Pola Hidup Sehat

Kenali Efek Buruk Kelelahan Mental Tentang Perselingkuhan, Bisa Merusak Harga Diri

Perselingkuhan dalam pernikahan bukan hanya menyakitkan namun juga memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental.

KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/instagram
Kisah Layangan Putus Diperanka Oleh Anya Geraldine dan Reza Rahardian 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Dalam pernikahan, selingkuh merupakan hal yang sangat fatal namun sering terjadi di kehidupan nyata.

Ini menjadi permasalahan serius yang sering terulang bagi setiap pasangan suami istri.

Perselingkuhan dalam pernikahan bukan hanya menyakitkan namun juga memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental.

Perselingkuhan membuat kita dipermalukan, dibodohi dan dimanipulasi oleh pasangan.

Namun kesehatan mental pelakunya juga bisa mendapatkan pengaruh buruk ketika melakukan tindakan tidak setia ini.

9 Tanda Kelelahan Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

Reputasi sosial kita juga tercoreng sekaligus merasa kelelahan ketika menjalani hubungan yang diwarnai pengkhianatan ini.

Ada banyak alasan seseorang akhirnya berselingkuh dari pasangannya meskipun telah menikah.

Dr Rahul Khemani, psikiater ternama di Rumah Sakit Wockhardt, Mumbai, India mengatakan perselingkuhan sudah ada seiring dengan munculnya konsep pernikahan.

Namun, pasangan yang selingkuh tidak selalu merupakan gejala pernikahan yang buruk. Perilaku menyeleweng ini tidak dapat dikorelasikan dengan disfungsi perkawinan.

Terkadang, perselingkuhan bisa terjadi karena keterikatan yang tidak aman, penghindaran konflik, dan kurangnya seks yang berkepanjangan.

Perasaan kesepian, pertengkaran yang monoton dan berulang-ulang selama bertahun-tahun juga dapat menyebabkan pasangan berselingkuh.

Pakar Mental Wellness Advocate Ungkap Cara Tingkatkan Self Growth atau Pengembangan Diri

Ada juga yang melakukannya karena merasa bisa, menganggapnya sebagai proses menemukan diri kembali dan pencarian identitas baru yang difasilitasi oleh seorang kekasih.

“Perselingkuhan di luar nikah dibebani dengan kerahasiaan, elemen klandestin, dan rasa takut ketahuan," kata Dr Khemani.

Ia mengungkapkan, perilaku ini menjadi paradoks karena justru memicu perselingkuhan lagi dan membuat orang tersebut sulit berhenti.

Saat perselingkuhan berlanjut untuk waktu yang lama, orang tersebut akan terus bergulat dengan kekhawatiran.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved