Daniel Johan Dorong Pemerintah untuk Serius Kembangkan Sagu sebagai Pangan Nasional
Daniel Johan, menyampaikan bahwa sagu adalah salah satu hasil bumi daerah Asia Tenggara yang banyak tumbuh di area rawa atau daerah dengan sumber air
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wakil ketua Komisi IV DPR RI Fraksi PKB, Daniel Johan, menyampaikan bahwa sagu adalah salah satu hasil bumi daerah Asia Tenggara yang banyak tumbuh di area rawa atau daerah dengan sumber air yang melimpah, tumbuh subur di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi serta Papua.
“Tanaman sagu di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar mencapai 5,4 juta ha terbesar di dunia sementara total luas lahan sagu dunia 6,5 juta ha, sekitar 95% luas lahan sagu di Indonesia berada di papua seluas 5,3 juta ha,” jelasnya, Kamis 31 Maret 2022.
Dikatakannya proses penanaman dan pemeliharan tanaman sagu sangat gampang dan mudah tumbuh dan berkembang.
Lebih lanjut Daniel mengatakan dengan banyaknya manfaat sagu, menurutnya sagu memiliki potensi yang besar sebagai bahan industri.
• Daniel Johan Nilai Masyarakat Akan Kebingungan Jika Sering Ada Perubahan Kebijakan
“Tanaman sagu dapat menjadi penunjang kebutuhan pangan karena memiliki sumber karbohidrat yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai berbagai macam produk turunan serta selain sebagai bahan pangan sagu dapat dijadikan sebagai bahan industri,” terangnya.
Di Indonesia sagu telah dijadikan sebagai pangan utama sejak jaman dahulu terutama di bagian Indonesia timur. Dari catatan Boelaars tahun 1986, sagu menjadi makanan pokok masyarakat suku Asmat di Papua, terang Daniel.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Pertanian produksi sagu Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 381.065 ton. Jumlah ini naik tipis sebesar 4,2% dari tahun sebelumnya yang sebesar 365.665 ton.
Kontribusi subsektor tanaman pangan sagu menurut catatan kementerian pertanian menyerap tenaga kerja atau petani sagu mencapai 286.007 KK. Sedangkan dalam hal kontribusi ekspo nilai ekspor sagu di tahun 2019, sebesar Rp 47,52 Miliar dan total volume 13.892 ton.
Menurut Daniel Johan bahwa saat ini Indonesia masih belum memaksimalkan potensi sagu yang dimiliki, apabila ini benar-benar dimanfaatkan dan didukung dengan penyediaan infrastruktur yang memadai.
“Maka Indonesia akan mendapatkan nilai plus dari sagu baik sebagai pangan maupun untuk kebutuhan lain serta akan mendatangkan devisa negara yang cukup besar,” katanya.
Dikatakannya pangan dari sagu ini menjadi sumber kekuatan pangan nasional yang harus perkuat oleh negara tentu melalui anggaran untuk pengolahan sehingga pemanfaatan sagu bisa menyebar di seluruh indonesia.
Dengan memaksimalkannya potensi sagu ini akan memberikan dampak ekonomi bagi daerah penghasil sagu, dan pangan nasional akan terjamin tidak hanya bergantung pada beras, tambah Daniel.
“Pangan menjadi kekuatan suatu negara, salah satu sumber pangan yang tidak dimiliki negara lain adalah sagu, sagu menjadi pangan diversifikasi masyarakat, hanya saja perlu adanya keseriusan pemerintah untuk budidaya sagu ini, selama ini sagu belum mendapat perhatian serius dan dukungan pemerintah,” terangnya.
“Perlu ada program budidaya, pasca panen, industrinya dibangun hingga pemasaran ke konsumen, kita akan dorong agar pemerintah lebih memperhatikan prospek sagu ini menjadi sebagai pangan alternatif masyarakat umumnya,” pungkasnya. (*)
[Update Informasi Seputar Kota Pontianak]