Pelajari Sejarah Demi Buat Replika Senjata, Cerita Syah Reza di Film Passan Teakher
Syah Reza yang bertugas menangani properti film pada Passan Teakher ini mengungkapkan berbagai kendala yang harus ia dan 10 orang tim-nya
Penulis: Rizki Kurnia | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Film bertajuk "Passan Teakher" ciptaan Komunitas Pecinta Pejuang Kota Singkawang ternyata dibuat dengan penuh perjuangan.
Seperti yang diungkapkan oleh Props Master, Syah Reza Meiyaga kepada wartawan Tribunpontianak.co.id pada Minggu 15 Agustus 2021.
Syah Reza yang bertugas menangani properti film pada Passan Teakher ini mengungkapkan berbagai kendala yang harus ia dan 10 orang tim-nya hadapi dalam berjalannya proses produksi film.
Mulai dari membuat aksesoris yang digunakan untuk para pemeran, membuat markas Belanda, markas Pejuang, membuat gubuk pengungsi, membuat lokasi perang hingga membuat lokasi latihan militer.
• Kado Kemerdekaan Indonesia Ke-76, Komunitas Pecinta Pejuang Singkawang Bikin Film Passan Teakher
Namun dari semua itu, menurut Syah Reza, membuat properti persenjataan menjadi hal yang paling sulit. Pasalnya senjata yang harus digunakan dalam film Passan Teakher haruslah senjata jadul pada massa perjuangan waktu itu.
Dirinya juga tidak dapat menggunakan sejata asli karena harus mengantongi izin terlebih dahulu. Alhasil ia dan tim mensiasatinya dengan membuat replika senjata-senjata tempo dulu.
"Persenjataan yang sulit kita dapatkan. Sulit karena senjata jadul, lalu kalau yang asli musti izin dan lain-lain. Tapi kami siasati dengan membuat replikanya," terang Syah Reza kepada wartawan, Minggu 15 Agustus 2021.
Kurang lebih tiga bulan, waktu yang ia harus habiskan membuat replika senjata-senjata tersebut. Hinga berhasil membuat 35 buah LE Enfille, tujuh buah Stand Breen, dua buah replika senjata mesin M20, satu mortir, empat pistol dan sebuah radio lapangan.
Replika senjata-senjata yang ia buat tersebut, bukanlah replika senjata sembarangan. Dalam membuat replika tersebut, dirinya bersama tim harus meneliti dan mempelajari sejarah terlebih dahulu hingga dapat membuat replika yang menyerupai senjata massa perjuangan di film Passan Teakher tersebut.
Selain itu, Syah Reza mengatakan, dalam membuat seluruh properti film Passan Teakher, pihaknya telah menghabiskan kurang lebih Rp 500 juta. Jumlah ini belum termasuk keperluan lainnya dalam memproduksi film Passan Teakher.
"Untuk properti, kita habiskan kurang lebih Rp 500 juta. Kalau total semua mendekati Rp 1 miliar, cuma belum kami rekap semua biaya pengeluaran, termasuk konsumsi dan lainnya," terangnya.
Syah Reza sangat bersyukur film Passan Teakher ini berhasil dibuat. Karena menurutnya, hingga detik ini belum ada perhatian dari pihak manapun untuk membuat film bertema perjuangan.
"Sedangkan kita sebagai generasi Indonesia, wajib untuk menghargai jasa-jasa para Pahlawan Bangsa. Kalau tanpa mereka, kita tidak akan merdeka dalam berkarya dan berkreatifitas," tegasnya.
Ia berharap, seluruh masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Pemerintah dan pihak swasta dapat memberikan perhatian khusus, walaupun sedikit, namun dapat meningkatkan rasa patriotisme dan nasionalisme, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selalu kokoh di Bumi West Borneo.
"Dan kita tidak didominasi generasi alay," tutup Syah Reza sembari tertawa. (*)
(Simak berita terbaru dari Singkawang)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/815-kurnia.jpg)