Breaking News

Kisah 'Ratu Ular' yang Sudah Kenyang Dipatuk, Tak Selera Makan saat Koleksi Mati

Berbeda dengan anak-anak seusianya yang takut terhadap ular, Iin justru tidak takut untuk memegangnya.

Editor: Nasaruddin
KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN
Indrastuti atau Iin (57) warga Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dikenal sebagai Ratu Ular. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Nenek dua cucu, Indrastuti (57) dijuluki 'Ratu Ular' oleh warga sekitar tempat tinggalnya.

Hal itu tak lepas dari hobi uniknya di usia yang tak lagi muda.

Wanita yang tinggal di Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ini mengoleksi puluhan ular berbahaya di rumahnya, antara lain piton, viper hingga berbagai macam king kobra.

Saking banyaknya, wanita yang akrab disapa Iin ini dijuluki sebagai "ratu ular".

Begitu sayangnya Iin pada ular, membuatnya bersedih ketika ada ular peliharaannya yang mati.

Atlet Karate Asal Kapuas Hulu Raih 8 Medali di Ajang Singkawang Open Tournament and Competition 2021

"Waktu ular kesayangan mati, saya sampai enggak doyan makan berhari-hari," kata Iin.

Tak hanya Iin, kedua cucunya yang masih duduk di bangku SD pun terbiasa hidup bersama ular.

Mereka tidak canggung untuk memegang dan menggendong ular.

Iin menceritakan, mulai tertarik terhadap ular sejak masih anak-anak.

Berbeda dengan anak-anak seusianya yang takut terhadap ular, Iin justru tidak takut untuk memegangnya.

"Dari SD sudah mainan ular, dari hati memang senang. Cuma dulu orang belum terbiasa melihat perempuan bermain dengan ular, jadi masih tabu," tutur Iin saat merayakan ulang tahunnya ke-57 di rumahnya, baru-baru ini.

Istri Kapolres Tebing Tinggi Pamer Uang di TikTok, Kapolda Sumut Beri Komentar Keras

Namun perlahan orang-orang di sekitarnya mulai menerima hobi Iin.

Perlahan ia mengumpulkan ular di rumahnya hingga kini jumlahnya mencapai 75 ekor.

"Ini seluruhnya hasil breeding," kata Iin.

Ular dengan berbagai macam ukuran itu disimpan di kotak-kotak kaca yang ditumpuk di garasi.

"Ada yang bilang nenek-nenek kok mainan ular. Saya ini bukan mainan, tapi pecinta ular," tegas Iin.

Dalam perkembangannya, Iin tak hanya mengoleksi ular.

Ia bersama timnya juga kerap memberikan pertolongan apabila ada ular yang masuk ke rumah atau permukiman warga.

"Kami sering melakukan rescue kalau ada ular yang masuk ke rumah atau permukiman," ujar Iin.

Ular-ular hasil tangkapan kemudian dikembalikan lagi ke alam yang jauh dari permukinan warga.

Tak berhenti di situ, Iin kini juga rajin memberikan edukasi kepada masyarakat.

Mulai dari mengenal ular yang berbisa atau tidak hingga cara menanganinya apabila tergigit.

Iin tergerak untuk memberikan edukasi karena prihatin banyak masyarakat awam dan penghobi ular yang meninggal akibat tergigit ular.

"Banyak yang jadi korban karena kegigit king kobra, bahkan sampai meninggal karena kurang hati-hati," kata Iin.

Edukasi penanganan ular Iin pun mengaku sudah kenyang tergigit ular.

Namun karena mengetahui cara penanganannya, ia dapat meminimalkan efeknya.

"Orang mainan api akan terbakar, mainan air akan basah, demikian juga mainan ular. Yang terpenting ada cepat dan tepat menanganinya," jelas Iin.

Iin berpesan kepada penggemar ular untuk merawatnya sebaik mungkin.

"Seperti makhluk lainnya, kalau diberi kenyamanan akan nurut. Untuk kebutuhan pakan, tempat kami buat senyaman mungkin, jangan sampai terusik," ujar Iin.

Iin dibantu oleh seseorang yang setiap hari membersihkan dan memberikan pakan ular berupa tikus dan ayam.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Nenek Iin yang Koleksi 75 Ular: Waktu Ada yang Mati, Tak Doyan Makan Berhari-hari"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved