Bayi Meninggal, 5 Unit Rumah dan 10 Lokal Ponpes Terbakar Kurang dari Sepekan di Sintang
Bripka Wardi memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun korban mengalami kerugian puluhan juta rupiah.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Kebakaran marak di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Kurang dari sepekan, terjadi 5 kali peristiwa kebakaran.
Korban kebakaran, tak hanya kehilangan tempat tinggal, tapi juga ada yang kehilangan nyawa anak kandungnya.
Data yang dihimpun Tribun Pontianak, 5 unit rumah, 10 lokal ruangan Pondok Pesantren Tahfidzul Quran ludes terbakar. Satu orang korban jiwa. Syafii Alkafi meninggal dunia, ditemukan oleh tim pemadam kebakaran dalam kondisi tak utuh. Bayi berusia 1 tahun itu, sedang tidur di ayunan saat kediaman orangtuanya terbakar api.
Musibah kebakaran pertama terjadi pada Jumat, 30 Juli 2021 pukul 23.39 wib.
• Tinggalkan Tungku masih Menyala Dekat Gas LPG, Rumah Warga Pedalaman Ambalau Sintang Terbakar
Kebakaran itu menghanguskan satu unit rumah sekaligus bengkel milik Yatno, warga Desa Manter, Kecamatan Sungai Tebelian.
Api pertama kali terlihat di dapur rumah sekaligus bengkel milik Yatno. Berdasarkan analisa sementara pihak kepolisian, diduga sumber api berasal dari kompor dikarenakan api membesar sehingga minyak goreng tumpah ke meja kompor.
Sehingga menyebabkan timbulnya sumber api yang menyebabkan kebakaran. Sebab, sebelum terjadi kebakaran, Yatno meninggalkan tidur kompor dalam keadaan menyala setelah menggoreng hati ayam.
Syafii, anak Yatno yang baru berusia 1 tahun ditemukan anggota Polsek Sungai Tebelian dan tim Damkar sekitar pukul 02.05 wib di antara reruntuhan rumah yang ludes terbakar.
Saat musibah kebakaran terjadi, anak pasangan Yatno dan Endang itu sedang tidur di ayunan. Diduga, kedua orangtuanya panik saat api mulai membakar bangunan rumah ditambah listrik yang langsung padam.
Di malam yang sama, kebakaran juga terjadi di Desa Nanga Merkak, Kecamatan Ketungau Hilir. Dua unit rumah milik Melatin dan Hartono juga ludes terbakar.
Kronologinya, api berasal dari rumah Melatin. Malam itu, pemilik rumah menggunakan lampu lentera yang digantung di dinding rumah sebagai penerangan. Lentera itu, menyulut dinding rumah yang notabene kayu merembet ke seluruh rumah menyebabkan api semakin besar, karena tiupan angin kemudian api merambat ke samping rumah Hartono. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini.
Berselang beberapa jam kemudian, laporan kebakaran juga terjadi di Kecamatan Binjai.
Gedung Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an di Desa Dak Jaya, terbakar pada Sabtu 31 Juli 2021. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, satu orang santri dilaporkan mengalami luka ringan.
Data dari pihak kepolisian, ada 10 lokal ruangan yang terbakar. Akibatnya, inventaris pesantren seperti laptop, mesin jahit, buku pelajaran hingga sertifikat berharga terbakar. Kerugian ditaksir mencapai Rp 500 juta rupiah.
Musibah kebakaran gedung ponpes Tahfid terjadi pada pukul 08.45 wib. Sumber Api pertama kali terlihat dari lantai 2 dan yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran, sementara ini di duga berasal dari Korsleting Listrik.
Pada Minggu siang rumah seorang warga di Dusun Buil, Desa Landau Bara, Kecamatan Kayan Hulu terbakar. Kurang dari 15 menit, rumah milik Welsapri ludes tinggal arang.
Peristiwa kebakaran itu terjadi pada Minggu, 1 Agustus 2021, sekitar pukul 14.00 wib. Diduga, kebakaran akibat racun nyamuk.
Kebakaran sama sekali tak diduga Welsapri. Padahal, saat itu dia sedang berada di halaman rumah. Namun, tetiba api sudah membesar di ruang tengah.
Penyebab kebakaran sementara di perkirakan dari racun nyamuk yang tersimpan di antara ruang tamu dan dapur yang dinyalakan pemilik Rumah.
Pada Senin, 2 Agustus 2021 kemarin, Peristiwa kebakaran rumah penduduk menimpa Yovinus Kambut, warga Dusun Berane, Desa Kolangan Juoi, Kecamatan Ambalau.
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun satu keluarga kehilangan tempat tinggal akibat rumah papan berukuran 4x8 ludes terbakar.
Menurut keterangan Yulita yang diperoleh Bripka Wardi, kebakaran berawal dari Lusiana Cendi istri dari Yovinus Kambut sedang memasak nasi menggunakan kayu api. Tungku tersebut, dekat dengan tabung gas elpiji 3 Kg.
Pada saat sedang memasak Lusiana Cendi pergi keluar rumah meninggalkan masakannya, pada saat kembali dia melihat api sudah membesar dan membakar seluruh bagian rumahnya.
Bripka Wardi memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun korban mengalami kerugian puluhan juta rupiah.
Faktor Utama Kelalaian
Berdasarkan analisa dan evaluasi pihak kepolisian faktor utama yang menjadi penyebab maraknya musibah kebakaran di Kabupaten Sintang akibat kelalaian.
"Faktor utamanya karena kelalaian," kata Kapolres Sintang, AKBP Venti Bernard Musak melalui Kasubag Humas Iptu Hariyanto kepada Tribun Pontianak, Selasa 3 Agustus.
Hariyanto menegaskan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebagai langkah pencegahan. Kewaspadaan yang paling utama, sebab kebakaran bisa datang sewaktu-waktu jika teledor.
Menurut Hariyanto, masyarakat harus melakukan pencegahan, misalnya, sebelum meninggalkan rumah pastikan arus listrik pada perangkat elektronik sudah padam. Kemudian periksa kembali regulator tabung gas untuk menghindari kebocoran tabung gas.
"Pastikan lilin, lampu lentera atau pun racun nyamuk padam usai digunakan. Masalah api kompor baik gas atau manual, lampu lentera, lilin dan obat nyamuk dampak awal terjadi kebakaran. Harusnya lilin dan obat nyamuk saat dinyalakkam di alas pakai bahan yang tidak mudah terbakar, tapi kadang kalau ditabrak kucing yang lewat juga bisa menyebabkan kebakaran. Karena di kampung orang masih pakai lampu lentera minyak tanah dan racun nyamuk bakar," ungkap Hariyanto. (*)
(Simak berita terbaru dari Sintang)