Khazanah Islam
Niat Sholat Idul Adha Sendiri dan Berjamaah di Rumah, Bagaimana Cara Selaksanakan Sholat Idul Adha?
Usholli sunnatan ‘iidil adhaa rok’ataini mustaqbilal qiblati lillaahi ta’aalaa..Aku berniat Sholat sunah Idul Adha dua rakaat menghadap kiblat karena
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
8. Sujud lalu membaca:
سبحان ربي الأعلى وبحمده . Sebanyak 3 kali.
Subhaana robbiyal a'la wabihamdih
9. Kembali berdiri untuk rakaat kedua
Rakaat Kedua Sholat Idul Adha
10. Takbir 5 kali, dan diantara takbir membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar.
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah allahu akbar
Artinya: Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Allah Maha Besar
11. Membaca Al-Fatihah dan ayat Al Quran lainnya
12. Ruku' dengan tuma'ninah, lalu membaca
"سبحان ربي العظيم وبحمده" sebanyak 3 kali.
- I'tidal dengan tuma'ninah, lalu membaca:
ربنا لك اللحمد
Robbanaa lakal hamdu
13. Sujud lalu membaca:
سبحان ربي الأعلى وبحمده . Sebanyak 3 kali.
Subhaana robbiyal a'la wabihamdih
Artinya: "Maha suci tuhan yang maha tinggi serta memujilah aku kepadanya."
14. Duduk diantara dua sujud, lalu membaca:
رب اغفررلي وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني واههدني وعافني واعف عني
Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii.
Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."
15. Sujud lalu membaca:
سبحان ربي الأعلى وبحمده . Sebanyak 3 kali.
Subhaana robbiyal a'la wabihamdih
16. Tahiyat Akhir
Berikut adalah bacaan tasyahud akhir Solat:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa shollaita 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid. Alloohumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa baarokta 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid.
Artinya: "Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia."
17. Salam
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
"Assalaamu alaikum wa rahmatullah"
Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu."
Sunnah Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha
Satu di antara perbedaan Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha adalah berkaitan dengan sunnah makan dan minum sebelum Shalat Ied.
Sebelum Shalat Idul Fitri, kita disunnahkan untuk makan terlebih dahulu.
Sementara sebelum Shalat Idul Adha kita dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu.
Ustadz Anas Burhanuddin menegaskan, tidak makan dan minum sebelum Shalat Idul Adha adalah sunnah.
Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyatakan, hal pertama yang kita lakukan (di hari raya Idul Adha) adalah Shalat dahulu.
Baru kemudian setelah itu kita pulang, kemudian menyembelih.
Menurut Ustadz Anas Burhanuddin, hadits ini mengisyaratkan bahwasanya sebelum Shalat Ied, sunnahnya tidak makan dahulu.
''Saat Idul Adha, yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah tidak makan dahulu,'' tegasnya.
Menurutnya, ketentuan ini berlaku untuk semua, termasuk yang tidak berkurban.
''Adapun yang berniat kurban, ada larangan lain yaitu larangan memotong rambut atau kuku atau memotong dari kulitnya nggak boleh,'' katanya.
''Larangan ini berlaku sejak masuknya bulan Dzulhijjah sampai selesai menyembelih nanti,'' jelasnya.
Ustadz Anas Burhanuddin menjelaskan, larangan untuk makan insya Allah tidak sampai derajat haram.
Jadi kalau seandainya ada keperluan mendesak karena haus sekali atau lapar sekali karena mengganggu ibadah kita hingga tidak khusyu, maka nggak masalah kita makan.
''Tapi bagi yang kuat, atau yang sudah makan di malam harinya, sebaiknya tidak makan dulu sampai selesai Shalat Idul Adha,'' jelas Ustadz Anas Burhanuddin.