Dampak Pandemi COVID-19, Sejumlah Siswa SMP di Kayong Utara Tak Lanjut Sekolah

Dirinya menuturkan, ada sekitar beberapa siswa yang tak lanjut sekolah dari kelas Sembilan, delapan atau tujuh namun tidak lebih dari tiga siswa.

Penulis: Zulfikri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Jovi Lasta
Waka Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukadana, Ahmad Syafiudin. Jumat 10 Desember 2021. TRIBUN PONTIANAK/JOVI LASTA. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAYONGUTARA - Pihak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, menyampaikan dampak pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa siswa tak lanjut sekolah.

Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukadana, Sabandi melalui Waka Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukadana, Ahmad Syafiudin menerangkan dampak pandemi COVID-19 terhadap siswa.

"Memang dampak pandemi COVID-19 salah satunyakan putus sekolah ya (siswa), yang putus sekolah, berhenti ya itu ada beberapa di kelas 9 ada, kelas tujuh juga ada. Baru-baru ini kelas sembilan dan kelas tujuh ada dua orang itu berenti," bebernya, Jumat 10 Desember 2021.

Ia menilai, pandemi COVID-19 merupakan faktor yang cukup besar terhadap siswa-siswi di sekolah.

Kapolres Kayong Utara Sebut Pengamanan dan Jaga Kondusifitas, Tanggung Jawab Bersama

"Faktor pandemi COVID-19 pengaruh sangat besar memang. Sekolah sudah mencoba untuk mendatangi mereka ke rumahnya. Solusi-solusi apa saja," terang Ahmad Syafiudin.

"Langkah awal tidak harus ketika anak tidak masuk-masuk harus diberhentikan, kan ada sistematis yang harus kita jalani salah satunya adalah datang ke rumahnya," tambahnya.

Pihak sekolah, sebut Ahmad, secara langsung mendatangi para siswa dengan diwakilkan oleh Wali Kelas, Guru BK dan kesiswaan.

"Kalau hari normal kita gunakan surat, tapi kalau karena pandemi ini pihak sekolah yang diwakilkan oleh wali kelas, guru BK, kesiswaan mendatangi rumahnya," ungapnya.

Dirinya menuturkan, ada sekitar beberapa siswa yang tak lanjut sekolah dari kelas Sembilan, delapan atau tujuh namun tidak lebih dari tiga siswa.

"Faktonya banyak, ada yang bantu orang tua, dan bekerja. Kelas sembilan itu ada sekitar dua orang, kelas tujuh atau delapan itu ada dan tidak lebih dari tiga (orang)," pungkasnya. (*)

(Simak berita terbaru dari Kayong Utara)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved