Pola Hidup Sehat
CAIRAN TUBUH yang Tidak Bisa Menularkan HIV AIDS ? Penyebab Utama Penularan HIV atau AIDS Adalah ?
HIV akan membuat tubuh Anda rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya.
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV.
Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter.
Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.
Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya.
Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter.
Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai.
Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap.
Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.
Prinsip Penularan HIV
Prinsip dalam penularan HIV, yang dikenal dengan istilah ESSE yaitu prinsip dimana dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia lainnya.
- Exit maksudnya adalah jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV dari dalam tubuh keluar tubuh;
- Survive adalah cairan tubuh yang keluar harus mengandung virus yang tetap bertahan hidup;
- Sufficient yaitu jumlah virus yang cukup untuk menularkan/menginkubasi ke tubuh seseorang;
- Enter adalah alur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV.
• Pasangan Gay Positif HIV/AIDS di Ketapang Jadi Tren Baru
Gejala Terinfeksi HIV
Sebelum mengetahui cara mendeteksi HIV, sebaiknya berkenalan terlebih dahulu dengan gejalanya.
Gejala HIV cukup beragam.
Namun, seseorang yang terinfeksi HIV akut (saat seseorang pertama kali terinfeksi) biasanya mengalami gejala seperti flu atau infeksi virus lainnya, seperti:
- Demam dan nyeri otot
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Berkeringat pada malam
- Sariawan, termasuk infeksi jamur (sariawan)
- Pembengkakan kelenjar getah bening membengkak
- Diare
Meski begitu, ada pula orang yang tidak menunjukkan gejala ketika pertama kali terinfeksi HIV.
Infeksi HIV akut berkembang selama beberapa minggu sampai bulan, dan menjadi infeksi HIV tanpa gejala.
Fase ini bisa bertahan 10 tahun atau lebih.
Nah, selama periode ini pengidapnya mungkin tidak memiliki alasan untuk mencurigai dirinya mengidap HIV, tetapi mereka dapat menularkan virusnya ke orang lain.
Masalahnya tak hanya terhenti di situ saja.
Andaikan HIV dibiarkan tanpa penanganan, kemungkinan besar mengembangkan penyakit AIDS akan semakin meningkat.
Ada beberapa orang yang mengembangkan AIDS dalam beberapa tahun setelah terinfeksi HIV.
Namun, ada pula yang tetap sehat sepenuhnya setelah 10 atau bahkan 20 tahun.
Cara untuk Mengetahui Seseorang Terinfeksi HIV
1. Kenali faktor risiko HIV
Mendeteksi HIV dimulai dengan mendeteksi adanya faktor risiko yang dimiliki seseorang.
Seseorang patut waspada dirinya terkena infeksi HIV, jika dirinya memiliki berbagai faktor risiko HIV.
Faktor-faktor risiko HIV, antara lain:
berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, menggunakan jarum suntik secara tidak steril (yang biasanya sering terjadi pada penggunaan obat suntik/intravenous drug user), dan terlahir dari ibu yang positif menderita HIV.
Jadi, jika seseorang memiliki berbagai faktor risiko tersebut, maka dirinya patut waspada akan infeksi HIV.
2. Kenali gejala awal HIV
Gejala awal HIV meliputi demam tanpa sebab yang jelas, badan terasa lemas, nyeri tenggorokan, dan penurunan berat badan.
Orang yang terinfeksi HIV juga dapat mengalami pembengkakan pada berbagai kelenjar, seperti daerah leher atau selangkangan.
Biasanya gejala awal akan muncul setelah 2–6 minggu terinfeksi virus HIV.
Karena mirip dengan flu biasa, banyak penderita tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi HIV.
Oleh sebab itu, orang dengan faktor risiko HIV sebaiknya tidak meremehkan jika terkena flu, apalagi jika berkepanjangan.
3. Waspada infeksi membandel
Apakah Anda memiliki infeksi membandel yang sulit ditangani?
Infeksi adalah tanda awal dari infeksi HIV.
Infeksi yang terjadi dapat bervariasi, mulai dari infeksi paru sampai infeksi saluran pencernaan.
- Infeksi tuberkulosis
Pasien HIV dapat mengeluhkan batuk, keringat malam, dan sesak napas. Hal ini menunjukkan adanya infeksi saluran pernafasan yang dapat disebabkan oleh kuman tuberkulosis. Jika tidak ditangani dengan baik, maka seseorang dengan tuberkulosis akan mengalami kerusakan paru lebih lanjut.
- Infeksi jamur
Timbulnya jamur pada daerah mulut merupakan salah satu gejala klinis dari HIV. Gejalanya berupa plak keputihan pada rongga mulut dan menempel ke lidah.
- Diare
Diare juga merupakan keluhan yang sering dialami penderita HIV. Diare yang terjadi biasanya bersifat kronis dan sulit disembuhkan. Terdapat banyak kemungkinan penyebab diare pada pasien HIV, seperti infeksi bakteri, virus, atau parasit.
- Infeksi menular seksual
Salah satu metode penularan HIV adalah melalui hubungan seksual.
Karena itu, infeksi menular seksual sering kali terjadi bersamaan dengan infeksi HIV.
Jenis-jenis infeksi menular seksual ini meliputi infeksi oleh kuman gonore, sifilis, atau kutil kelamin.
4. Voluntary counseling and testing
Voluntary counseling and testing (VCT) adalah metode diagnosis HIV dimana seseorang melakukan konseling dan pemeriksaan secara sukarela.
Pada program ini, pemeriksaan HIV didahului oleh konseling sebelum pemeriksaan, serta diikuti oleh konseling setelah pemeriksaan dilakukan.
Jika seseorang memiliki faktor risiko terinfeksi HIV, dan ditunjang dengan berbagai gejala yang khas, maka pemeriksaan HIV dianjurkan.
Hal ini guna mendeteksi dini terjadinya infeksi HIV dan mencegah penularan HIV lebih lanjut.
Dengan melakukan berbagai langkah di atas, gejala HIV dapat dideteksi pada fase awal infeksinya dan penularannya pun dapat dicegah.
Jadi, jangan takut untuk memeriksakan diri Anda guna masa depan yang lebih cerah.
• DERETAN MANFAAT Pandan Bagi Manusia, Ternyata Bisa Mencegah Penyakit Kanker
Kegiatan Berikut yang Berpotensi untuk Menularkan Virus HIV
- Hubungan seks
Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari pria ke wanita atau sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui hubungan seksual yang berisiko.
Penularan HIV dapat terjadi saat hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks oral dengan pasangan yang terinfeksi HIV.
Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan HIV adalah menggunakan kondom saat berhubungan seks dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
- Penggunaan jarum suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi.
Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas, membuat seseorang memiliki risiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
- Lewat kehamilan, persalinan atau menyusui
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV selama kehamilan, guna menurunkan risiko penularan HIV pada bayi.
- Transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan oleh transfusi darah.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena kini diterapkan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh.
Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
• INILAH PENYAKIT yang Disebabkan Bakteri, Waspadai Bakteri yang Sebabkan Penyakit Menular Berbahaya
- Penggunaan mainan seks (sex toys)
Penggunaan mainan seks yang dipakai bergantian juga dapat menjadi penyebab penyebaran virus dari satu orang ke yang lainnya.
Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di permukaan benda mati.
Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina mungkin saja menjadi perantara virus untuk berpindah ke pasangan.
Oleh karena itu, selalu hindari menggunakan mainan seks bekas orang lain.
- Lewat bekerja di rumah sakit
Mungkin sekilas kamu berpikir bahwa petugas kesehatan adalah orang yang paling sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni dalam bidang kesehatan.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Petugas kesehatan di rumah sakit, Puskesmas, atau klinik malah masuk kelompok orang yang rentan terkena berbagai macam penyakit, mulai dari hepatitis sampai HIV.
Orang-orang ini dapat mengalami kontak langsung dengan darah dari pasien yang positif HIV melalui luka terbuka.
