Doa Katolik
Orang Kudus Katolik 11 Maret Beato Pal Prennushi
Pal Prennushi lahir di Shkoder Albania pada tanggal 2 Oktober 1881. Ia menjalani pendidikan di sekolah misi yang dikelola oleh para biarawan Fransiska
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
Perang Balkan I yang berlangsung sejak 8 Oktober 1912 sampai 30 Mei 1913 adalah perang pertama dari dua periode Perang Balkan.
Perang yang mempertemukan Liga Balkan (Serbia, Bulgaria, Montenegro, Yunani) melawan Ottoman Turki ini berakhir dengan kemenangan telak Liga Balkan. Ottoman Turki yang menyerah dipaksa untuk menandatangani Traety of London yang memalukan.
Dalam krisis ini Albania berada dalam posisi netral namun diam-diam memiliki agenda sendiri untuk melepaskan diri dari kekuasaan Ottoman Turki dan mendirikan negara Albania merdeka.
Setelah perang Balkan berakhir, Pal Prennushi berkarya sebagai pelayan umat di distrik Malësi e Madhe.
Pada tahun 1928 penduduk Malësi e Madhe bangkit melawan Ahmet Zogu, Perdana Menteri Albania yang memproklamirkan berdirinya Kerajaan Albania dan menyatakan dirinya sebagai Raja Albania dengan nama Zog I.
• Renungan Katolik Kamis 10 Maret 2022 Lengkap Bacaan 1 Bacaan Injil dan Mazmur Tanggapan
Dimasa ini pater Pal Prennushi pernah ditangkap tentara kerajaan karena dituduh menghasut pemberontakan.
Ia berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan.
Setelah perang dunia kedua berakhir, rezim Komunis pro Uni Soviet mengambil alih kekuasaan di Albania.
Di bawah pemerintahan komunis, Gereja-gereja disegel, seminari-seminari ditutup dan biara-biara dibubarkan.
Para rohaniwan-rohaniwati ditahan dengan berbagai tuduhan palsu, dijebloskan ke dalam penjara dan dibunuh.
Pada bulan September 1946, Pater Prennushi, yang saat itu menjabat sebagai Provincial Ordo Fransiskan di Albania, ditangkap pemerintah Komunis Albania atas tuduhan menjadi mata-mata.
Ia dijebloskan dalam penjara dan selama berbulan-bulan harus menjalani berbagai penyiksaan yang mengerikan.
Ia ditahan selama hampir dua tahun karena para komunis berharap dapat membuat Provincial Fransiskan ini bekerja-sama dan menjadi kaki-tangan mereka.
Namun setelah berbagai metode penyiksaan yang diterapkan pada biarawan fransiskan ini tidak kunjung menggoyahkan kegigihannya, mereka lalu memutuskan untuk melenyapkannya.
Ia dieksekusi dengan ditembak mati pada tanggal 11 Maret 1948.
Turut dieksekusi bersamanya; Uskup Mirdita: Beato Frano Gijini, Beato Siprianus Nika, empat belas imam lain yang tidak diketahui namanya, dan beberapa umat awam.