Pengusaha Rumah Makan dan Restoran Resah Minyak Goreng Langka dan Mahal, Omzet Turun Puluhan Persen
Jadinya kalau harga minyak goreng naik, jadinya makanan yang kita jual harus sedikit naik, misalnya dari Rp 5.000 naik ke Rp 6.000
Namun dikatakannya ada beberapa upaya yang dilakukan karena naiknya harga minyak goreng. Di antaranya mau tidak mau restoran harus menaikan harga jual ke tamu atau dengan cara mengurangi atau memperkecil kuantitas barang yang dijual.
"Sekarang kami minta tolong kepada pemerintah dengan sektor kami yang cukup signifikan menyumbang PAD. Saya minta untuk diperhatikan agar sumbangan PAD kami ke depan tidak tersendat," tegasnya.
Hunian Menurun
Dikatakannya kalau migor naik dan harga elpiji naik, akhirnya pihak restoran dan hotel harus menaikan harga atau mengurangi kuantitas barang yang dijual.
"Sekarang tamu pintar-pintar mereka akan mengurangi biaya belinya. Sehingga menyebabkan tingkat hunian dan restoran menurun," jelasnya.
Dikatakannya sektor yang ia pimpin tersebut baru saja bersemangat. Dimana telah ada dengungan dari Menparekraf yang datang ke Pontianak beberapa waktu lalu meminta kegiatan yang ada di instansi pemerintah dan swasta untuk melakukan acara di hotel.
"Akan tetapi ditimpa kejadian migor dan gas yang sulit kita dapatkan dan harga naik bahkan langka. Saya sudah berbuat untuk menyurati instansi terkait . Namun belum ada respons," ujarnya.
Selain secara tertulis, ia bahkan sudah bertemu secara lisan dengan instansi terkait untuk menyampaikan keluhan. Namun hanya diminta untuk menunggu.
"Surat yang kita kirim berisi meminta bantuan untuk mempermudah kita mendapatkan stok barangnya yakni minyak goreng dan gas, lalu meminta stabilitas harga karena kami produsen di mana jika harga naik akan berdampak ke konsumen," ujarnya.
Ia meminta dinas terkait agar turun ke lapangan untuk dapat membantu menstabilitaskan harga. Lalu jika memang stok ada bisa suplai melalui PHRI untuk bisa didistribusikan kepada anggota PHRI untuk menormalkannya, sehingga tidak ada gejolak.
Sementara itu Ketua PHRI Kota Singkawang, Mulyadi Qamal, mengatakan tingginya harga minyak goreng membuat pengusaha hotel dan restoran merugi. Pasalnya kenaikan harga minyak goreng juga diikuti kenaikan harga bahan pokok lainnya.
"Masalah kerugian dari pihak restoran (akibat minyak goreng) pasti ada kerugian," kata Mulyadi Qamal.
Namun, untuk mengatasi hal tersebut, kata Mulyadi, pihak restoran terpaksa harus menaikan dan menyesuaikan harga sehingga tidak terlalu merugi. "Namun tetap saja, dari segi pendapatan pasti berkurang," katanya.
Pemerintah dan pihak terkait lainnya, lanjut Mulyadi, harus melihat langsung kondisi di lapangan untuk kemudian membuat kebijakan yang sesuai untuk masyarakat. "Pemerintah harus tegas memberantas oknum-oknum yang memanfaatkan situasi dan kondisi saat ini untuk masyarakat luas," tukasnya.