Profil Sultan Hamid II dari Kasultanan Qadriyah Pontianak Perancang Lambang Garuda Pancasila

Sultan Hamid II adalah orang yang menggambar lambang negara Indonesia yaitu Burung Garuda.

Editor: Syahroni
TRIBUN FILE/IST
Buku sejarah Sultan Hamid II. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Nah satu diantara sosok yang mempunyai andil besar untuk Indonesia adalah Putra Kalimantan Barat, Sultan Hamid II dari Kasultanan Pontianak.

Bagi masyarakat Kalbar, sosok Sultan Hamid II adalah pahlawan berkat jasa-jasanya untuk Indonesia.

Sultan Hamid II adalah orang yang menggambar lambang negara Indonesia yaitu Burung Garuda.

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam buku Spiritualisme Pancasil (2018) karya Fokky Fuad Wasitaatmadja, lambang Garuda dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Sukarno.

Lambang tersebut diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat pada 11 Februari 1950.

Biodata serta Profil Lengkap Luhut Binsar Panjaitan dan Siapa Sebenarnya Luhut Binsar?

Sejarah terbentuknya

Setelah perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Kemudian disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949, Indonesia dirasakan perlu memiliki lambang negara.

Pada 10 Januari 1950, dibentuk panitia teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara, M,A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota.

Panitia tersebut bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono menyampaikan sayembara.

Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yakni Sultan Hamid II dan M Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II.

Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakan pengaruh Jepang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved