Kebutuhan Konsumsi Rutin Daging Sapi di Kalbar Mencapai 30 Ribu Ekor Dalam Setahun
Dimana dikatakannya kelahiran lewat program inseminasi buatan setiap tahunnya di Kalbar paling tidak mecapai 15 ribu ekor sapi atau setara 10 persen y
Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, Munsif mengatakan konsumsi rutin daging sapi setiap tahunnya di Kalbar mendekati 30 ribu ekor.
Itu diluar konsumsi Idul Adha, melainkan konsumsi rutin saja yang hampir setiap tahunnya lebih kurang sapi yang dipotong mendekati 30 ribuan.
Sementara itu populasi berdasarkan persentasi sapi di Kalbar hanya 150 ribu. Dengan demikian kemampuan untuk memperbanyak sapi di Kalbar dengan cara melakukan inseminasi buatan.
“Jadi inseminasi buatan ini sudah kita lakukan yang sudah luar biasa sampai saat ini,”ujarnya, Jumat 16 Juli 2021.
Dimana dikatakannya kelahiran lewat program inseminasi buatan setiap tahunnya di Kalbar paling tidak mecapai 15 ribu ekor sapi atau setara 10 persen yang sama dengan Provinsi Bali dan Sulawesi.
• Presiden Jokowi Beri Sapi Limousine Berbobot Hampir 1 Ton ke Masjid Nur Illahi Kubu Raya
“Hanya bedanya populasi keindukan awalnya mereka besar. Namun kita tidak kalah, hanya saja sapi awal yang disuntik punya kita 25 ribu saja. Jadi ada betina, tapi tidak bisa disuntik semuanya,”jelasnya.
Jadi dikatakannya kekurangan sapi di Kalbar selama ini memang harus didatangkan dari luar Kalbar baik dari Bali maupun Sulawesi untuk kebutuhan konsumsi harian maupun untuk mencukupi kebutuhan menjelang hari-hari besar.
Dikatakannya sentra sapi terbesar di Kalbar ada di Kabupaten Ketapang bahkan dalam satu kecamatan populasinya bisa mencapai 1000 ekor.
“Jadi memang sangat jarang biasanya dalam satu kecamatan populasinya hanya sekitar 200 ekor per kecamatan. Lalu masih banyak daerah yang tidak terdeteksi memiliki sapi atau tidak,”ujarnya.
Lanjutnya mengatakan dari 174 kecamatan di Kalbar petugas yang dimiliki hanya sekitar 80 orang dan bahkan sempat menambah pegawai untuk memantau perkembangan peternak sapi.
“Sehingga inseminasi buatan sebenarnya berada diwilayah sebagian kecamatan saja. Walaupun kita punya sumber pakan yang hebat sawit dimana-mana tapi petugas tidak tersedia,”ujarnya.
Ia menjelaskan jika sapi dibiarkan begitu saja bisa menyebabkan sapi stres dan sering kencing dan mengeluarkan kotoran.
“Dari situ saja sudah bisa susut, kalau ditangani oleh petani yang tidak mengerti beternak sapi, tinggal menunggu waktu saja sapinya roboh karena kekurangan pakan,”ungkapnya.
Dikatakannya beternak sapi tegantung peternak memahami soal pakan. Jadi posisi petugas sangatlah penting. (*)
(Simak berita terbaru dari Pontianak)