Misalnya, suster perawat yang sedang mengambil darah pasien yang positif HIV.
Bukannya tidak mungkin jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke kulit petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury).
Risiko petugas layanan kesehatan tertular HIV akan sangat rendah terutama jika mereka selalu memakai alat pelindung diri (seperti masker, scrub/jubah rumah sakit, penutup kepala, kacamata khusus, hingga sarung tangan) dengan lengkap dan benar ketika bertugas, juga selalu berhati-hati dalam menangani benda-benda tajam dan bekas darah yang berceceran.
- Sulam alis, tato alis, sulam bibir
Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan.
Tapi tren kecantikan yang sedang naik daun ini dapat menjadi cara penularan HIV jika dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman atau berlisensi, juga yang tidak menggunakan peralatan steril.
Pasalnya, prosedur sulam atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka.
Oleh karena itu, sebelum anda duduk dan disulam alis atau bibirnya, pastikan bahwa semua peralatan yang digunakannya steril.
Khususnya, pastikan bahwa mata pisau bedah jarum yang digunakan adalah yang sekali pakai.
- Donor darah dan cangkok organ
Salah satu syarat yang wajib dipenuhi sebelum donor adalah bahwa kamu tidak memiliki penyakit terkait infeksi yang menular lewat darah, seperti HIV.
Namun, tak semua orang menyadari betul bahwa dirinya terjangkit HIV dan memutuskan untuk ikut donor darah atau organ tubuhnya untuk menolong sesama.
• PENYAKIT Liver Disebabkan Oleh? Waspadai Gejala Penyakit Liver
Jika seseorang yang positif HIV menyumbangkan darah, termasuk organ tubuh atau jaringan (seperti sumsum tulang), orang yang menerima donor kemungkinan akan terkena infeksi HIV juga.
Maka dari itu, untuk mencegah penularan HIV dan infeksi darah lainnya, petugas donor biasanya akan menguji setiap sumbangan produk darah untuk virus seperti HIV sebelum diberikan pada orang yang membutuhkan.
Mengenal Viral load HIV
Viral load adalah kisaran jumlah partikel virus dan jumlah RNA HIV per 1 ml (1 cc) sampel darah.
Dengan kata lain, viral load adalah tolak ukur mengenai sudah seberapa jauh dan cepat penyakit berkembang dalam tubuh yang diketahui lewat jumlah virus di dalam sampel darah.
Semakin banyak jumlah partikel virus dalam darah artinya semakin tinggi risiko Anda untuk menularkan virus dan mengalami komplikasi HIV, seperti infeksi oportunistik dan AIDS.
Viral load dapat memberikan informasi mengenai sampai sejauh mana stadium HIV seseorang, serta seberapa baik pengobatan antiretroviral (ART) dalam mengendalikan infeksi di dalam tubuh.
Untuk mengetahui berapa banyak viral load dalam tubuh Anda, caranya adalah dengan tes darah.
Waktu yang paling tepat untuk menjalani tes viral load adalah segera setelah Anda resmi didiagnosis positif HIV.
Hasil dari tes pertama ini biasanya akan dijadikan patokan untuk mengamati perkembangan virus HIV dalam tubuh selama menjalani pengobatan seterusnya.
Tes untuk mengukur viral load juga tidak hanya dilakukan sekali.
Selama Anda masih terus menjalani pengobatan, dokter akan menganjurkan Anda mengikuti tes rutin.
Tujuannya untuk mengevaluasi kesuksesan pengobatan sampai saat ini.
Kombinasi pengobatan yang tepat biasanya akan menurunkan jumlah virus dalam darah secara drastis dalam satu bulan.
Namun berdasarkan hasilnya, dokter dapat pula memutuskan untuk mengganti rejimen obat-obatan HIV Anda.
Jika demikian, Anda akan diminta lebih dulu menjalani tes dalam 3-6 bulan sebelum memulai mengonsumsi obat HIV baru, dan 2-8 minggu setelah memulainya sampai terlihat ada perubahan jumlah virus dalam darah Anda. (*)