Warga Rela Antre 3 Jam Beli Migor Subsidi dan Harap Perbanyak Pasar Murah, Agen Heran Stok Langka
Kalau pun harga nya tidak sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah juga tidak apa-apa, yang penting ada
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG - Sejumlah warga terpaksa antre berjam-jam untuk membeli minyak goreng (migor) subsidi, yang dijual satu di antara agen di Kota Ketapang. Satu di antaranya, Selvi Susanti yang mengaku rela mengantre hingga tiga jam lebih demi mendapatkan minyak goreng murah dengan harga Rp 140 ribu per dus.
Pasalnya, Selvi dan beberapa ibu-ibu lainnya mengaku kalau di daerah mereka seperti di Desa Kalinilam dan Sungai Awan itu sulit untuk menemukan minyak goreng. "Harga segitu tergolong murah. Syaratnya hanya menggunakan KTP," kata Selvi, kepada Tribun, Senin 7 Maret 2022.
Pada Sabtu 5 Maret 2022, ratusan warga Ketapang memang harus rela mengantre minyak goreng murah yang dijual oleh agen di Kecamatan Delta Pawan, Ketapang.
Selvi yang saat itu ikut mengantre mengaku, minyak goreng yang dibelinya akan digunakan untuk stok bulan Ramadan dan Idul Fitri. "Ini untuk kita konsumsi sendiri. Untuk bulan puasa," jelasnya.
Sementara itu, warga Sukaharja, Kartini, mengaku hingga saat ini dirinya masih sulit mendapatkan minyak goreng. Padahal, ibu yang kesehariannya berjualan lauk-pauk ini sangat memerlukan minyak goreng untuk kebutuhan berjualan.
• Warga Ketapang Masih Sulit Mendapatkan Minyak Goreng, Terpaksa Antre Migor Murah Berjam-jam
"Masalahnya ini tidak ada yang jual. Kalau pun harga nya tidak sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah juga tidak apa-apa, yang penting ada," jelasnya.
Kartini yang merupakan satu diantara ibu-ibu yang tidak kebagian minyak goreng murah yang diadakan oleh salah satu agen kemarin ini juga merasa kecewa.
Namun, ia menyadari kalau antrean minyak goreng murah di Jl Ir H Juanda kemarin memang sangat ramai. "Kemarin itu memang ramai sih, semoga sering lah jual minyak goreng murah seperti itu," tandasnya.
Harusnya Aman
Terpisah, satu di antara agen minyak goreng di Kabupaten Ketapang, Hansen Pilipus, memastikan selama ini tak ada kendala dalam pengiriman minyak goreng. Selaku pemilik agen minyak goreng, Setia Jaya, tersebut bahkan mengaku heran bisa terjadi kelangkaan di lapangan.
Padahal menurut Hansen Pilipus, setiap minyak goreng yang sampai ke tempatnya langsung disalurkan ke pengecer atau ke toko-toko. Bahkan, ramai ibu-ibu yang datang langsung ke tempatnya untuk membeli minyak goreng, lantaran sulit menemukan minyak goreng di toko-toko.
"Karena ada yang keluhan tidak mendapatkan minyak goreng di toko-toko, untuk itu, saya dan sejumlah pihak termasuk Pemda berinisiatif menggelar operasi pasar ini," kata Hansen.
Ia menambahkan, untuk kegiatan operasi pasar akan digelar hanya sekali saja. Lantaran sebelumnya, pihaknya sudah mendistribusikan minyak goreng dengan merek Sania dan Fortune sebanyak 9 ribu boks. "Harusnya dalam minggu ini dan minggu depan, posisi stok nya sudah cukup. Harusnya itu," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia pun tak mempungkiri, terjadinya kelangkaan minyak goreng ini adanya indikasi penimbunan yang dilakukan sejumlah toko atau pengecer. "Di toko-toko itu ada indikasi nimbun sepertinya. Atau pun ada di toko-toko, tapi mahal," pungkasnya.
Tak Borong
Staf Ahli Bupati Ketapang Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Keuangan Pemkab Ketapang, Junaidi Firawan, memastikan stok minyak goreng untuk Kabupaten Ketapang terpantau aman.
Hal itu dikatakan Junaidi usai melakukan sidak bersama Satgas Pangan ke sejumlah agen penjual minyak goreng dalam rangka menyelidiki kelangkaan minyak goreng di Kabupaten Ketapang.
"Dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Benua Kayong dan Kecamatan Delta Pawan persedian stok minyak goreng yang ada di distributor dalam kondisi normal. Dengan kata lain, stok minyak goreng dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Ketapang," jelasnya.
Selain stok, Junaidi juga memastikan untuk harga yang dijual oleh distributor atau pun toko masih dalam harga normal. "Sesuai dengan ketentuan kebijakan pemerintah satu harga dengan kisaran Rp 14 ribu," ujarnya.
