Tak Tega Tinggalkan Ibunya saat Gunung Semeru Erupsi, Rumini Meninggal Berpelukan dengan Salamah

Legiman, adik ipar Salamah mengatakan, ketika Gunung Semeru meletus, semua orang lari berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri.

Editor: Nasaruddin

Sementara itu, Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut.

“Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, dikutip dari laman ITB.

Menurut Mirzam, saat terjadi erupsi, sering kali warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, tetapi tetap terekam oleh seismograf.

Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.

Dia menjelaskan, penyebab Gunung Semeru bisa meletus.

Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus.

Pertama, karena volume di dapur magmanya sudah penuh; kedua, karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma; dan yang ketiga, di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban," tambahnya.

"Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa dideteksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa terjadi erupsi,” jelasnya.

Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A.

Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun.

Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember.

“Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” jelasnya.

Namun, menurut Mirzam arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara.

Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved