Imlek dan Cap Go Meh

Cap Go Meh Singkawang 2022 Tanpa Pawai Tatung

Cap Go Meh merupakan dialek Hokkian yang berarti malam ke-15 atau puncak dari Imlek. Cap artinya sepuluh, Go berarti lima dan Meh yang artinya malam.

Editor: Nasaruddin
TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
Parade tatung disepanjang Jalan Diponegoro kota Singkawang pada gelaran Cap Go Meh 2019 di Singkawang, Kalimantan Barat, Selasa 19 Februari 2019. Cap Go Meh Singkawang 2022 tanpa Pawai Tatung. 

Seperti diberitakan Harian Kompas, Kamis 5 Februari 2004, pada hari ke-15 itu para dewa ke luar dari surga membagi-bagikan keselamatan, kesejahteraan dan nasib baik.

Mereka merayakannya dengan menyalakan lampion, menggelar pertunjukkan Barongsai tonggak dan Liong dan makanan-makanan khas seperti lontong Cap Go Meh.

Diyakini tradisi tersebut berasal dari daratan Cina Selatan yang merupakan asal mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia.

Merujuk buku "Hari-hari Raya Tionghoa" yang ditulis oleh Marcus A.S., Cap Go Meh juga disebut sebagai Pesta Goan Shiauw.

Hari ke-15 ini dipercaya sebagai hari lahirnya Goan Shiauw atau juga disebut Siang Goan Thian Koan, yakni roh yang memerintah langit dan bumi.

Parade tatung pada puncak event Imlek 2571 dan Cap Go Meh 2020 disepanjang Jalan Diponegoro, Singkawang, Kalimantan Barat, Sabtu (8/2/2020). Parade tatung ini diikuti 847 tatung.
Parade tatung pada puncak event Imlek 2571 dan Cap Go Meh 2020 disepanjang Jalan Diponegoro, Singkawang, Kalimantan Barat, Sabtu (8/2/2020). Parade tatung ini diikuti 847 tatung. (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

Akhirnya, Cap Go Meh ini dirayakan sebagai bentuk penghormatan kepada Goan Thian Koan yang dipercaya membawa pengampunan bagi dosa-dosa manusia di bumi.

Sementara Tatung dalam dialek Hakka disebut Tah Thung, awalnya kebudayaan dari daratan China yang bersiat keagamaan bagi penganut Taoisme.

Tatung adalah kondisi seseorang yang dirasuki roh yang umumnya roh arwah pahlawan atau satria.

Selain mempertunjukkan kemampuan supranatural seperti menusuk tubuh dengan benda dan senjata tajam, Tatung dapat mengobati orang sakit yang aneh atau misterius.

Tatung sendiri adalah produk akulturasi budaya Tionghoa dan Dayak yang sudah berlangsung ratusan tahun silam.

Akulturasi budaya ini terjadi sejak pertengahan 1700-an hingga 1800-an di mana pada saat itu banyak kongsi pertambangan di Monterado (saat ini masuk Kabupaten Bengkayang) sehingga akulturasi itu terjadi.

Menurut cerita, dulu terjadi wabah penyakit di kawasan tersebut, sehingga perlu diadakan penyucian kota atau tolak bala.

Dilaksanakanlah ritual mengarak tatung Tionghoa dan Dayak ini.

Seiring wabah yang menghilang, ritual ini terus dilakukan secara turun temurun dan menjadi tradisi yang dilaksanakan saat perayaan Cap Go Meh di Singkawang dan berbagai tempat lainnya.

Perayaan Cap Go Meh ini kini tak hanya milik masyarakat Tionghoa saja.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved