Bahayakah Fenomena Bediding Buat Kesehatan ? BMKG Petakan Wilayah Yang Alami Bediding

Suhu udara yang dingin secara ekstrem antara 19 - 15 derajat Celcius, menyebabkan tubuh akan merasa lebih kedinginan dari biasanya

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
Kolase / Tribunpontianak.co.id
Fenomena Bediding di sejumlah wilayah Indonesia dan bahayanya bagi kesehatan 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Perubahan cuaca lebih dingin di beberapa wilayah Indonesia merupakan fenomena alam yang dikaitkan dengan terjadinya suatu perubahan suhu dingin yang disebut bediding.

BMKG menyebutkan kondisi udara lebih dingin dari biasanya ini merupakan sebuah fenomena bediding yang terjadi pada beberapa wilayah Jawa hingga NTT saat ada pada periode puncak musim kemarau.

Fenomena Bediding ini ditandai pergerakan angin bertiup dominan dari arah Timur yang berasal dari Benua Australia yang berada dalam periode musim dingin.

Sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia).

( Update Info Fenomena Alam di sini )

Catat Waktu Penentuan Arah Kiblat di Indonesia, Terjadi Fenomena Matahari di Atas Kabah 15 Juli 2021

Sehingga mengakibatkan suhu udara dingin dan biasa ini terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau Juli - September.

Dampak Bagi Kesehatan

Suhu udara yang dingin secara ekstrem antara 19 - 15 derajat Celcius, menyebabkan tubuh akan merasa lebih kedinginan dari biasanya.

Kondisi ini dapat menurunkan imun tubuh, bahkan berbahaya bagi lansia di atas 55 tahun dan bayi.

Tak hanya itu, suhu dingin ekstrem ini dapat berisiko memperparah komorbid (penyakit bawaan).

Berdasarkan unggahan Instagram @infobmkg pada 9 Juli 2021, dikatakan bahwa pada saat ini wilayah Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau, yaitu mulai Juli hingga Agustus atau September.

Pada saat inilah suhu menjadi terasa lebih dingin, yang orang Jawa istilahkan sebagai 'bediding'.

"Berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT terlihat cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir juga disertai oleh berkurangnya kandungan uap air di atmosfer," tulis BMKG di akun instagramnya.

Angin monsun dari Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.

Disebutkan secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas.

Sehingga, rendahnya kandungan uap di atmosfer ini menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.

"Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," jelas BMKG dikutip dari Kompas.com

Rincian wilayah dengan suhu terendah menurut catatan BMKG:

Suhu minimum di Stasiun Geofisika Pasuruan berkisar 14-15 derajat celsius.

Suhu minimum di Stasiun Geofisika Bandung, berkisar 17-18 derajat celsius.

Suhu minimum di dataran rendah seperti Semarang dan Cilacap, berkisar 23 derajat celsius.

Wilayah yang biasanya mengalami fenomena bediding merupakan wilayah yang tipe hujannya monsunal, yaitu yang pola hujannya mengalami puncak di sekitar bulan Desember-Januari-Februari dan mengalami kondisi kering (hujan minimal) pada Agustus-September-Oktober.

Wilayah yang termasuk tipe hujan monsunal yakni pada Indonesia bagian selatan, yaitu:

- Sumatera Selatan

- Lampung Pulau

- Jawa Pulau

- Bali

- NTB

- NTT

Ada pula spot-spot kecil di Pulau Jawa yang memiliki pola hujan yang berbeda.

Fenomena bediding bakal terjadi sepanjang musim kemarau, dan akan terasa lebih dingin ketika puncak kemarau saat kondisi langit benar-benar cerah dalam waktu yang lama (pembentukan awan sangat minim).

"Untuk puncak musim kemarau mungkin tidak spesifik jatuh pada tanggal. Apalagi musim di Indonesia kan tidak seragam. Tapi secara umum September biasanya mengalami curah hujan paling rendah," ujar Supari.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved