DBD Renggut Nyawa Anak 5 Tahun di Sintang, Dinkes Imbau Masyarakat Waspada
Anak berinisial AB, berusia 5 tahun sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ade M Djoen Sintang karena terserang Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti menyebabkan nyawa anak meninggal dunia di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Anak berinisial AB, berusia 5 tahun sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ade M Djoen Sintang karena terserang Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sayang, nyawanya tak tertolong. Anak warga Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, tersebut dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu, 8 Januari 2022 pukul 02.34 dengan diagnosa Dengue Shock Syndrome (DSS).
“Iya, benar (pasien DBD meninggal dunia),” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Darmadi dikonfirmasi Tribun Pontianak, Minggu 9 Januari 2022.
• Sekda Sintang Minta OPD Sudah Selesaikan Lelang Proyek Pada Triwulan Pertama 2022
Dari informasi yang dihimpun Tribun Pontianak, anak laki-laki tersebut mulai merasakan gejala demam pada tanggal 4 Januari 2022. Lalu, pada tanggal 7 Januari dilarikan ke rumah sakit.
Sempat menjalani perawatan, nyawanya anak tersebut tak tertolong. IB dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu, 8 Januari 2022 pukul 02.34 dengan diagnosa Dengue Shock Syndrome (DSS).
Kematian IB, menjadi kasus DBD pertama yang meninggal dunia pada tahun 2022. Sejak sejumlah wilayah di Kabupaten Sintang, terdampak banjir pada akhir tahun 2021 lalu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang mencatat, ada sekitar 80 kasus DBD.
Jumlahnya cenderung menurun. Namun, masyarakat diimbau tetap waspada, terutama pada area lingkungan sekolah.
“Kami imbau masyarakat untuk waspada dengan DBD, karena ini penyakit endemis di Kabupaten Sintang. Segera bawa ke rumah sakit jika ada anggota keluarga yang demam agar mendapatkan pertolongan,” imbau Darmadi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Harysinto Linoh mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), terutama di lingkungan sekolah dan rumah pasca banjir.
Meski saat ini kasus DBD cenderung menurun, namun tetap harus diwaspadai, khususnya pada anak-anak sekolah.
“Perlu diperhatikan kasus deman berdarah, terutama pada anak yang sudah mulai masuk sekolah. Apalagi, sekolahnya bekas terendam banjir,” kata Sinto belum lama ini.
Meski banjir sudah selesai, namun saat ini masyarakat dan pemerintah masih melakukan proses pemulihan pasca banjir.
Beberapa pelayanan khusus kesehatan masyarakat, di Puskemas Sungai Durian, misalnya, juga menyediakan layanan konseling psikologi untuk mendampingi warga terdampak banjir.
Awal pasca banjir, tercatat ada 80 kasus DBD. Jumlah kasus semakin menurun. Namun, masyarakat diimbau tetap waspada.