Berita Video
Tak Mampu Bayar Kontrakan, Ini Kisah Pilu Keluarga Hidup di Rumah Gubuk Berdinding Daun di Pontianak
"Kalau ada bantuan bedah rumah Alhamdulillah, semoga dapat bantuan bedah rumah, biar layak ditempati,
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sulastri (28) dan Eko Purwanto (26) bersama 4 orang anaknya tinggal di rumah menyerupai gubuk yang mereka bangun di atas tanah warisan keluarganya yang berada di Gang Samikem, Jalan Selat Panjang, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak. Mereka tingal di gubuk itu sudah tujuh bulan lamanya.
Berada di antara dua rumah warga yang sudah permanen, gubuk keluarga kecil mereka tampak kontras dengan sederet rumah di gang itu.
Gubuk yang dibangun dengan material kayu seadanya berukuran sekira 2 meter x 5 meter itu tampak reot dan sangat tidak layak huni.
Lantai gubuk yang berasal dari bahan papan mal serasa mudah patah saat diinjak, sementara keempat sisi dinding gubuk dibuat menggunkaan bahan daun pandan, dan saat ini daun yang digunakan untuk dinding itupun sudah tampak mengering.
Untuk melindungi dari teriknya sinar matahari Kota Pontianak, serta hujan, atap gubuk dibuat memanfaatkan material seng seadanya.
Tak ada sekat pada ruangan utama gubuk itu, Sulastri bersama suami dan 4 anaknya makan, minum, tidur, serta bercengkrama di ruangan yang berukuran sekira 2 X 3 meter, dimana Cahaya matahari jelas terpancar dari sela - sela antara dedaunan dinding dan atap.
• 4 Anak Bersama Ibu dan Ayah Tinggal di Gubuk Berdinding Daun, Wali Kota Pontianak Langsung Respons
Bilamana hujan, air pun masuk dari sela - sela berbagai sisi dan membahasi ruangan.
Lalu Masuk sedikit, dibalik dinding belakang, dapat ditemukan kompor serta peralatan masak, dan dibalik dinding terdapat sisi untuk fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) keluarga, yang ternyata belum lama dibangun dan merupakan hasil dari donatur.
Tidak ada pilihan, Sulastri menyampaikan ini merupakan keputusan terbaik darinya dan suami yang berprofesi sebagai supir cadangan untuk Memulai semua dari dasar, membangun rumah impian di tanah warisan keluarga walaupun sederhana.
"Daripada mengontrak, lebih baik buat disini, di tanah warisan nenek suami, dengan modal satu juta sudah bisa sedikit membangun, walaupun inilah seadanya. Kalau mengontrak, uangnya kan untuk membayar kontrakan bukan sendiri, kalau disini uangnya bisa untuk membangun rumah sendiri,"tuturnya.
Walaupun semua terasa masih sangat terbatas dan dinilai belum layak, ia meras lebih baik daripada mengontrak.
Dalam pengalaman hidupnya bersama sang suami ia menyampaikan pernah terpaksa harus meninggalkan rumah kontrakan karena tidak sanggup untuk membayar.
Kemudian, sementara tinggal bersama saudara, namun ia merasa sungkan karena ia dan suami merupakan keluarga besar dengan 4 anak.
[Update Berita Video Tribunpontianak]
"Pernah keluar kontrakan karena telat bayar, jadi dibantu sama Kakak angkat suami tinggal dirumahnya, adalah satu bulan lebih, lalu dari hasil arisan nyisihkan tabungan, Alhamdulillah bisa bangun disini, karena kan tidak kami keluarga besar, anak 4, kalau harus ikut keluarga kan tidak baik, jadi lebih baik hidup mandiri, sekalian nabung sedikit - sedikit,"ujarnya.