Peran Penting Sunan Kudus dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Di awal dakwahnya ke Kudus, Sunan Kudus mementingkan persatuan masyarakat lokal dengan menghormati pemeluk agama lain.

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Kompas.com
Sunan Kudus, satu di antara Wali Songo. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sunan Kudus adalah wali songo yang menyebarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.

Saat menjadi tokoh agama, suasana di Kudus banyak terdapat kezoliman.

Banyak masyarakat yang suka foya-foya, judi, mabuk-mabukan dan lain sebagainya.

Hal tersebut membuat Sunan Kudus risau dapatkah orang-orang yang dholim itu disadarkan.

Akhirnya melalui dakwah, Sunan Kudus berhasil mengajak mereka memeluk agama Islam.

Biografi Sunan Kudus, Wali Songo Penyebar Agama Islam dan Panglima Kerajaan Demak

Sunan Kudus memang punya peran penting dalam mengembangkan Islam di Indonesia.

Berikut adalah peran Sunan Kudus dalam mengembangkan Islam di Indonesia:

1. Mempelopori Toleransi Beragama

Di awal dakwahnya ke Kudus, Sunan Kudus mementingkan persatuan masyarakat lokal dengan menghormati pemeluk agama lain.

Ia melarang penyembelihan sapi pada saat pelaksanaan ibadah qurban, hal ini dilakukan sebagai bentuk toleransi kepada ajaran agama lain yang memposisikan sapi sebagai hewan yang dihormati dan dikeramatkan.

Pelarangan tersebut bukan karena dilarang menurut ajaran Islam tapi penyembelihan sapi pada saat itu dapat menimbulkan ketersinggungan sebuah kerajaan yang dipimpin Pangeran Poncowati.

Kearifan yang dilakukan Sunan Kudus mengundang kehadiran Pangeran Poncowati menanyakan, “apakah larangan menyembelih sapi oleh Sunan Kudus adalah ajaran agama Islam?”

Lalu dijawab oleh Sunan Kudus, “Sapi bukanlah hewan yang diharamkan, dan larangan itu disampaikan sebagai penghormatan itu kepada pemeluk agama yang menganggap sapi sebagai binatang yang dihormati.”

Kejadian ini sebagai sebab masuk Islamnya Pangeran Poncowati dan menyerahkan wilayah kerajaan kepada Sunan Kudus.

Biografi Sunan Muria, Wali Songo yang Memilih Tinggal di Pegunungan dan Jauh dari Keramaian Kota

Dalam dakwahnya, Sunan Kudus melakukan hal-hal yang unik untuk menarik perhatian pemeluk agama lain berkumpul di depan masjid.

Misalnya, suatu hari Sunan Kudus membeli sapi yang disebut kebo Gumiran kepada pedagang asing, sapi tersebut ia tambatkan di halaman.

Warga Hindu-Budha yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan Sunan Kudus, akhirnya berkumpul.

Sunan Kudus pun bercerita tentang sapi waktu masih kecil.

Ia nyaris mati karena haus, lalu, dalam kehausannya datanglah seekor sapi yang kemudian menyusuinya hingga segar lagi.

Saat dewasa, demi hormatnya kepada sapi ia melarang masyarakat untuk menyakiti sapi.

Pengetahuan Sunan Kudus tentang budaya lokal membuatnya melakukan inovasiinovasi dalam menyampaikan dakwah lewat budaya yang membuatnya dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat kudus pada zamannya.

Sunan Bonang dan Peran Pentingnya dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

2. Melakukan Akulturasi Budaya Islam dan Budaya Lokal

Dalam usahanya menarik simpati agama lain memeluk Islam, Sunan Kudus melakukan akulturasi budayadalam arsitektur masjid yang mengkompromikan arsitektur Islam dan Hindu-Budha, yaitu:

a) Membangun Masjid dan Menara Kudus

Sejak meninggalkan Demak, dan tinggal di Kudus, Ja’far Shadiq memulai dakwahnya dengan membangun masjid Agung Kudus yang besar dan indah, sebuah tulisan berbahasa Arab menyebutkan bahwa masjid itu dibangun tahun 956 H/1549.

Arsitektur menara kudus yang unik menggambarkan kompromi Islam dengan arsitektur setempat yang bercirikan Hindu sebagai upaya pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang sudah mapan dalam budayanya. 

Bangunan Menara mempunyai tinggi 18 meter, dengan ukuran dasar persegi 10x10 meter.

Dihiasi dengan piring keramik bergambar yang berjumlah 32 buah.

Dua puluh buah berwarna biru berlukiskan masjid, manusia, unta dan kurma.

Sedangkan 12 buah lainnya berwarna putih berlukiskan kembang.

Sunan Kudus menyebarkan Islam dengan jalan kebijaksanaan, mengkomproikan arsitektur Islam, Jawa, Hindu-Budha, dan Kebudayaan Tionghoa.

Sehingga mendapatkan simpati dari penduduk setempat yang masih beragama Hindu atau Budha atau aliran kepercayaan lainnya.

b) Membangun Padasan (Tempat Wudhu)

Padasan dibangun dengan pancuran berjumlah delapan dan diberikan arca di atasnya.

Dalam ajaran Budha arca menjadi simbol dalam keyakinan mereka.

Terdapat delapan ajaran yang dinamakan asta sanghika marga (sebuah ajaran cara bersikap dalam kehidupan).

Dalam usahanya mencari perhatian orang-orang Hindu-Budha, Sunan Kudus meneraik mereka lewat arsitektur menara dan padasan di
sekitarnya hingga membuahkan hasil.

Lambat laun banyak para pemeluk Hindu-Budha berdatangan memeluk Islam hingga Kudus menjadi kota penting dalam penyebaran Islam.

3. Berdakwah lewat Seni dan Budaya

Dalam menarik simpati masyarakat, Sunan Kudus dikenal punya kebiasaan mengadakan acara Bedug Dandangan, Sunan Kudus menabuh beduk berkali-kali, untuk mengundang para jamaah ke masjid dan mengumumkan hari pertama puasa kepada masyarakat.

Tradisi ini masih berlansung di beberapa daerah Indonesia baik di Jawa atau daerah lain.

Sunan Kudus juga menciptakan tembang Maskumambang dan Mijil.

Tembang mijil berisi tentang alam ruh sebelum manusia dilahirkan sedangkan maskumambang berisi pesan agama tentang kelahiran manusia.

Tembang dijadikan sebagai media dakwah yang mudah diterima oleh masyarakat.

Peninggalan Sunan Kudus

1. Masjid Menara Kudus

Satu diantara peninggalan Sunan Kudus adalah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus.

Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid al-Aqsa atau Masjid al-Manar.

Masjid ini dibangun oleh Ja’far Shodiq atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus.

Sunan Kudus adalah putera dari Raden Usman Haji atau Sunan Ngundung.

Masjid Menara Kudus dibangun pada tahun 956 H atau 1537 M.

Hal tersebut diketahui dari inskripsi berbahasa Arab yang terdapat pada mimbar masjid.

Masjid ini mempunyai banyak keunikan.

Satu diantaranya adalah bentuk menara yang mirip dengan candi.

Menurut beberapa pengamat, menara yang terdapat pada masjid ini mirip dengan Candi Jago.

2. Tembang Maskumambang dan Mijil

Sunan Kudus menciptakan tembang Maskumambang dan Mijil.

Tembang mijil berisi tentang alam ruh sebelum manusia dilahirkan sedangkan maskumambang berisi pesan agama tentang kelahiran manusia.

Tembang dijadikan sebagai media dakwah yang mudah diterima oleh masyarakat.

Sumber: Buku SKI Kelas 6, Kemendikbud

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved