Biografi Syaikh Abdur Rauf As-Singkili: Mufti Kerajaan Aceh yang Punya Karya Tafsir, Fiqh dan Hadits
Nama aslinya adalah Aminudin Abdur Rauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri as-Singkili.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Siapakah nama asli dari Syaikh Abdur Rauf As-Singkili?
Nama aslinya adalah Aminudin Abdur Rauf bin Ali al-Jawi Tsumal Fansuri as-Singkili.
Abdur Rauf al-Fansuri lahir di kota Singkil, Aceh, pada tahun 1024 H atau 1615 M.
Selain Syekh Abdur Rauf, dirinya juga dikenal dengan nama Tengku Syiah Kuala.
• Bagaimana Reformasi Pertunjukan Wayang yang Dilakukan Sunan Kalijaga dan Wali Songo Lainnya?
Menurut sebagian keterangan, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia yang datang menetap di Singkil Aceh pada akhir abad ke-13.
Dalam menuntut ilmu, Syaikh Abdur Rauf As-Singkili berguru kepada banyak ulama.
Pendidikan pertama didapat dari ayahnya yang mengajar di Dayah atau Madrasah.
Syaikh Abdur Rauf As-Singkili juga belajar dari Syekh Hamzah Fansuri saat melanjutkan pendidikan di Barus.
Diantara ilmu yang dipelajari adalah ilmu agama, sejarah, mantik, filsafat, sastra hingga bahasa Parsi.
Sekitar tahun 1640 dirinya berangkat ke tanah Arab. Abdur Rauf pernah belajar di Timur Tengah diantaranya Mesir dan Makkah.
Syekh Abdur Rauf belajar pada Muhammad Al-Babili, Mesir, Muhammad al-Barzanji, Antolia.
Syekh Abdur Rauf bermukim selama kurang lebih 19 tahun di Makkah untuk mendalami ilmu agama.
• Siapa Saja Wali Songo dan Bagaimana Perannya dalam Dakwah Islam?
Diantara guru-gurunya adalah, Muhammad Al-Babili, Muhammad al-Barzanji, Hamzah Fansuri, Syekh Ibrahim bin Abdullah Jam’an, Syekh Ahmad Qusyasi, Syekh Ibrahim al-Kurani.
Nama Syekh Abdur Rauf as-Singkili sangat lekat dengan tarekat Syatariyah.
Sebab dirinya adalah orang yang pertama kali mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.
Tarekat Syattariyah ini dipelajarinya dari sang guru yang bernama Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-Qur’ani.
Pada masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin Tajul Alam, Abdur Rauf as-Singkili diangkat menjadi Mufti Kerajaan Aceh.
Sebagai seorang ulama dan penulis, dirinya sudah membuat 21 karya dalam bentuk kitab tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf.
• Mengapa Dakwah Wali Songo Dapat Diterima Baik oleh Penduduk Pribumi?
Beberapa di antara karya Syaikh Abdur Rauf adalah sebagai berikut:
1. Kitab Tafsir berjudul Turjuman al Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah), yakni merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia.
2. Umdat al Muhtajin, yaitu karya terpenting yang ditulis oleh Abdur Rauf as-Singkili.
Buku ini terdiri dari 7 bab yang memuat tentang dzikir, sifat Allah dan Rasul-Nya, serta asal-usul ajaran mistik.
Pada pembahasan di bab terakhir, beliau menceritakan tentang riwayat hidupnya dan gurunya.
3. Mir’at at-Tullab fi Tahsil Ma’rifah Ahkam asy-Syar’iyah li al-Malik al-Wahab (Cermin bagi Penuntut Ilmu Fikih untuk Memudahkan Mengenal Segala Hukum Syariat).
Kitab ini memuat berbagai masalah Madzhab Syafi’i yang merupakan panduan bagi para qadhi.
Karya di bidang hukum Islam ini ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatudin
4. Terjemah Hadis Arba’in karya Imam Nawawi (juga ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyyatudin)
5. Mawa’iz al-Badi, berisi nasehat tentang akhlak
6. Tanbih al-Masyi, yang memuat ajaran tasawuf
7. Kifayatul Muhtajin, berisi penjelasan tentang konsep wahdatul-wujud.
Diantara karyanya yang banyak menyita perhatian dan penelitian adalah tafsirnya, Tarjmanul Mustafid.
Karya ini mendapat banyak perhatian karena tercatat sebagai karya tafsir pertama di Nusantara yang ditulis secara lengkap menggunakan bahasa Melayu.
Popularitas tafsir ini tidak hanya di Nusantara, namun junga menjangkau Negara-negara lain.
Edisi cetak tafsir ini misalnya dibuat di Singapura, Penang, Bombay, Istambul Turki, Kairo, dan Makkah.
Di Istanbul karya ini diterbitkan oleh Matba’ah Al-Usmaniyah tahun 1884.
Sementara di Kairo dicetak oleh Sulaiman al-Maragi.
Adapun di Mekkah diterbitkan oleh penerbit Al-Amiriyah dan di Jakarta sendiri baru dicetak tahun 1981.
Sacara garis besar, Tarjmanul Mustafid disusun menggunakan metode tahlili yakni dengan menjelaskan kandungan ayat secara berurutan sesuai dengan ayatnya.
Rujukan yang dipakai pada Tarjumaul Mustafid adalah Tafsir Baidhawi, Tafsir Jalalain, dan Tafsir al-Khazin.
Pada setiap permulaan surah, Syekh Abdur Rauf menjelaskan terlebih dahulu nama surah, jumlah ayat, tempat turun, asbabun nuzulnya, hingga penjelasan tentang bacaan imam Qiraat, baru kemudian kandungannya.
Dalam menyusun tafsir ini Syekh Abdur Rauf tidak terpaku pada satu corak tertentu seperti fikih atau taswuf, tapi berupaya menggunakan corak yang umum yang disesuikan dengan kandungan ayatnya.
Uraian dalam tafsir ini dibuat menggunakan pejelasan yang singkat dan padat, dan dibuat secara beruturatan sehingga memberikan kemudahan tersendiri bagi para pemabacanya.
Syekh Abdur Rauf as-Singkili meninggal dunia tahun 1693 pada usia 73 tahun.
Ia dimakamkan di Kuala Aceh, Desa Raya, Kecamatan Kuala di sebelah masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh.
Untuk mengenang jasa besarnya, sebuah universitas di Banda Aceh dibangun menggunakan nama kebesarannya.
Sumber: Buku SKI Kelas IX Mts, Kemenag