Melihat Tradisi Masyarakat Jawa dan Sunda Memperingati Malam 1 Suro atau Tahun Baru Hijriah
Melihat tradisi masyarakat Jawa dan Sunda dalam memperingati malam 1 Suro atau Tahun Baru Islam.
Peringatan ini dipengaruhi oleh penanggalan Hijriyah dalam Islam.
Tahun Baru dalam Islam adalah 1 Muharram.
Sultan Agung membawa pengaruh Islam (1 Muharram) dalam penanggalan jawa (1 Suro) dengan tujuan menyatukan rakyat dalam melawan Belanda di Batavia.
Tujuan lainnya adalah untuk menyatukan Pulau Jawa agar tidak terbelah karena masalah agama.
Narasi 1 Muharram dibawa ke penanggalan Jawa atau 1 Suro ini untuk menyatukan kelompok abangan dan santri.
Pada saat itu, setiap hari Jumat legi, pemerintah kerjaaan menggelar pengajian yang salah satu tujuannya untuk melaporkan setiap perkembangan negara. Pengajian dipimpin oleh seorang penghulu kabupaten.
Tradisi tersebut terjadi pada malam 1 Muharram atau Jumat legi. Akhirnya malam itu turut dikermatkan.
Malam 1 suro atau 1 Muharram harus diisi dengan amalan-amalan yang baik, seperti mengaji, berziarah dan haul ke makam para sunan. Masyarakat jawa percaya bahwa jika malam itu tidak diisi dengan ibadah, maka akan mendapa kesialan atau sengkolo dalam bahasa Jawa.
Amalan malam satu suro biasanya dimulai setelah shalat Maghrib.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Begini Tradisi Bulan Suro atau 1 Muharram di Masyarakat Jawa dan Sunda"