Lokal Populer

Duta Anti Anemia Sinergitas Remaja Dalam Intervensi Anemia

Makanan yang bisa menambah darah umumnya mengandung zat besi, asam folat, vitamin B12, tembaga, dan vitamin A

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA/Dok. Diskes Pontianak
Duta Anti Anemia yang merupakan bagian dari inovasi Cinta Sejati (Cegah Anemia Tampil Sehat Remaja Putri) dari UPT Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Kalimantan Barat membantu dalam mengintervensi kasus anemi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Duta Anti Anemia yang merupakan bagian dari inovasi Cinta Sejati (Cegah Anemia Tampil Sehat Remaja Putri) dari UPT Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Kalimantan Barat membantu dalam mengintervensi kasus anemia.

Inovator Cinta Sejati, Suriyani menyampaikan, bahwa inovasi tersebut dimulai sejak Februari 2019 di tujuh sekolah dengan membentuk Duta Anti Anemia.

Pasalnya, pembentukan Duta Anti Anemia di 10 sekolah di Siantan Hilir, terbukti sukses mengintervensi gizi masalah anemia sejak dini.

"Duta itu merupakan siswi di sekolah masing-masing. Tugasnya membantu guru membagikan, memantau dan mencatat hasil kegiatan minum tablet Fe di kartu pantau, dan menyimpan kembali tablet Fe di ruang UKS," katanya, Kamis 11 Agustus 2022.

Untuk diketahui, bahwa tablet Fe merupakan suplemen penambah darah merah.

Suriyani menegaskan, pentingnya sinergitas dari kalangan anak muda terkhusus remaja dalam intervensi anemia.

Terlebih kata Ketua Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Siantan Hilir ini, Puskesmas Siantan Hilir yang berada di wilayah Pontianak Utara yang memiliki jumlah penduduk tahun 2021 berjumlah 30.577 jiwa, 15.408 jiwa di antaranya merupakan perempuan. Dengan remaja putri yang berusia 12-18 tahun berjumlah 1.802 jiwa.

"Tahun 2018 Puskesmas Siantan Hilir memiliki prevalensi ibu hamil anemia sebesar 7,3 persen. Tahun 2019 kasus anemia ibu hamil 6,2 persen. Maka dalam hal ini butuh intervensi dari usia remaja untuk menekan angka ini ke depan," ungkapnya.

Pasalnya lanjut dia, kekurangan Fe pada ibu hamil bisa menyebabkan janin lambat atau tidak berkembang, kelahiran prematur, berat badan bayi saat lahir rendah, dan risiko kerusakan organ vital seperti otak dan jantung pada kasus yang sangat parah.

"Maka ide pemberian tablet Fe secara rutin di sekolah pun muncul. Karena dalam kajian awal, terdapat siswi anemia yang tidak mau minum tablet Fe dan kesulitan guru memantau karena jumlah siswi dan kelas yang banyak. Inovasi ini memaksimalkan pemantauan dan memastikan tablet Fe dikonsumsi memberikan dampak turunnya jumlah siswi yang menderita anemia," jelasnya.

Alhasil dari upaya yang dilakukan itu memberikan dampak yang positif. Dimana di tahun 2021 dari pemeriksaan Hb secara acak terhadap 87 orang, pemeriksaan awal diperoleh siswi yang menderita anemia berjumlah 48 siswi (61,5 persen). Setelah intervensi pemberian tablet Fe selama tiga bulan berturut-turut, jumlah anemia menurun menjadi 19 siswi (21,8 persen).

"Ada penurunan kasus anemia sebesar 29 kasus anemia siswi (39,7 persen). Hal ini membuktikan bahwa dengan mengkonsumsi tablet Fe secara rutin selama 3 bulan kasus anemia siswi dapat menurun," sebutnya.

Pada tahun 2019, inovasi dilakukan baru di tujuh sekolah dengan jumlah siswi 913 orang. Meningkat menjadi 10 sekolah dengan jumlah siswi 992 orang dan, tiga pondok pesantren di tahun 2020. Tahun 2021 menjadi 10 sekolah dengan jumlah siswi meningkat menjadi 1.248 orang.

Ia mengungkapkan, bahwa setiap tahun mengalami peningkatan jumlah siswi yang memperoleh tablet Fe dan peningkatan jumlah sekolah yang mendapatkan tablet Fe.

Kemudian pada tahun 2022 ini direncanakan akan diberikan tablet Fe pada 12 sekolah.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved