Dijanjikan Kerja Restoran, Warga Sungai Pinyuh Mempawah Justru Dibawa ke Perusahaan Judi Online

Atas laporan buruh Migran tersebut, para korban bersama Ketua SBMI Mempawah, Iswandi langsung membuat laporan di Polres Mempawah.

Penulis: Ramadhan | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Salah satu korban PMI asal Sungai Pinyuh Mempawah yang disiksa di Malaysia saat melakukan visum di RSUD Mempawah. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Mempawah menerima laporan adanya tiga Buruh Migran asal Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang bekerja di perusahaan tempat Judi online, yang diduga mendapatkan penganiayaan dan pemerasan.

Atas laporan buruh Migran tersebut, para korban bersama Ketua SBMI Mempawah, Iswandi langsung membuat laporan di Polres Mempawah.

"Atas laporan dari Buruh Migran. Dimana pihak korban langsung membuat laporan pengaduan ke pihak Polres Mempawah, atas peristiwa yang dialami oleh tiga warga Sungai Pinyuh," tegas Iswandi kepada awak media, Selasa 12 Juli 2022.

Hadiri Pisah Sambut Komandan Kodim Mempawah, Bupati Erlina Kenang Masa Bhakti Letkol Inf Dwi Agung

Iswandi menjelaskan, Kejadian tersebut berawal dimana satu diantara ketiga buruh migran asal Sungai Pinyuh tersebut mendapatkan tawaran bekerja di Kedai (Restoran) di Malaysia, dari warga Pontianak melalui Facebook.

"Karena belum memiliki pekerjaan. Ketiga orang tersebut, menyetujui untuk bekerja di restoran di Malaysia," jelasnya.

Tepat pada akhir juni 2022, Buruh Migran tersebut dibawa melewati PLBN Aruk, Kabupaten Sambas untuk langsung dibawa ke Malaysia, untuk di pekerjakan.

"Jadi setelah beberapa hari di suatu tempat penampungan, mereka dibawa kembali di suatu tempat yakni rumah kosong yang di dalamnya terdapat belasan orang yang berada di depan komputer," paparnya.

"Berbeda dari perjanjian awalnya yang akan dipekerjakan di Kedai atau disebut Restoran di Malaysia. Dimana mereka bekerja di perusahaan judi online, scammer (penipuan)," terangnya lagi.

Setelah melakukan rutinitasnya, dimana Buruh migran asal Sungai Pinyuh tersebut melakukan komunikasi dengan pihak keluarganya yang di Sungai Pinyuh, serta memfoto situasinya.

"Karena memfoto situasi yang terdapat Keyboard dan komputer tersebut, Buruh migran tersebut langsung mendapatkan perlakuan kekerasan dari Leadernya perusahaan tersebut," tegasnya.

Kekerasan yang dialami Buruh migran asal Mempawah tak hanya dipukul dengan tangan, alat bahkan di cucul dengan api rokok.

"Jadi, setiap 10 menit sekali, Buruh migran asal Mempawah terus mendapatkan kekerasan, menyebabkan bagian tubuh Buruh migran memar dan luka sulutan api rokok," paparnya.

Lebih jauh, pihak leader langsung menghubungi pihak keluarga Buruh Migran asal Sungai pinyuh, dengan meminta tebusan sejumlah uang yang ditujukan melalui rekening BCA KCP sungai Pinyuh, atas nama Budi Santoso dengan total Ratusan juta.

"Jadi, sekitar Rp 200 juta di keluarkan keluarga untuk menebus keluarganya yang menjadi Buruh migran yang dianiaya di Malaysia," paparnya.

Setelah buruh migran tersebut, ditebus, dimana para buruh Migran tersebut dilepas dari Malaysia dan pulang melalui jalan tikus daerah Sambas ke Sungai Pinyuh, Mempawah. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved