Pemilu 2024
Bawaslu Kalbar Ajak Jurnalis dan Media Berikan Edukasi Pengawasan Pemilu
Kegiatan ini dilaksanakan Bawaslu dalam rangka menggalang dukungan media untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pemilu yang berkualitas.
Penulis: Muhammad Firdaus | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Badan pengawas pemilu (Bawaslu) Kalimantan Barat mengadakan media gathering atau pertemuan bersama media-media yang ada di Kalbar. Rabu sore, 27 Juli 2022.
Kegiatan ini dilaksanakan Bawaslu dalam rangka menggalang dukungan media untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pemilu yang berkualitas.
"Pertama harapannya adalah kita dapat memberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan dengan Pemilu yang berkeadilan," Ucap Ruhermansyah.
• Jelang Pendaftaran Parpol Menuju Pemilu 2024, KPU Berikan Akses SIPOL Kepada Bawaslu
Selain itu Bawaslu Kalbar juga berharap dapat bekerjasama dengan pihak media untuk mengawasi pemilu yang langsung umum bebas dan rahasia (LUBER) dan jujur adil (JURDIL).
"Yang kedua adalah agar kita bersama-sama mengawal pemilu yang Luber dan Jurdil," ucap Ketua Bawaslu Kalbar Ruhermansyah.
Oleh karenanya ia mengatakan untuk menjaga netralitas penyelenggara pemilu khususnya Bawaslu, apabila ada jajarannya baik ditingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi yang tidak terbuka untuk bekerjasama dengan pihak media agar disampaikan kepada pihaknya.
"Kalau ada tim media yang diperlukan tidak baik oleh jajaran kami di daerah tolong kami di sampaikan," ucap Ruhermansyah.
Sementara itu Faisal Riza Kordiv Pengawasan dan Hubal Bawaslu Kalbar menjelaskan bahwa pada tahun 2019 menjadi puncak polarisasi di tengah masyarakat.
Sehingga peran media dirasakan sangat penting dalam mengantisipasi polarisasi ini untuk tidak terjadi pada pemilu 2024.
"Kita tahu benar bahwa 2019 itu munculnya polarisasi masyarakat keterbelahan kita terasa benar, kita berharap 2024 tidak begitu, tentu ini sangat penting sekali peran media," ucap Faisal.
Saat ini revolusi digital juga semakin berkembang, yang dimana setiap orang dapat mengakses dan membagikan berita apapun dengan bebas.
Ia menjelaskan berdasarkan data kominfo, biasanya menjelang pemilu hoax dan ujaran kebencian meningkat secara drastis.
"Saat ini kita menghadapi era yang namanya revolusi digital yang dimana semua orang lebih suka curhat di media sosial dibanding ke bawaslu, menurut Kominfo peningkatan hoax menjelang tahun politik itu hampir 200 persen," ucap Faisal.
Sehingga terkait beberapa alasan di atas guna meningkatkan kualitas pemilu bawaslu mencoba menggandeng media untuk bekerjasama mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. (*)
Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News