Konflik Ukraina vs Rusia
Mata Uang Rusia Rontok Imbas Invasi Rusia ke Ukraina 2022 , Rubel Terjun! Antrean Panjang di Bank
Diblokirnya perbankan Rusia dari akses ke sistem pembayara Internasional tersebut, membuatnya kini terputus hubungan sekitar 11.000 lembaga keuangan d
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sejumlah sanksi terhadap Rusia terbaru kini digulirkan sejumlah negara.
Termasuk di antaranya sanksi perekonomian yang kini ditimpakan kepada Rusia.
Satu di antaranya yang terbaru yakni pemblokiran sistem pembayaran internasional , atau SWIFT terhadap perbankan Rusia !
Diblokirnya perbankan Rusia dari akses ke sistem pembayara Internasional tersebut, membuat Perbankan Rusia kini terputus hubungan sekitar 11.000 lembaga keuangan dunia !
• Belarusia Bergolak ! Demonstrasi Pecah Tentang Keputusan Pemerintah Bantu Rusia Perangi Ukraina
Amerika Serikat, sejumlah negara Uni Eropa hingga Jepang di Asia menerapkan Rusia baru-baru ini.
Di mana sanksi itu dijatuhkan lantaran invasi Rusia ke Ukraina 2022 terus berlanjut.
Terbaru, Amerika Serikat atau AS dan sekutunya memutuskan untuk memblokir akses bank-bank Rusia tertentu ke sistem pembayaran internasional, SWIFT.
• Invasi Rusia ke Ukraina , Jerman Salahkan China ! - Berita Terkini Perang Rusia Vs Ukraina
Alias Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication .
Sanksi-sanksi baru itu rupanya langsung berdampak pada perekonomian Rusia.
Mata uang Rusia, Rubel langsung rontok!
Dirangkum dari laman Sky News, Rubel turun hampir 30% terhadap dolar AS
Menjadikannya kini berada pada level terendah yang pernah diderita mata uang Rusia tersebut.
Kondisi itu, menempatkan mata uang Rusia, Rubel turun pada posisi terendah 119 per dolar di awal perdagangan Asia.
• Jumlah Korban Perang Rusia Ukraina | Ratusan Warga Sipil Meregang Nyawa, Putin Aktifkan Nuklir !
Angka itu melewati level terendah sebelumnya yang menyentuh 90 rubel per dolar, sebelum kemudian pulih sedikit menjadi 109 rubel per dolar Amerika Serikat atau USD
Tak ayal sejumlah antrean panjang para nasabah yang hendak menarik uangnya di bank-bank di Rusia menjadi pemandangan yang dilaporkan Sky News.
Sejauh ini, sistem perbankan Rusia berada di bawah tekanan berat menyusul sanksi keuangan keras yang diumumkan oleh negara-negara Barat, termasuk Inggris, selama akhir pekan.
"BREAKING: Russia's ruble falls back to 106 per US Dollar, a fall of 27% for the trading day so far,"
(BREAKING: Rubel Rusia jatuh kembali ke 106 per Dolar AS, penurunan sebesar 27% untuk hari perdagangan sejauh ini)
Demikian keterangan dalam laporan The Spectator Index terkait kondisi terkini rontoknya mata uang Rusia, Rubel tersebut.
Upaya Rusia Selamatkan Ekonomi
Menghadapi situasi itu, Bank Sentral Rusia pun menerapkan sejumlah kebijakan baru.
Satu di antaranya yakni dengan menaikkan suku bunga utama menjadi 20%.
Tepat setelah rubel merosot ke rekor terendah.
Bank sentral Rusia telah menaikkan suku bunga utamanya secara signifikan.
Dari semula 9,5%, kini menjadi 20% !
• Update Invasi Rusia ke Ukraina Terbaru, Polandia dan Lithuania Rancang Bantuan Militer untuk Ukraina
Anjloknya nilai tukar Rubel ditengarai terjadi setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia lantaran tetap melanjutkan invasi Rusia ke Ukraina 2022 .
Kebijakan lain yang diterapkan juga soal jam operasional pasar uang dan valas di Rusia.
Bursa Moskow mengatakan perdagangan valuta asing dan pasar uang akan dibuka pada pukul 10 pagi waktu setempat.
Jadwal itu tiga jam lebih lambat dari biasanya.
• Kabar Terkini Rusia Vs Ukraina Hari ke-4 Pertempuran, Rusia Kehilangan 4.300 Prajurit ?
"Kondisi eksternal untuk ekonomi Rusia telah berubah secara drastis," demikian keterangan bank sentral Rusia dalam sebuah pernyataan dirangkum dari sumber tersebut.
"Kenaikan suku bunga utama akan memastikan kenaikan suku bunga deposito ke tingkat yang diperlukan untuk mengimbangi kenaikan risiko depresiasi dan inflasi,'
"Ini diperlukan untuk mendukung stabilitas keuangan dan harga dan melindungi tabungan warga dari depresiasi." lanjut keterangan tersebut
Inggris Terus Tekan Rusia
Sementara itu, Inggris bertekad terus menekan Rusia soal isu invasi Rusia ke Ukraina 2022 ini.
Termasuk dalam menerapkan sanksi-sanksi ekonomi baru terhadap negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut.
Kanselir Inggris Rishi Sunak mengatakan pada hari Senin bahwa langkah-langkah itu "menunjukkan tekad kami untuk menerapkan".
• Waduh! Vladimir Putin Aktifkan Satuan Perang Nuklir Hadapi Ukraina ? Respon Sanksi Eropa ke Rusia
Sementara itu, dalam laporan Sky News disebutkan bahwa Pemerintah Inggris mengatakan akan "segera mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memberlakukan pembatasan untuk melarang setiap badan hukum atau badan hukum Inggris melakukan transaksi keuangan yang melibatkan CBR [bank sentral Rusia], Dana Kekayaan Nasional Rusia, dan Kementerian Keuangan Federasi Rusia".
Dalam sebuah catatan kepada kliennya, JP Morgan mengatakan pihaknya memperkirakan ekonomi Rusia akan menyusut 20% pada kuartal kedua setelah sanksi yang semakin intensif.
"Jika sanksi baru ini memang diberlakukan, dampaknya terhadap ekonomi Rusia akan parah," kata analis Jahangir Aziz.
"Dua pilar ekonomi bahkan di tengah pertumbuhan yang melambat, inflasi yang meningkat, dan suku bunga yang tinggi adalah 'benteng' cadangan devisa CBR dan surplus transaksi berjalan Rusia. Tidak lagi." lanjutnya.
Panic Rush Terjadi di Rusia
Imbas rontoknya mata uang Rusia, Rubel akibat sanksi-sanksi baru Barat tersebut membuat panic rush atau penarikan uang besar-besaran tampaknya tengah terjadi di Rusia.
Sejumlah foto-foto menunjukkan orang-orang Rusia mengantri untuk menarik uang di beberapa kota.
Nasabah perbankan Rusia disebutkan khawatir tentang kekurangan uang tunai.
Meskipun Bank Sentral Rusia menyerukan untuk tenang, publik tampaknya lebih memilih mengamankan dananya.
Beberapa analis mengatakan pemberi pinjaman di negara itu hanya memiliki waktu terbatas sebelum mereka menghadapi masalah yang sangat serius.
Jeffrey Halley, analis pasar senior yang berbasis di Asia di OANDA, mengatakan kepada Reuters:
"Sebuah bank run telah dimulai di Rusia selama akhir pekan ... dan inflasi akan segera melonjak secara besar-besaran, dan sistem perbankan Rusia kemungkinan akan berada dalam masalah."
Sementara itu, analis di Rabobank mengatakan sanksi pada cadangan mata uang menghilangkan sedikit dukungan yang dimiliki rubel, memprediksi "kehancuran total" dalam mata uang hari ini.
Ray Attrill, kepala strategi FX di National Australia Bank, juga mengatakan keruntuhan rubel "tampak sudah dekat".
(Update informasi lain seputar perang Ukraina vs Rusia di portal Tribun Pontianak selengkapnya di sini)
Sumber: Sky News