3 Aturan Baru Presiden Jokowi Jelang Ramadhan dan Idul Fitri 2022, Berbeda dari Tahun Lalu

Kedua diperbolehkannya umat Islam menggelar ibadah Tarawih secara berjamaah di masjid.

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
RYAD KRAMDI / AFP
Umat ​​Muslim melakukan salat Tarawih malam selama bulan puasa Ramadhan di masjid Ketchaoua di ibu kota Aljir, pada 23 April 2021. Tahun ini 2022 di Indonesia pemerintah sudah mengizinkannya untuk digelar di masjid atau musala. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kabar bulan Ramadhan dan Idul Fitri di tengah pandemi covid-19, pemerintah mengeluaran sejumlah keputusan yang melegakan.

Pasalnya saat ini, larangan yang diberlakukan di tahun lalu di 2021 sudah tak diberlakukan lagi.

Pada Ramadhan dan Idul Fitri 2022 ini, masyarakat mendapat izin untuk melaksanakan ibadah di masjid.

Begitu juga dengan mudik juga diizinkan namun tetap mengutamakan protokol kesehatan, yaitu vaksinasi.

Peraturan itu dikeluarkan lansung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui tiga aturan terbaru jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1443 H / 2022.

Adapun isi aturan tersebut terkait pelonggaran larangan di tengah suasana pandemi dalam menjalankan ibadah dan mudik.

Pertama perjalanan mudik pada libur lebaran tahun ini diizinkan lantaran mulai melandainya perkembangan kasus covid-19.

Kedua diperbolehkannya umat Islam menggelar ibadah Tarawih secara berjamaah di masjid.

Ketiga larangan bagi pejabat dan aparatur sipil negara (ASN) menggelar acara buka bersama sepanjang bulan Ramadan.

Seluruh aturan itu dilandasi dengan perkembangan covid-19 saat ini, sehingga pelonggaran dari 2 aturan terkait mudik dan ibadah itu diharuskan tetap menjaga prokes dengan ketat.

Makanya syarat dua kali vaksin dan satu kali booster serta menerapkan prokes ketat yang diharuskan.

"Situasi pandemi membaik membawa optimisme menjelang datangnya Bulan Suci Ramadan. Bagi masyarakat yang ingin mudik lebaran dipersilakan," ungkap Presiden Jokowi Rabu 23 Maret 2022.

Walaupun tren perkembangan kasus Covid-19 menurut namun masyarakat diminta tak mengendurkan penerapan protokol kesehatan.

Bulan Ramadan tahun merupakan Ramadan ketiga dalam suasana pandemi Covid-19.

Sebelumnya di tahun 2020 dan 2021 pemerintah membatasi aktivitas masyarakat selama Ramadan.

Seperti Shalat Tarawih di rumah, shaf sholat berjemaah harus berjarak, hingga melarang masyarakat untuk mudik guna menekan penularan Covid-19.

Dikutip dari kompas.com Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa Lebaran 2022 bisa saja dihadapi dengan berbeda.

“Lebaran kali ini bisa kita hadapi dengan berbeda, dibandingkan Lebaran sebelumnya. Dengan kondisi bahwa harus dilakukan percepatan vaksinasi dosis kedua,” ujarnya..

Pandangan ahli Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menganalisis, arus mudik saat ini akan sulit untuk dihindari.

Penyebabnya, tahun ini adalah Lebaran tahun ketiga sejak pandemi menyerang dan hasrat masyarakat untuk melakukan mudik Lebaran akan semakin besar.

“Secara realistis arus mudik saat ini sulit untuk dihindari, dicegah juga sulit. Tahun ketiga ini, animonya besar sekali, semakin besar malahan,” ujar Dicky

Namun, Dicky berprinsip bahwa setiap potensi yang bisa dicegah lebih baik dicegah.

Menurutnya, jika bisa meminimalisasi pergerakan besar yang kemungkinan memasifkan penyebaran virus corona, itu akan jauh lebih baik.

“Oleh karena itu, jelas kalau anjuran (mudik) jangan ada, melarang saya kira juga sulit,” tuturnya.

Pengetatan dengan vaksinasi Dicky mengatakan, mudik dapat dilakukan jika tren kasus Covid-19 sudah melandai di daerah-daerah.

Dengan catatan, pemerintah tetap melakukan pengetatan dengan hanya mengizinkan orang berstatus vaksinasi lengkap yang mudik Lebaran.

Masyarakat yang melakukan mudik juga harus senantiasa menerapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5 M).

Sementara itu, menurut pandangannya, saat ini Indonesia sedang dalam tahap pemulihan.

Jika semua pihak disiplin dan konsisten menerapkan protokol kesehatan, puasa tahun ini akan relatif lebih tenang.

“Relatif tenang dengan protokol kesehatan. Risikonya membaik saat puasa, tapi saya mengingatkan kita semua harus sabar dan menahan diri. Kalau bisa tidak mudik, ya jangan,” imbau Dicky.

Sekali lagi dirinya mengingatkan, meski sudah landai, kewaspadaan akan penyebaran virus corona tetap harus dibangun.

“Sehingga, masyarakat tidak abai. Bahkan meski cakupan vaksinasi meningkat, kalau bisa membatasi diri itu lebih baik,” tegasnya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved