VAKSIN Merah Putih dan Vaksin Nusantara Apa Perberdaan dan Kesamaannya? Vaksin di Indonesia

Vaksin Merah Putih sendiri masih dalam tahap uji klinis, banyak anggota parlemen yang jadi relawan guna mendukung terwujudnya vaksin asal Indonesia

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
Helath Kompas
Jenis vaksni di Indonesia dan tingkat efikasinya 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Masyarakat Indonesia sudah mulai dilakukan vaksinasi covid-19.

Vaksinasi ini bertujuan untuk membuat sistem kekebalan tubuh dengan mendata dan mampu melawan saat terkena virus covid-19.

Sehingga mampu meredam penyebarannya di Indonesia dan di dunia.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan 7 jenis vaksin yang digunakan bagi masyarakat Indonesia.

Beberapa vaksin itu berasal dari Amerika, Inggris dan China, namun ada pula yang buatan anak bangsa yaitu Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara.

Vaksin Merah Putih sendiri masih dalam tahap uji klinis, banyak anggota parlemen yang jadi relawan guna mendukung terwujudnya vaksin asal Indonesia ini dan masuk dalam daftar 7 vaksin yang akan digunakan di Indonesia.

Kabarnya Vaksin Merah Putih baru bisa diproduksi pada April 2022.

Vaksin Nusantara juga sama-sama buatan anak bangsa bedanya dari sisi teknologi yang diusungnya, perbedaan juga ada pada pihak yang terlibat dalam pengembangannya.

( Update Info Seputar Vaksin Di Sini )

Kriteria Penerima Vaksin Covid 19 sesuai Syarat Medis dan Standar WHO

Vaksin Merah Putih – BioFarma

Bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman, PT BioFarma masih terus melakukan pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19.

Dalam pengembangan Vaksin Merah Putih, pemerintah bekerja sama dengan lima universitas dan dua lembaga.

Universitas yang terlibat dalam proses pengembangan vaksin yakni, Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kemudian, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Cara kerja vaksin Nusantara dibangun dari sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih yang dipaparkan dengan antigen dari protein S virus SARS-Cov-2.

Teknik yang sama untuk obati kanker Metode sel dendritik merupakan metode yang kerap digunakan dalam pengobatan kanker.

Tim uji klinis dibantu oleh salah satu peneliti dari AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat.

Pengembangan vaksin ini dimulai dengan transfer teknologi mutakhir sel dendritik dari AIVITA Biomedical Inc yang bermarkas di Amerika Serikat kepada Rama Pharma.

Rencananya Vaksin Merah Putih baru dapat diproduksi April 2022

Vaksin tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghentikan pandemi COVID-19.

Namun, diperlukan kerja sama seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa menyukseskan upaya ini.

Tidak hanya itu, upaya ini juga harus disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin.

Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara adalah rebranding dari Vaksin Joglosemar, vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, dengan menggandeng PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama AIVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat.

Pengembangan vaksin ini digagas pada akhir 2020, ketika Terawan Agus Putranto masih menjabat Menteri Kesehatan. Pendanaan riset vaksin Nusantara juga mendapat dukungan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes.

Berikut jenis vaksin covid-19 dan efikasinya dikutip dari alodokter

1. Vaksin Sinovac

  • Nama vaksin: CoronaVac
  • Negara asal: China
  • Bahan dasar: virus Corona (SARS-CoV-2) yang telah dimatikan (inactivated virus)
  • Uji Klinis: fase III (selesai)

    • Lokasi: China, Indonesia, Brazil, Turki, Chile
    • Usia peserta: 18–59 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari
    • Efikasi vaksin: 65,3% (di Indonesia), 91,25% (di Turki)

Vaksin Sinovac telah melampaui standar minimal 50% yang ditetapkan oleh WHO dan FDA. Vaksin ini juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Setelah disuntikkan, virus yang tidak aktif pada vaksin ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus Corona secara spesifik. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu tubuh terserang virus Corona, sudah ada antibodi yang bisa melawannya dan mencegah terjadinya penyakit.

Kemungkinan terjadinya infeksi atau penyakit COVID-19 yang bergejala pada orang yang sudah divaksinasi dengan vaksin Sinovac bisa turun sebesar 65%.

Sebagai ilustrasi, jika tadinya ada 9 juta orang yang bisa terinfeksi dan masuk rumah sakit karena COVID-19, setelah pemberian vaksin ini jumlahnya bisa berkurang menjadi hanya 3 juta orang. Sementara pada skala individu, risiko orang yang sudah divaksin akan menjadi 3 kali lebih rendah untuk mengalami sakit karena COVID-19.

Vaksin ini juga dinilai aman, sebab efek samping yang bisa muncul hanya bersifat ringan dan sementara, misalnya nyeri di lokasi penyuntikan, nyeri otot, dan sakit kepala. Efek samping yang paling banyak terjadi adalah nyeri di lokasi penyuntikan dan rata-rata hilang dalam 3 hari.

Inilah Alasan Mengapa Tenaga Medis Banyak Berguguran Walaupun Sudah Vaksin Sinovac

2. Vaksin Oxford-AstraZeneca

  • Nama vaksin: AZD1222
  • Negara asal: Inggris
  • Bahan dasar: virus hasil rekayasa genetika (viral vector)
  • Uji klinis: fase III (hampir selesai)

    • Lokasi: Inggris, Amerika, Afrika Selatan, Colombia, Peru, Argentina
    • Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 4–12 minggu
    • Efikasi vaksin: 75%

Efikasi vaksin dari Oxford-AstraZeneca tidak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac. Vaksin AstraZeneca terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko terinfeksi Corona dan risiko terjadinya penyakit yang berat atau perlu dirawat di rumah sakit.

Vaksin ini mengandung virus yang tidak berbahaya. Setelah disuntikkan, virus ini akan masuk ke dalam sel tubuh, kemudian memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.

Dalam uji klinisnya, sebagian besar efek samping vaksin hanya bersifat ringan hingga sedang dan bisa sembuh dalam beberapa hari. Gejala yang banyak dialami, yaitu >10%, antara lain nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak atau benjol di tempat suntikan, demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu, dan batuk.

Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%, adalah pusing, nafsu makan turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat berlebihan, kulit gatal, dan muncul ruam.

3. Vaksin Sinopharm

  • Nama Vaksin: BBIBP-CorV
  • Negara asal: China
  • Bahan dasar: virus Corona yang dimatikan (inactivated virus)
  • Uji klinis: fase III (selesai)

    • Lokasi: China, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, Bahrain, Jordan, Pakistan, Peru, Argentina
    • Usia peserta: 18–85 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari
    • Efikasi vaksin: 79,34% (di Uni Emirat Arab)

Cara kerja vaksin Sinopharm sama dengan vaksin Sinovac, yaitu memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Corona menggunakan virus yang telah dimatikan.

Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan darurat dari otoritas kesehatan di China dan Arab. Sejauh ini, pemberian vaksin Sinopharm aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.

4. Vaksin Moderna

  • Nama Vaksin: mRNA-1273
  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)
  • Uji klinis: fase III (selesai)
    • Lokasi: Amerika Serikat
    • Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 28 hari
    • Efikasi vaksin: 94,1%

Yang membedakan vaksin ini dengan ketiga vaksin di atas adalah bahan dasar yang digunakan. Vaksin Moderna menggunakan salah satu bahan genetik virus (mRNA).

Vaksin mRNA bekerja dengan cara mengarahkan sel tubuh untuk memproduksi protein yang berbentuk sama seperti protein pada virus Corona. Selanjutnya, sel-sel tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan protein tersebut. Antibodi inilah yang kemudian akan melindungi tubuh dari virus Corona.

Pada uji klinis, efek samping yang terjadi pada 50% peserta berupa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi. Namun, efek samping ini hilang paling lama setelah 2 hari. Selain itu, nyeri di tempat suntikan, bengkak, kemerahan juga terjadi, tapi derajatnya ringan hingga sedang.

5. Vaksin Pfizer-BioNTech

  • Nama vaksin: BNT162b2
  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)
  • Uji klinis: fase III (selesai)

    • Lokasi: Amerika Serikat, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, Argentina
    • Usia peserta: >16 tahun hingga >55 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,3 ml per dosis) dengan jarak 3 minggu
    • Efikasi vaksin: 95%

Meski menggunakan bahan dasar yang sama, hasil uji klinis fase 3 vaksin Pfizer sedikit lebih tinggi daripada vaksin Moderna. Namun, terlepas dari perbedaan efikasi vaksin Moderna dan vaksin Pfizer, kedua vaksin COVID-19 ini secara umum memiliki tingkat keamanan dan efek samping yang hampir sama.

6. Vaksin Novavax

  • Nama vaksin: NVX-CoV2372
  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Bahan dasar: protein subunit
  • Uji klinis: fase III
     
    • Lokasi: Inggris, India, Afrika Selatan, Meksiko
    • Usia peserta: 18–59 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari
    • Efikasi vaksin: 85–89%

Protein subunit yang digunakan pada vaksin Novavax adalah protein yang dibuat khusus untuk meniru protein alami pada virus Corona. Setelah masuk ke dalam tubuh, protein tersebut akan memicu reaksi antibodi untuk melawan virus Corona dan mencegah infeksi.

Hasil uji klinis awal yang diterbitkan oleh Novavax menunjukkan reaksi antibodi yang kuat pada manusia tanpa efek samping yang serius. Uji klinis fase 3 untuk memastikan keamanan dan keefektifan vaksin Novavax diperkirakan akan selesai dalam waktu dekat.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved