Metode Apa Saja Yang Digunakan Untuk Menentukan 1 Ramadhan 1443 H / 2022 di Indonesia
Perkiraan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (Brin) bakal terjadi perbedaan untuk awal Ramadhan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Untuk menentukan 1 Ramadhan 1443 H / 2022 harus melalui proses perhitungan sesuai syariat.
Ada beberapa metode yang dijalankan di Indonesia yaitu metode Hisab dan Rukyatul Hilal.
Keduanya sama-sama memiliki dasar untuk digunakan, namun umumnya dari pemerintah adalah menggunakan metode rukyatul hilal.
Pemerintah melalui Kementrian Agama akan menentukan 1 Ramadhan nanti dengan menggelar rukyatul hilal oleh tim khusus dan sejumlah lembaga.
Pelaksanannya akan dilakukan di beberapa titik di seluruh Indonesia dari 34 propinsi.
Sementara itu Muhammadiyah sendiri telah menentapkan 1 Ramadhan pada tanggal 2 April 2022 nanti.
Perkiraan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (Brin) bakal terjadi perbedaan untuk awal Ramadhan.
Jika berdasarkan rukyatul hilal yang dilakukan pemerintah awal ramadhan kemungkinan jatuh pada 3 April 2022.
• Cara Menentukan 1 Ramadhan 1443 H Jatuh 2 April atau 3 April 2022
Dalam penentuannya untuk Muhammadiyah menggunakan metode Hisab sedangkan NU dan Pemerintah menggunakan metode Rukyatul Hilal.
Hasil rukyatul hilal ini akan diumumkan oleh Manteri Agama sebagai penentuan 1 Ramadhan secara nasional.
Semua metode ini sama digunakan dan diaplikasikan oleh umat Islam.
Berdasarkan kalender nasional dan hijriyah 1 Ramadhan tercantum jatuh pada tanggal 3 April 2022.
Sedangkan Muhammadiyah telah menentukan 1 Ramadhan 2022 jatuh pada tanggal 2 April 2022 melalui maklumat PP Muhammadiyah.
Dua Metode menentukan 1 Ramadhan berlakukan secara umum bagi umat Islam, khusus di Indonesia.
Berikut perbedaan metode Hisab dan Rukyat dalam menentukan 1 Ramadhan
HISAB
Hisab merupakan metode menghitunga posisi benda langit, khususnya matahari dan bulan sehingga bisa ditentukan jauh-jauh hari sebelumnya.
Sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Muhammadiyah telah menentapkan 1 Ramadhan jatuh pada tanggal 2 April 2022.
Tertuang dalam Maklumat PP Muhammadiyah nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang penetapan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah.
Hal itu juga merujuk pada Kalender Hijriah Global yang dikeluarkan Muhammadiyah yang sudah dikeluarkan sejak awal.
Kalender Hijriah Global disusun berdasarkan Kriteria Istambul yang merupakan Keputusan Kongres Internasional Unifikasi Kalender Hijriah Global yang diselenggarakan di Istanbul, Turki, 2016, dikutip dari kompas.com.
Hisab menggunakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.
Terdapat beberapa rujukan atau kitab yang digunakan untuk metode hisab di Indonesia. Metode hisab juga ada yang menggunakan metode kontemporer
RUKYAT
Rukyat adalah observasi benda-benda langit untuk memverifikasi hasil hisab berdasarkan aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan di Kalender Hijriah.
Rukyatul hilal biasanya dilakukan untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah, Ramadhan, dan Syawal.
Dalam melakukan pemantauan, Kementerian Agama bekerjasama dengan organisasi masyarakat (ormas) Islam, pakar BMKG, pakar LAPAN, dan pondok pesantren sudah melakukan perhitungan di daerahnya.
Dilakukan di 86 titik yang terdapat di 34 propinsi di Indonesia.
Rukyatul hilal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya 'salah lihat'. Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.
Hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.
Pemantauan hilal Ramadhan biasanya dilakukan pada tanggal 29 bulan Syakban. Apabila hilal terlihat dengan beberapa ketentuan di atas, maka bulan Syaban dicukupkan 29 hari.
Setelah mendapatkan hasilnya dari rukyatul hilal maka dilakukan sidang isbat dari hasil yang didapat, jika ada perbedaan dalam rukyat maka diambil kesepatakan.