Minyak Goreng Langka, Pemilik Rumah Makan Tiga Sahabat di Sekadau Terpaksa Gunakan Migor Non Subsidi
Anton yang berjualan makanan di komplek Pasar Baru Sekadau itu mengaku selama pemerintah menetapkan het minyak goreng Rp.14.000,00 perliter.
Penulis: Marpina Sindika Wulandari | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU - Minyak goreng langka dan mahal, pemilik Rumah Makan Tiga Sahabat di Sekadau, Kalbar Anton akui belum pernah mendapatkan minyak goreng subsidi, Senin 7 Maret 2022.
Anton yang berjualan makanan di komplek Pasar Baru Sekadau itu mengaku selama pemerintah menetapkan het minyak goreng Rp.14.000,00 perliter. Dirinya belum pernah mendapatkan minyak goreng tersebut.
Alhasil untuk kebutuhan memasak dan berjualan, Ia dan istri menggunakan minyak goreng biasa yang dijual di pasaran dengan harga Rp. 23.000,00 perliter ke atas. Dengan harga yang cukup mahal itupun, dikatakannya minyak goreng masih sulit didapatkan.
• Tak Ada Kendala Pengiriman, Hansen Pilipus Nilai Harusnya Stok Minyak Goreng Aman di Ketapang
"capek keliling, kadang tidak dapat, ujung-ujungnya baru di simpankan seliter dua liter dari toko langganan. Apalagi saya selama ini kalau minyak tinggal 2 liter di rumah ya saya cari lagi, keliling lagi. Jangan sampai tidak dapat karena mau jualan gimana, kalau tidak ada minyak goreng," ujarnya.
Dalam sehari dirinya pun memerlukan setidaknya 6 liter minyak goreng untuk memasak. Dengan estimasi harga minyak goreng kemasan 2 liter Rp. 47.000,00 untuk merek biasa.
"Kalau mereka sanco, Bimoli tidak ada lagi di pasar. Hanya merek biasa yang harganya sudah mahal juga. Selama ini saya pakai minyak goreng yang mahal, saya belum pernah dapat minyak goreng subsidi," ucapnya.
Untuk minyak goreng subsidi, diakuinya memang ada di setiap toko. Namun biasanya ketika dikeluarkan oleh pihak toko akan langsung habis dalam waktu satu jam. Hari dan waktu minyak goreng itu dikeluarkan pun tidak menentu dengan masing-masing orang hanya bisa mendapatkan 1 liter.
Sementara itu, dengan harga minyak goreng yang mahal. Anton tetap tidak bisa menaikkan harga jualannya. Ia terpaksa menjual beberapa jenis makanan yang digoreng dengan harga yang sama seperti sebelum harga minyak goreng naik.
Keuntungan pun didapatkan dari jenis-jenis makanan lainnya yang tidak banyak menggunakan minyak goreng. Juga tergantung dengan banyak tidaknya pelanggan yang datang setiap harinya.
"Ya keuntungan tergantung ramai tidaknya pelanggan. Biasa 1 hari dapat 2 juta lebih kotornya. Itulah yang diputar kembali," tandasnya.
Ia pun berharap Pemerintah dan pihak berwenang dapat segera mengatasi situasi saat ini. Dimana minyak goreng sulit didapatkan dan harganya juga cukup mahal. Selain itu diharapkan pula agar harga sembako dapat kembali turun seperti sebelumnya. (*)
[Update Informasi Seputar Kabupaten Sekadau]