dr Andriani Jelaskan Dibalik Pemeriksaan PCR Untan Selama Pandemi Covid-19 di Kalimantan Barat

Tribun Pontianak melakukan wawancara ekskulif bersama Konsultan Biologi Molekuler Lab Jejaring Pemeriksaan COVID 19 RS UNTAN dan Lab Jejaring Pemeriks

Penulis: Anggita Putri | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/Anggita Putri
Wawancara ekslusif Tribun Pontianak bersama dr Andriani membahas tentang “16 Bulan Pandemi Covid-19, Cerita dibalik Pemeriksaan PCR” yang ditayangkan live melalui Facebook dan Youtube Tribun Pontianak, Kamis 15 Juli 2021. 

“Kenapa ada Lab swasata yang bisa 3-6 jam pemeriksaan ktu tergantung dari antrian sampel yang ada. Seperti sekarang untuk kebutuhan penerbangan dengan kapasitias yang mungkin terbatas sementara yang test banyak tentu banyak yang antri,”ujarnya.

Namun untuk Lab Pemerintah sendiri dikatakannya hanya untuk pemeriksaan hasil tracing yang memang gratis tanpa pungutan biaya, berbeda dengan swasta yang mempunyai hak untuk menarik tarif. 

“Kalau kami tergantung antrian, di swasta bisa tergantung tarif,”ucapnya.

Dikatakannya bahwa saat ini WHO menjelaskan bahwa untuk memeriksa virus harus dari materi genetiknya berupa RNA. Materi genetik ini hanya bisa diperiksa saat ini menggunakan teknologi Pcr. 

Namun WHO memperbolehkan pada kondisi khusus pemeriksaan menggunakan swab antigen seperti daerah yang tidak memiliki akses PCR. 

Wakil Bupati Sintang Prihatin Bencana Banjir dan Covid-19 Terjadi Bersamaan

Namun dengan catatan apabila seseorang yang mempunyai gejala dan hasil swab antigen negatif harus di swab Pcr. Karena sensitifvitas pemeriksaan antigen dan PCR berbeda.

Lanjutnya saat ini mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah CT yang perlu diketahui oleh  klinisi. 

“Sampai saat ini nilai CT belum bisa menjadi patokan berapa berat ringannya sebuah gejala dari covid-19 atau memprediksi apakah seseorang bisa survive atau tidak dari virus corona,”ujarnya.

Di Untan biasanya hasil Laboratoriun mencantumkan berapa nilai CT dan Viral Load (jumlah virusnya) yang hanya bisa disimpulkan oleh klinisi. Bahkan biasanya jumlah virus tidak korelatif dengan gejala yang diderita seseorang.

“Kita pernah melihat seseorang dengan Ct rendah dan Vl ratusan ribu bahkan jugaan dan orangnya baik-baik saja,”ungkapnya.

Ia mengatakan CT paling rendah yang pernah ditemui adalah 7. Dimana semakin rendah CT semakin banyak virus membuat seseorang mudah untuk menularkan virus tersebut.

Dari hasil Lab dikatakannya untuk melihat rate positivity setiap hari untuk melihat apakah tren kasus meningkat atau menurun. Kalau meningkat daerah harus mulai waspada akan ada gelombang covid-19.

“Kondisi saat ini sudah kita pantau sejak April lalu. Dimana kasus harian semakin menungkat,”ujarnya.

Menkes RI Apresiasi Sinergitas Vaksinasi Pemprov Kalbar, TNI Polri bersama Muhammadiyah Kalbar 

Selain itu terkait mutasi virus lokal di Kalbar, ia belum bisa menyimpulkan apakah saat ini ada mutasi virus lokal asal Kalbar, akan tetapi ada beberapa virus strain di Kalbar yang dicurigai adalah varian lokal virus di Indonesia.

“Kita sudah ditandai WHO untuk varian virus lokal di Indonesia. Terkait apakah virus varian lokal Indonesia  sudah ada di Kalbar saat ini memang sudah ada, “jelasnya.

Namun dikatakannys perkembangan virus lokal Indonesia ini tertahan oleh varian virus yang mendominasi yakni delta. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved