkat Brigadir Jenderal.
Sejak itu, ia mencurahkan segala perhatian dan tenaganya bagi Yayasan Perguruan Rakyat dan organisasi Indonesia Muda.
Sosok yang desak Soekarno deklarasi Kemerdekaan
Pada 14 Agustus 1945, para pemuda menuntut Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mempercepat Kemerdekaan Indonesia, namun Soekarno menolak karena masih menunggu realisasi janji dari Jepang yang akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu dekat.
Para pemuda meminta Abdul Latief Hendraningrat sebagai salah satu perwira PETA tertinggi di Jakarta untuk meyakinkan Soekarno-Hatta, dan terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Pada saat itu, Abdul Latief Hendraningrat menjadi orang PETA yang paling bertanggung jawab atas keamanan Jakarta saat itu.
Pada 17 Agustus 1945, anak-anak muda berdatangan menuju Lapangan Ikada (kini area Monumen Nasional).
• Mengenang Mohammad Hatta, Sang Pahlawan Nasional Pernah Dipenjara di Belanda Hingga Diasingkan
Mereka mendengar bahwa di sana Soekarno dan Mohammad Hatta akan menyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Namun, sesampainya di Lapangan Ikada, tentara Jepang sudah siap dengan senjata lengkap.
Rupanya deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia bukan dilakukan di Lapangan Ikada, melainkan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat yang merupakan kediaman Soekarno.
Abdul Latief Hendraningrat tidak hanya mengamankan halaman depan rumah Soekarno yang digunakan sebagai lokasi proklamasi kemerdekaan.
Ia juga menempatkan beberapa prajurit PETA pilihannya untuk berjaga-jaga di sekitar jalan kereta api yang membujur di belakang rumah itu.
Usai pembacaan teks Proklamasi, Abdul Latief Hendraningrat bertindak sebagai pengibar Sang Saka Merah Putih bersama Suhud Sastro Kusumo.
(*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News