Untuk itu, kata Junaidi, dirinya mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Ketapang untuk tidak khawatir terhadap kelangkaan sehingga menyebabkan pembelian dengan jumlah yang banyak (panic buying).
"Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang menghimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir dan membeli minyak goreng dalam jumlah besar. Dikarenakan setelah diselidiki, tidak ada kelangkaan terhadap minyak goreng dan minyak goreng dijual dengan harga normal," pungkasnya.
Langka di Sekadau
Minyak goreng langka dan mahal juga dikeluhkan pemilik rumah makan Tiga Sahabat di Sekadau, Anton. Ia mengakui belum pernah mendapatkan minyak goreng subsidi. Dirinya belum pernah mendapatkan minyak goreng subsidi.
Alhasil untuk kebutuhan memasak dan berjualan, ia dan istri menggunakan minyak goreng biasa yang dijual di pasaran dengan harga Rp 23 ribu per liter. Dengan harga yang cukup mahal itupun, dikatakannya minyak goreng masih sulit didapatkan.
"Cape keliling, kadang tidak dapat, ujung-ujungnya baru disimpankan seliter dua liter dari toko langganan. Apalagi saya selama ini kalau minyak tinggal 2 liter di rumah ya saya cari lagi, keliling lagi. Jangan sampai tidak dapat karena mau jualan gimana, kalau tidak ada minyak goreng," ujarnya.
Dalam sehari dirinya memerlukan setidaknya 6 liter minyak goreng untuk memasak. Dengan estimasi harga minyak goreng kemasan 2 liter Rp 47.000 untuk merek biasa.
"Kalau merek Sanco, Bimoli tidak ada lagi di pasar. Hanya merek biasa yang harganya sudah mahal juga. Selama ini saya pakai minyak goreng yang mahal, saya belum pernah dapat minyak goreng subsidi," ucapnya.
Untuk minyak goreng subsidi, diakuinya memang ada di setiap toko. Namun biasanya ketika dikeluarkan oleh pihak toko akan langsung habis dalam waktu satu jam. Hari dan waktu minyak goreng itu dikeluarkan pun tidak menentu dengan masing-masing orang hanya bisa mendapatkan 1 liter.
Sementara itu, dengan harga minyak goreng yang mahal. Anton tetap tidak bisa menaikkan harga jualannya. Ia terpaksa menjual beberapa jenis makanan yang digoreng dengan harga yang sama seperti sebelum harga minyak goreng naik.
• Warga Ketapang Masih Sulit Mendapatkan Minyak Goreng, Terpaksa Antre Migor Murah Berjam-jam
Keuntungan pun didapatkan dari jenis-jenis makanan lainnya yang tidak banyak menggunakan minyak goreng. Juga tergantung dengan banyak tidaknya pelanggan yang datang setiap harinya.
"Ya keuntungan tergantung ramai tidaknya pelanggan. Biasa 1 hari dapat 2 juta lebih kotornya. Itulah yang diputar kembali," tandasnya.
Ia pun berharap pemerintah dan pihak berwenang dapat segera mengatasi situasi saat ini. Dimana minyak goreng sulit didapatkan dan harganya juga cukup mahal. Selain itu diharapkan pula agar harga sembako dapat kembali turun seperti sebelumnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan memastikan ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang cukup hingga Lebaran tiba.
"Kami pastikan stok aman. Tidak ada kelangkaan (Minyak goreng) saat Lebaran. Dari pantauan kami secara nasional, ketersediaan minyak goreng sudah bagus. Di ritel-ritel juga sudah banyak," ujar Oke saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.
Oke mengakui hingga saat ini distribusinya pun sudah mulai terisi. "Enggak kaya dulu lagi kosong berhari-hari," kata Oke.
Oleh sebab itu Oke mengimbau masyarakat untuk tidak panic buying adanya kelangkaan minyak goreng jelang hari Ramadhan. Dia juga membeberkan, sekarang ini harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional juga sudah perlahan turun.
"Pantauan kami di pasar-pasar harganya sudah turun. Yang kemasan sederhana Rp 15.000 per liter, curah Rp 13.000 per kilogram," sebutnya.
"Kenapa minyak goreng curah di pasar Rp 13.000 per kilogram? Harga segitu karena pedagang jualnya ukuran kilo bukan liter. Kalau liter Rp 11.500. Sementara kilo itu Rp 12.800, tapi mereka pas kan ke Rp 13.000 itu nggak masalah," beber Oke.
Dia menambahkan, meskipun beberapa pasar tradisional masih menjual minyak goreng curah seharga Rp 17.000, harga tersebut hanya sementara.
Sebab kata Oke, rata-rata pasar nasional sudah menjual harga minyak goreng di rentan Rp 13.000-15.000 per kilogram