Tanggap Darurat Banjir Antisipasi Dampak La Nina di Sintang, Tanggul Geotube & Geobag Akan Dipasang
Tim tanggap darurat banjir Sintang yang dibentuk oleh Kementrian PUPR sudah melakukan kajian. Usulannya, kawasan bantaran sungai yang menjadi pintu ma
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,SINTANG - Tim Tanggap Darurat Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bekerja cepat membuat konsep pembuatan tanggul sementara untuk antisipasi banjir di Kabupaten Sintang.
Tim diburu dengan waktu di mana prediksi BMKG Fenomena La Nina akan terjadi pada akhir tahun 2021, sampai dengan Februari 2022.
Pada Kamis sore kemarin, Balai Wilayah Sungai Kalimantan I dan PT. Wijaya Karya (WIKA) melakukan sosialisasi jajaran Pemkab Sintang. Sosialisasi dihadiri oleh OPD Teknis, Camat, Lurah, Kepala Desa sampai Ketua RT.
Tim tanggap darurat banjir Sintang yang dibentuk oleh Kementrian PUPR sudah melakukan kajian. Usulannya, kawasan bantaran sungai yang menjadi pintu masuk limpasan air baik dari sungai Kapuas dan sungai melawi akan dibuat tanggul sementara dari kombinasi Geotube dan Geobag.
• Sekjen FKMS Ade M Iswadi Saran Ini untuk Pemerintah Atasi Banjir di Sintang
“Menurut kami ini sebagai solusi sementara sambil mendapatkan kajian yang lebih dalam lagi. Penyelesaian banjir seluruhnya tidak bisa dengan waktu yang singkat. Akan tetapi menurut kami sistem ini adalah cara yang paling cepat dan efektif menganangi ancaman banjir dari La Nina,” kata Daniel Resdianto, Manajer Konstruksi Proyek Mega PT Wijaya Karya (WIKA), Jumat 26 November 2021.
Lalau, apa itu Geotube, Geobag dan bagaimana cara kerjanya!
Geotube secara konsep sama dengan Geobag. Fungsinya sama-sama sebagai tanggul untuk menahan limpasan air sungai masuk ke dalam kawasan. Geotube, terbuat dari geotekstil berkuatan tinggi. Jika sudah terisi dengan material pasir yang dipompa secara bentuknya memanjang seperti guling.
Ukuran geotube yang akan dipasang di bantaran sungai Kapuas dan melawi, tingginya 1,5 meter, dengan lebar 1,8 meter dan panjangnya 20 meter untuk satu geotube. Sementara geobag, ukurannya lebih kecil dipasang sebagai dudukan dari Geotube.
“Sederhananya, geotube yang bisa kerja dalam air saat air banjir. Geotube, panjang, lebar dan kuat, menahan limpasan sungai Kapuas dan melawi. Kalau pakai geobag hanya kombinasi untuk pelurusan atau pondasi,” kata Daniel.
Teknologi Geobag dan Geotube masih kurang familiar di masyarakat Sintang, termasuk pemerintah daerah. Sejak Mentri PUPR Basuki menyebut akan memasang Geobag sebagai langkah pencegahan banjir, ada banyak pro dan kontra.
Sebagian besar mayarakat berfikir, jika kawasan di bantaran sungai ditanggul, maka air terkepung dan tidak bisa keluar dari kawasan.
“Nanti akan dipasang pipa sebagai drainase satu arah. Pada salah satu ujung drainase dipasang katup yang hanya terbuka saat elevasi muka air banjir turun. Dan tertutup saat limpasan air naik. Selain itu, akan kita siapkan pompa air,” ujar Daniel.
Pemasangan kombinasi geotube dan goebag ini nantinya, sebagian terpaksa memakan badan jalan pemukiman yang berada di bantaran sungai.
“Memang penanganan cepatnya ada resiko sebagian jalan akan menjadi dudukan sementara untuk geobag terpakai 1,8 meter. Dalam hal ini memang ada sisi yang tidak bisa menyenangkan semua orang,” ujar Daniel.
• PRAKIRAAN Cuaca Wilayah Kalbar Pontianak, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang, Sintang Hari Ini Kamis 25
Dari pemetaan drone, data ukur dan informasi warga, Tim Tanggap Darurat Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, memetakan 3 kawasan pertemuan sungai Kapuas dan melawi sepanjang 13,2 kilometer yang diusulkan untuk dibuat tanggul dengan kombinasi geotube dan geobag.