Doa Katolik
Renungan Katolik Jumat 25 Februari 2022 Lengkap Bacaan 1 Bacaan Injil dan Mazmur Tanggapan
Bacaan pertama Yakobus 5:9-12 dan bacaan injil Markus 10:1-12. Mazmur Tanggapan Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Renungan Katolik Jumat, 25 Februari 2022.
Renungan Katolik 25 Februari 2022 pekan biasa VII.
Bacaan pertama Yakobus 5:9-12 dan bacaan injil Markus 10:1-12.
Mazmur Tanggapan Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12.
• Orang Kudus Katolik 25 Februari Santa Walburga
Bacaan Pertama: Yakobus 5:9-12
Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.
Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.
Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain.
Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, jangan lupa akan segala kebaikannya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak pernah Ia murka, dan tidak selamanya Ia mendendam.
4. Sejauh timur dari barat, demikianlah besar kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takut akan Dia! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Bacaan Injil: Markus 10:1-12
Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan.
Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka.
Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, “Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?”
Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, “Apa perintah Musa kepadamu?”
Mereka menjawab, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.”
Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu.
Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging.
Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.”
Setelah mereka tiba di rumah, Para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus.
Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
Dan jika isteri menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
• Orang Kudus Katolik 25 Februari Santo Caesarius dari Nazianzen
Renungan Katolik
Kadang-kadang, kita terdorong untuk membeli suatu barang, bukan karena butuh melainkan karena tergiur oleh diskonnya.
Setelah berhasil membeli barang berdiskon, lalu denganbangga bercerita ke mana-mana karena mendapat barang murah.
Akhirnya, teman kita yang mendengar hal itu, buru-buru juga berbelanja barang-barang yang kita ceritakan meski tidak butuh karena ikut tergiur dengan diskon yang diberikan.
Ilustrasi di atas relevan dengan bacaan Injil hari ini. Pria dan wanita menikah, dipersatukan oleh cinta dan komitmen. Namun, lucunya orang Farisi bertanya tentang perceraian.
Pernikahan adalah sesuatu yang diperjuangkan bahkan diimpikan, namun yang mungkin adalah kemungkinan perceraian.
Itulah yang disebut 'cara berpikir diskon'. Sebetulnya, orang yang membutuhkan perceraian dan seharusnya memang tidak boleh bercerai, karena hal itu mencederai komitmen pernikahan.
Namun, kerap kita berpikir: kalau memang ada 'diskon', kenapa tidak diambil?
Pernikahan adalah pernikahan yang tidak perlu, jangan biarkan pernikahan tersebut tidak dilakukan oleh kemungkinan (diskon) pernikahan.
Yang diharapkan adalah agar supaya tidak bersungut-sungut dan saling menyalahkan.
Tuhan, semoga keluarga-keluarga yang telah dipersatukan lewat perkawinan suci, tetap hidup dalam cinta dan kerukunan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Amin.
Sumber: adiutami.com
(*)
[Update informasi seputar katolik klik di sini]