Kasus DBD di Kapuas Hulu Tidak Meningkat, Ini Imbauan Dinkes
"Memasuki musim pancaroba seperti sekarang ini, DBD bisa dibilang menjadi penyakit langganan yang harus kita waspadai," ucapnya.
Penulis: Sahirul Hakim | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUAS HULU - Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu, Ade Hermanto menyatakan, untuk data masyarakat yang terkena demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk Aedes di Kapuas Hulu, sejak bulan Januari hingga Juni 2021 hanya baru 2 kasus.
"Dimana dua kasus DBD tersebut yaitu ada di Kecamatan Empanang dan Kecamatan Selimbau. Sekarang sudah dilakukan penyelidikan etimologi. Pastinya kalau dibandingkan tahun 2020 kita tidak ada peningkatan kasus DBD," ujarnya kepada Tribun, Rabu 2 Juni 2021.
Dijelaskannya ditengah belum meredaya pandemi virus Corona, resiko penyakit DBD yang tak kalah berbahaya masih mengintai.
"Memasuki musim pancaroba seperti sekarang ini, DBD bisa dibilang menjadi penyakit langganan yang harus kita waspadai," ucapnya.
Ade menuturkan, DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue.
"Meski tidak menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun mencegahnya dinilai jauh lebih efektif, karena sampai saat ini belum ada obat spesifik yang bisa dipakai untuk melawan DBD," ujarnya.
Dihimbau kepada seluruh masyarakat tetap menerapkan program 3 M Plus yaitu. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, drum, dan tempat penampungan air lainnya.
Baca juga: Dinkes Sekadau Sebut Kasus DBD Tidak Mengalami Peningkatan Sejak Tahun 2020
Kemudian menutup, usahakan untuk selalu menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum air.
"Menutup juga dapat diartikan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotemsi menjadi sarang nyamuk," ucapnya.
Terus mendaur ulang limbah barang bekas, dan juga disarankan untuk memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai, namun masih berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
"Adapun yang dimaksudkan plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, periksa tempat-tempat penampungan air, dan meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup," ujarnya.
Ade juga menambahkan, meski ditengah segala keterbatasan akibat corona, tetap bisa menerapkan berbagai langkah pencegahan DBD dengan beberapa penyesuaian tertentu. "Mengganti dan mencuci pakaian setelah dipakai dari luar," ucapnya.
Adaptasi kebiasaan baru mengharuskan untuk membersihkan diri setelah sampai di rumah. Hal ini selain sangat sejalan dengan pesan pemerintah untuk memberantas penuliran virus Corona, juga sekaligus dapat diterapkan untuk mencegah DBD.
"Jadi melakukan penyemprotan fogging, memakai pengusir serangga, meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya penyakit DBD, Meningkatkan daya tahan tubuh, melaksanakan program Satu Rumah, satu Jumantik (juru pemantau jentik)," ujarnya.
Maka dari itu dihimbau kepada masyarakat mari bersama-sama membasmi DBD dan terus melawan virus Corona.
"Mari lindungi diri kita, lindungi keluarga, mulai dari rumah untuk melawan virus Corona dan mencegah DBD, serta tetap sehat, dan tetap semangat," ungkapnya. (*)
(Update Informasi Seputar Kabupaten Kapuas Hulu)